Internasional

AS Belum Resesi Tapi Semi Resesi

Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
07 October 2019 06:43
Ekonomi as pantas disebut semi resesi
Foto: Donald Trump (REUTERS/Jonathan Ernst)
Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi ekonomi AS yang sulit membuat banyak ekonom berasumsi terkait apa yang terjadi. Bahkan ada juga yang mengatakan AS telah masuk ke semi resesi.

Credit Suisse, bank investasi dan manajemen investasi terkemuka di dunia menilai kompleksitas ekonomi AS sekarang pantas disebut dengan semi resesi. Meski demikian, ini belum masuk ke resesi sebenarnya.

"Sementara investor berdebat apakah kita memasuki resesi, kami percaya (dengan) latar belakang lebih baik (saat ini) disebut sebagai semi-resesi," kata Kepala Strategis Ekuitas di Credit Suisse AS Jonathan Golub sebagaimana ditulis CNBC International akhir pekan lalu.

Ia berujar, melemahnya manufaktur AS menjadi alasan. Di mana PMI manufaktur hanya 47,8 pada September, terendah sejak Juni 2009.

Perang dagang antara AS dan China menjadi penyebab. Ketegangan kedua negara membuat ekonomi global melambat dan berdampak pada manufaktur AS.

Padahal manufaktur menyumbang sekitar 11% dari ekonomi AS. Indeks ekspor baru juga turun hanya 41, terendah sejak Maret, setelah sebelumnya di angka 43,3 pada Agustus.

Selain manufaktur yang lemah, inversi pada imbal hasil (yield) obligasi AS juga menjadi penyebab. Yield obligasi AS tenor 10 tahun lebih rendah dibanding yield pada obligasi AS seri 3 tahun.

"Risiko resesi jelas meningkat," kata Golub.

Ia memperingatkan pasar. Investor diminta hati-hati dalam melangkah.

Sementara itu, ekonom lain mengatakan ekonomi AS kini tengah dalam masa cooling down sebelum resesi datang. Memburuknya ekonomi Eropa yang juga diambang resesi, pertumbuhan China yang melambat ditambah terseretnya sejumlah negara dalam perang dagang AS, menjadi kontributor utama melemahnya data ekonomi.

"Kita hidup di masa negara lain mengalami kemandekan ekonomi... satu-satunya tempat Anda bisa mencapai pertumbuhan adalah di ekonomi AS," kata Juscelino Coraless seorang Profesor di Case Westren Reserve ditulis Fortune.

Organisation for Economic Cooperation and Development (EOCD) meramalkan pertumbuhan ekonomi AS hanya akan tumbuh hingga 2,4% di 2019 atau turun 0,4 poin dari prediksi di Mei lalu. Sebelumnya di 2018, pertumbuhan mencapai 2,9%.

Pertumbuhan tahun 2020, diprediksi turun 0,3 poin atau menjadi 2,0%. Pertumbuhan ekonomi dunia juga diprediksi akan tumbuh 2,9% dari prediksi sebelumnya 3,2%.

Pertumbuhan juga dipangkas tahun 2020 nanti. Dari sebelumnya 3,4% menjadi 3,0%. "Ini mungkin adalah pertumbuhan tahunan terendah sejak krisis finansial terjadi, dengan risiko penurunan terus meningkat," kata EOCD dikutip AFP.

[Gambas:Video CNBC]




(sef/sef) Next Article IMF: Dunia Masih Jauh Dari Resesi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular