
Bantah Kabar Selamatkan Muamalat, Saham BMRI & BBNI Pulih
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
08 October 2019 10:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tiga saham bank BUKU IV milik pemerintah mulai pulih pada sesi I perdagangan hari ini (8/10/2019) setelah sebelumnya terkoreksi karena sentimen negatif diminta untuk menyelematkan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.
Pada pukul 09:51 WIB harga saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,57% ke level Rp 6.450/unit saham, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,12% menjadi Rp 6.750/unit saham. Sayangnya saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) masih tercatat melemah 0,26% di Rp 3.890/unit saham
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa sejak 1 Oktober 2019, saham ketiga bank buku IV pelat merah tersebut menunjukkan tren penurunan, di mana hingga akhir penutupan perdagangan kemarin BBNI anjlok 9,46%, BMRI terkoreksi 9,21%, dan BBRI melemah 5,3%.
Merujuk pada hasil riset yang dirilis oleh PT Trimegah Sekuritas kemarin (7/10/2019), salah satu faktor yang memantik aksi jual pelaku pasar adalah kekhawatiran pelaku pasar bahwa BBRI, BMRI, dan BBNI membeli pinjaman sekuritisasi atas kredit bermasalah yang dimiliki oleh PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (BBMI).
Namun kabar tersebut dibantah oleh Corporate Secretary BMRI Rohan Hafas dan Corporate Secretary BBNI Meiliana.
"Kami menyayangkan media-media nasional yang memuat pernyataan analis internasional yang menyatakan ada rumor tentang rencana Bank Mandiri dan BNI yang akan berinvestasi untuk penambahan modal ke Bank Muamalat," kata Rohan Hafas.
"Kami tegaskan bahwa BNI belum memiliki keinginan atau rencana untuk melakukan akuisisi Muamalat," ujar Meiliana
Alhasil, penguatan saham BBNI dan BMRI tampaknya didorong oleh klarifikasi atas isu tersebut.
Untuk diketahui, BBMI merupakan bank syariah pertama di Indonesia dengan total aset mencapai Rp 57,23 triliun dengan total ekuitas sebesar Rp 3,92 triliun per akhir Juni 2019.
Ini berarti total utang yang dimiliki perusahaan mencapai Rp 53,31 triliun. Dengan kata lain rasio utang terhadap ekuitas BBMI (debt to equity ratio/DER) mencapai 13,59 kali. Nilai tersebut cukup besar untuk perbankan Indonesia yang rata-rata nilai DER ada di 5,51 kali, melansir data statistic bulanan Bursa Efek Indonesia (BEI) bulan Agustus.
Selain itu, jumlah perolehan kredit dan pendapatan bunga yang dicatatkan oleh BBMI menurun sejak tahun 2014.
Lebih lanjut, jika BBRI, BMRI, dan BBNI ditugaskan untuk menyelamatkan bank syariah pertama tersebut, analis dari Trimegah memproyeksi metode yang digunakan bukan dengan akuisisa, namun dengan membeli pinjaman sekuritisasi yang dikeluarkan oleh BBMI alias memberikan suntikan modal.
Trimegah Sekuritas dalam risetnya menganalisa bahwa BBMI setidaknya membutuhkan suntikan modal sekitar Rp 15,9 - 20,9 triliun atau secara rata-rata senilai Rp 18,3 triliun.
Dengan demikian, mempertimbangkan ukuran modal (ekuitas) dari BMRI, BBRI, dan BBNI, maka proporsi pembelian pinjaman paling besar dibukukan oleh BBRI (39%), disusul oleh BMRI (38%) dan BBNI (23%).
Kemudian, berdasarkan proporsi tersebut, maka BMRI akan membeli pinjaman sekuritisasi yang diterbitkan BBMI sebanyak Rp 6,94 triliun, BBRI sebesa Rp 7,12 triliun, dan BBNI sebesar Rp 4,2 triliun.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Saham 3 Bank BUMN Ini Terkoreksi, Kabar Selamatkan Muamalat?
Pada pukul 09:51 WIB harga saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,57% ke level Rp 6.450/unit saham, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,12% menjadi Rp 6.750/unit saham. Sayangnya saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) masih tercatat melemah 0,26% di Rp 3.890/unit saham
![]() |
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa sejak 1 Oktober 2019, saham ketiga bank buku IV pelat merah tersebut menunjukkan tren penurunan, di mana hingga akhir penutupan perdagangan kemarin BBNI anjlok 9,46%, BMRI terkoreksi 9,21%, dan BBRI melemah 5,3%.
Namun kabar tersebut dibantah oleh Corporate Secretary BMRI Rohan Hafas dan Corporate Secretary BBNI Meiliana.
"Kami menyayangkan media-media nasional yang memuat pernyataan analis internasional yang menyatakan ada rumor tentang rencana Bank Mandiri dan BNI yang akan berinvestasi untuk penambahan modal ke Bank Muamalat," kata Rohan Hafas.
"Kami tegaskan bahwa BNI belum memiliki keinginan atau rencana untuk melakukan akuisisi Muamalat," ujar Meiliana
Alhasil, penguatan saham BBNI dan BMRI tampaknya didorong oleh klarifikasi atas isu tersebut.
Untuk diketahui, BBMI merupakan bank syariah pertama di Indonesia dengan total aset mencapai Rp 57,23 triliun dengan total ekuitas sebesar Rp 3,92 triliun per akhir Juni 2019.
Ini berarti total utang yang dimiliki perusahaan mencapai Rp 53,31 triliun. Dengan kata lain rasio utang terhadap ekuitas BBMI (debt to equity ratio/DER) mencapai 13,59 kali. Nilai tersebut cukup besar untuk perbankan Indonesia yang rata-rata nilai DER ada di 5,51 kali, melansir data statistic bulanan Bursa Efek Indonesia (BEI) bulan Agustus.
Selain itu, jumlah perolehan kredit dan pendapatan bunga yang dicatatkan oleh BBMI menurun sejak tahun 2014.
![]() |
Lebih lanjut, jika BBRI, BMRI, dan BBNI ditugaskan untuk menyelamatkan bank syariah pertama tersebut, analis dari Trimegah memproyeksi metode yang digunakan bukan dengan akuisisa, namun dengan membeli pinjaman sekuritisasi yang dikeluarkan oleh BBMI alias memberikan suntikan modal.
Trimegah Sekuritas dalam risetnya menganalisa bahwa BBMI setidaknya membutuhkan suntikan modal sekitar Rp 15,9 - 20,9 triliun atau secara rata-rata senilai Rp 18,3 triliun.
Dengan demikian, mempertimbangkan ukuran modal (ekuitas) dari BMRI, BBRI, dan BBNI, maka proporsi pembelian pinjaman paling besar dibukukan oleh BBRI (39%), disusul oleh BMRI (38%) dan BBNI (23%).
Kemudian, berdasarkan proporsi tersebut, maka BMRI akan membeli pinjaman sekuritisasi yang diterbitkan BBMI sebanyak Rp 6,94 triliun, BBRI sebesa Rp 7,12 triliun, dan BBNI sebesar Rp 4,2 triliun.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Saham 3 Bank BUMN Ini Terkoreksi, Kabar Selamatkan Muamalat?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular