
Rupiah Main Imbang Lawan Dolar Singapura
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 October 2019 15:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs dolar Singapura stagnan melawan rupiah pada perdagangan hari ini. Sejak pekan lalu, dua mata uang ini bisa dibilang imbang.
Pada Senin (7/10/2019) pukul 15:08 WIB, SG$ 1 dibanderol Rp 10.247,59. Sama dengan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Stagnannya dolar Singapura melawan rupiah menunjukkan kedua mata uang ini sedang sama-sama lemah. Jika dihadapkan dengan dolar Amerika Serikat (AS), dolar Singapura sore ini melemah 0,19% sementara rupiah 0,18%. Pelemahan yang hampir sama, menjadi bukti dua mata uang ini sedang tertekan.
Pelaku pasar saat ini sedang menanti perundingan dagang AS-China pada 10-11 Oktober nanti. Perang dagang kedua negara berdampak buruk bagi perekonomian Singapura, sehingga adanya kesepakan dagang sangat diharapkan agar perekonomian Negeri Merlion kembali bangkit.
Pada Agustus, pemerintah Singapura sudah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 0-1% dibandingkan proyeksi sebelumnya 1,5%-2,5%. Awal bulan lalu, Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Chan Chun Sing mengatakan Singapura kemungkinan bisa lepas dari jurang resesi. Namun, dia juga mengakui kondisi eksternal saat ini dapat menyeret turun prospek pertumbuhan ekonomi.
Euforia perundingan dagang AS-China membuat dolar Singapura menguat melawan rupiah ke level tertinggi satu bulan pada dua pekan lalu. Namun, potensi munculnya perang dagang AS dengan Uni Eropa (UE) kembali memper buruk outlook ekonomi Singapura.
Jika perang dagang AS-UE benar terjadi, tentunya perekonomian global akan semakin terancam. Perang dagang AS-China saja sudah berdampak besar ke ekonomi global, ancaman resesi terjadi di mana-mana, bank sentral di berbagai negara "berlomba" menurunkan suku bunga untuk merangsang perekonomian, atau untuk menghindari terjadinya resesi.
Sementara itu, rupiah juga terbebani penurunan cadangan devisa RI. Bank Indonesia (BI) melaporkan cadev Indonesia pada akhir September berada di US$ 124,3 miliar. Turun lumayan dalam yaitu US$ 2,1 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.
Posisi cadangan devisa pada akhir September setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Meski demikian penurunan cadev tersebut cukup memberikan tekanan bagi rupiah. Amunisi BI untuk melakukan intervensi kala Mata Uang Garuda tertekan menjadi berkurang kala cadev menurun.
Dua mata uang yang sedang lemah ini pun akhirnya stagnan tanpa ada yang bisa mendominasi satu salam lain. Berikut kurs jual beli dolar Australia yang diambil situs resmi beberapa bank sore ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Senin (7/10/2019) pukul 15:08 WIB, SG$ 1 dibanderol Rp 10.247,59. Sama dengan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Stagnannya dolar Singapura melawan rupiah menunjukkan kedua mata uang ini sedang sama-sama lemah. Jika dihadapkan dengan dolar Amerika Serikat (AS), dolar Singapura sore ini melemah 0,19% sementara rupiah 0,18%. Pelemahan yang hampir sama, menjadi bukti dua mata uang ini sedang tertekan.
Pelaku pasar saat ini sedang menanti perundingan dagang AS-China pada 10-11 Oktober nanti. Perang dagang kedua negara berdampak buruk bagi perekonomian Singapura, sehingga adanya kesepakan dagang sangat diharapkan agar perekonomian Negeri Merlion kembali bangkit.
Pada Agustus, pemerintah Singapura sudah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 0-1% dibandingkan proyeksi sebelumnya 1,5%-2,5%. Awal bulan lalu, Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Chan Chun Sing mengatakan Singapura kemungkinan bisa lepas dari jurang resesi. Namun, dia juga mengakui kondisi eksternal saat ini dapat menyeret turun prospek pertumbuhan ekonomi.
Euforia perundingan dagang AS-China membuat dolar Singapura menguat melawan rupiah ke level tertinggi satu bulan pada dua pekan lalu. Namun, potensi munculnya perang dagang AS dengan Uni Eropa (UE) kembali memper buruk outlook ekonomi Singapura.
Jika perang dagang AS-UE benar terjadi, tentunya perekonomian global akan semakin terancam. Perang dagang AS-China saja sudah berdampak besar ke ekonomi global, ancaman resesi terjadi di mana-mana, bank sentral di berbagai negara "berlomba" menurunkan suku bunga untuk merangsang perekonomian, atau untuk menghindari terjadinya resesi.
Sementara itu, rupiah juga terbebani penurunan cadangan devisa RI. Bank Indonesia (BI) melaporkan cadev Indonesia pada akhir September berada di US$ 124,3 miliar. Turun lumayan dalam yaitu US$ 2,1 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.
Posisi cadangan devisa pada akhir September setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Meski demikian penurunan cadev tersebut cukup memberikan tekanan bagi rupiah. Amunisi BI untuk melakukan intervensi kala Mata Uang Garuda tertekan menjadi berkurang kala cadev menurun.
Dua mata uang yang sedang lemah ini pun akhirnya stagnan tanpa ada yang bisa mendominasi satu salam lain. Berikut kurs jual beli dolar Australia yang diambil situs resmi beberapa bank sore ini.
Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
BRI | 10.178,45 | 10.316,30 |
BCA | 10.243,80 | 10.264,01 |
Mandiri | 10.230,00 | 10.290,00 |
BNI | 10.222,00 | 10.280,00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular