
Saham Infrastruktur & Properti Melesat, Sinyal Mulai Pulih?

Sektor-Sektor berikut menjadi penghambat kenaikan, bahkan membawa IHSG ke zona koreksi:
5. Industri Dasar & Kimia
Seiring dengan perekonomian global yang cenderung lesu, maka permintaan bahan-bahan dasar untuk industri juga mengalami penurunan. Namun, koreksi pada sektor industri dasar dan kimia termasuk yang paling minim dibandingkan sektor lainnya dengan persentase 0,3%.
Bobotnya pada IHSG menjadi yang terbesar keempat dengan persentase 9,9%. Saham-saham penggeraknya ialah: PT Chandra Asri Petrochemical Tbk/TPIA (22,22%), PT Barito Pacific Tbk/BRPT (13,48%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (12,97%), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (9,89%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (9,89%).
6. Pertambangan
Saham-saham pertambangan agaknya dihindari para pelaku pasar di tengah kondisi perekonomian yang lesu. Data pertumbuhan manufaktur Indonesia yang dirilis HIS Markit baru-baru ini menunjukkan adanya kontraksi di bawah angka 50 atau tepatnya pada 49,1.
Seiring industri yang menurun, bisa dipastikan bahwa permintaan akan komoditas seperti minyak dan batu bara juga akan menurun. Koreksi indeks sektor pertambangan hingga akhir kuartal ketiga sebesar 10,28%.
Bobot sektor pertambangan menjadi yang terbesar ketujuh, dengan persentase 5,37% pada IHSG. Saham-saham penggeraknya ialah: PT Bayan Resources Tbk/BYAN (15,95%), PT Adaro Energy Tbk/ADRO (11,85%), PT Vale Indonesia Tbk/INCO (9,68%), PT Merdeka Copper Gold Tbk/MDKA (7,54%), PT Bukit Asam Tbk/PTBA (7,47%), PT Aneka Tambang Tbk/ANTM (6,54%).
7. Agri Industri
Hampir sama dengan sektor pertambangan, sektor yang khas dengan perekonomian indonesia tersebut juga mengalami koreksi sejak awal tahun hingga akhir kuartal ketiga dengan persentase 11,95%.
Bobot sektor agri industri pada IHSG yang paling kecil dibandingkan dengan sektor lainnya dengan persentase hanya 1,24%. Saham-saham penggeraknya ialah: PT Astra Agro Lestari Tbk/AALI (25,24%), PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk/SMAR (13,57%), PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk/SSMS (10,34%), PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk/LSIP (10,12%), dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk/SIMP (6,38%).
8. Industri Barang Konsumsi
Koreksi yang dialami indeks sektor barang konsumsi hampir menjadi yang terdalam dengan pelemahan sebesar 14,16%. Hal ini seiring dengan keputusan Pemerintah yang menaikkan tarif cukai rokok tahun depan sebesar 23%, dan harga jual eceran (HJE) menjadi naik 35%.
Bobot sektor barang konsumsi pada IHSG menjadi yang terbesar kedua dengan persentase mencapai 17,9%. Saham-saham penggeraknya ialah: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (28,04%), PT H.M Sampoerna Tbk/HMSP (21,14%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (11,39%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (8,01%), dan PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (6,31%), dan Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (5,43%).
9. Aneka Industri
Sektor selanjutnya yang paling anjlok sejak awal tahun yaitu aneka industri, dengan persentase pelemahan sebesar 16,05%. Hal ini dipengaruhi oleh turunnya penjualan otomotif khususnya roda empat.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) mencatat, volume penjualan mobil Januari. Agustus 2019 tercatat mencapai 660.286 unit. Penjualan tersebut turun 13,5% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 763.444 unit. Bahkan Gaikindo menyebut, target penjualan mobil 1,1 juta tahun ini tidak akan tercapai.
Bobot aneka industri menjadi yang terbesar kedelapan pada IHSG, dengan persentase 4,9%. Sektor aneka industri dikuasai oleh PT Astra International Tbk (ASII) dengan bobot mencapai 76,1% sehingga pergerakannya sangat mendominasi sektor tersebut, sisanya terbagi ke dalam saham lainnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam)