
Duh! Bukan Cuma Saham, Investor Asing Juga Lepas Obligasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia sepanjang minggu ini seolah-olah mendapat banyak ujian. Pasar saham terkoreksi 0,55%, rupiah merana terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sebesar 0,78%, dan pasar obligasi rata-rata mengalami kenaikan yield.
Maraknya aksi demo membuat investor asing (foreign) khawatir dan melepas investasi portofolio mereka di berbagai instrumen investasi di Tanah air. Di bursa saham, asing tercatat membukukan jual bersih (net sell) mencapai Rp 1,82 triliun di pasar reguler.
Di pasar Obligasi Pemerintah rata-rata mengalami koreksi harga atau kenaikan pada yield. Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga obligasi naik maka yield akan menjadi turun, begitupun sebaliknya.
Seri acuan yang paling melemah harga wajarnya adalah FR0077 yang mempunyai tenor 5 tahun dengan penurunan imbal hasil sebanyak 13 basis poin (bps) menjadi 6,75%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Wajar Obligasi Negara | |||
Seri | Jatuh tempo | Yield 27 Sep'19 (%) | Yield Sepekan (basis poin) |
FR0077 | 5 tahun | 6.747 | 0,13 |
FR0078 | 10 tahun | 7.333 | 0,09 |
FR0079 | 20 tahun | 7.891 | 0,09 |
FR0075 | 30 tahun | 8.089 | 0,03 |
Kenaikan yield di pasar obligasi pemerintah pertanda instrumen keuangan bersifat utang juga sedang kurang diminati, khususnya oleh investor asing. Ini karena berbagai sentimen seperti aksi demo yang berakhir ricuh di berbagai kota di Indonesia.
Pada awal pekan, demonstrasi yang berlangsung di berbagai daerah kian marak. Mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat sipil menyuarakan aspirasinya seputar penolakan terhadap RUU KUHP, RUU Pertanahan, pelemahan KPK, kebakaran hutan dan lahan, penanganan konflik Papua, dan sebagainya.
Ketika situasi sosial-politik-keamanan sedang kurang kondusif, investor asing tentu kurang merasa nyaman sehingga lebih memilih bersikap wait and see atau memutuskan untuk keluar dulu sembari menunggu situasi tenang kembali.
Dari sisi global, munculnya rencana pemakzulan Presiden AS Donald Trump semakin menambah sentimen negatif bagi pelaku pasar, aset-aset berisiko seperti saham pun cenderung dihindari dan menuntut imbal hasil yang lebih tinggi, sehingga obligasi bertenor pendek mengalami kenaikan paling tinggi.
Hal ini turut mempengaruhi pergerakan rupiah di pasar spot di Bank Indonesia (BI), yang secara akumulasi mengalami pelemahan sebesar 0,78% dalam sepekan pada level Rp 6.196/$AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!