
Internasional
Bye AS-China, Selamat Datang Perang Dagang AS-Eropa
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
03 October 2019 06:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Meredanya perang dagang AS-China bukan berarti seluruh ketegangan perdagangan yang terjadi di dunia usai. Perang dagang sepertinya merambat antara AS dan wilayah lain, yakni Uni Eropa (UE).
Ini terjadi seiring dengan rencana AS yang akan menaikkan tarif pada produk UE di 18 Oktober nanti. Yakni 10% pada pesawat dan 25% pada industri lain serta pertanian Eropa.
WTO-pun merestui langkah AS ini. Penerapan tarif ini menjadi penalti AS ke UE akibat kasus subsidi ilegal Eropa pada perusahaan penerbangan Airbus, yang dimenangkan negara Paman Sam itu, di meja sidang WTO.
Meski demikian, belum diketahui pasti berapa jumlah barang UE yang akan terkena tarif. Dilaporkan Reuters, total sanksi tarif itu diperkirakan sebesar US$ 7,6 miliar atau Rp 106 triliun.
Sebelumnya, Kantor Robert Lighthizer, perwakilan perdagangan AS, disebut telah menerbitkan daftar target potensial dari tarif senilai total sekitar US$ 25 miliar pada bulan April. Selain itu, pemerintahan Presiden Donald Trump dikatakan sumber lain, telah meminta izin untuk menerapkan tarif 100% pada produk-produk Eropa senilai US$ 11,2 miliar.
Permasalahan antara AS dan Eropa dimulai sejak 15 tahun lalu, yang melibatkan, Airbus dan Boeing. UE dilaporkan AS ke WTO karena dianggap curang dalam perdagangan karena memberi subsisi suku cadang pada Airbus.
Meski kali ini WTO memihak AS, Eropa juga dikabarkan tengah melaporkan balik AS ke WTO dengan kasus serupa. Di mana UE menilai AS juga memberikan keistimewaan pada Boeing.
WTO juga akan mengeluarkan keputusan terkait konsesi pajak dan subsidi pemerintah ilegal untuk pesaing Airbus ini. Kemungkinan, organisasi perdagangan ini juga akan memberi UE izin untuk mengenakan tarif pembalasan pada produk-produk Amerika.
Sementara itu, Komisioner perdagangan UE Cecilia Malmstrom menilai tarif bisa meningkatkan ketegangan di antara kedua negara. Oleh karenanya, ia masih berupaya untuk tetap pada "Rencana A", yaitu menghindari tarif.
"Itu datang pada saat yang tidak menguntungkan, karena ini telah berlangsung selama hampir dua dekade," katanya, tentang masalah subsidi Airbus yang sudah dimulai sejak tahun 1968.
Jean-Baptiste Lemoyne, menteri negara Prancis untuk Eropa dan urusan luar negeri, juga mengatakan Eropa siap membalas jika AS mengenakan tarif.
"Saya pikir, kita perlu memperjelas situasi," kata Lemoyne. "Tetapi jika AS tetap menggunakan strategi ini untuk mengenakan tarif, tentu saja, UE harus membalas."
(sef/sef) Next Article Top! Ini Drama Baru Perang Dagang, Episode AS VS Eropa
Ini terjadi seiring dengan rencana AS yang akan menaikkan tarif pada produk UE di 18 Oktober nanti. Yakni 10% pada pesawat dan 25% pada industri lain serta pertanian Eropa.
WTO-pun merestui langkah AS ini. Penerapan tarif ini menjadi penalti AS ke UE akibat kasus subsidi ilegal Eropa pada perusahaan penerbangan Airbus, yang dimenangkan negara Paman Sam itu, di meja sidang WTO.
Meski demikian, belum diketahui pasti berapa jumlah barang UE yang akan terkena tarif. Dilaporkan Reuters, total sanksi tarif itu diperkirakan sebesar US$ 7,6 miliar atau Rp 106 triliun.
Sebelumnya, Kantor Robert Lighthizer, perwakilan perdagangan AS, disebut telah menerbitkan daftar target potensial dari tarif senilai total sekitar US$ 25 miliar pada bulan April. Selain itu, pemerintahan Presiden Donald Trump dikatakan sumber lain, telah meminta izin untuk menerapkan tarif 100% pada produk-produk Eropa senilai US$ 11,2 miliar.
Permasalahan antara AS dan Eropa dimulai sejak 15 tahun lalu, yang melibatkan, Airbus dan Boeing. UE dilaporkan AS ke WTO karena dianggap curang dalam perdagangan karena memberi subsisi suku cadang pada Airbus.
Meski kali ini WTO memihak AS, Eropa juga dikabarkan tengah melaporkan balik AS ke WTO dengan kasus serupa. Di mana UE menilai AS juga memberikan keistimewaan pada Boeing.
WTO juga akan mengeluarkan keputusan terkait konsesi pajak dan subsidi pemerintah ilegal untuk pesaing Airbus ini. Kemungkinan, organisasi perdagangan ini juga akan memberi UE izin untuk mengenakan tarif pembalasan pada produk-produk Amerika.
Sementara itu, Komisioner perdagangan UE Cecilia Malmstrom menilai tarif bisa meningkatkan ketegangan di antara kedua negara. Oleh karenanya, ia masih berupaya untuk tetap pada "Rencana A", yaitu menghindari tarif.
"Itu datang pada saat yang tidak menguntungkan, karena ini telah berlangsung selama hampir dua dekade," katanya, tentang masalah subsidi Airbus yang sudah dimulai sejak tahun 1968.
Jean-Baptiste Lemoyne, menteri negara Prancis untuk Eropa dan urusan luar negeri, juga mengatakan Eropa siap membalas jika AS mengenakan tarif.
"Saya pikir, kita perlu memperjelas situasi," kata Lemoyne. "Tetapi jika AS tetap menggunakan strategi ini untuk mengenakan tarif, tentu saja, UE harus membalas."
(sef/sef) Next Article Top! Ini Drama Baru Perang Dagang, Episode AS VS Eropa
Most Popular