Kemarin Keok, Kini Asa Damai Dagang akan Kerek Wall Street

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 September 2019 19:24
Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Jumat (27/9/2019).
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Jumat (27/9/2019). Hingga pukul 18:45 WIB, kontrak futures indeks Dow Jones mengimplikasikan kenaikan sebesar 95 poin, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite diimplikasikan naik masing-masing sebesar 12 dan 19 poin.

Wall Street akan menghijau pasca kemarin (26/9/2019) sudah keok: indeks Dow Jones turun 0,3%, indeks S&P 500 terkoreksi 0,24%, dan indeks Nasdaq Composite melemah 0,58%.

Kemarin, kekhawatiran bahwa Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS tak akan memangkas tingkat suku bunga acuan lagi di sisa tahun ini menjadi faktor yang memantik aksi jual di bursa saham AS.

Kekhawatiran ini muncul seiring dengan pembacaan final untuk angka pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal II-2019 yang diumumkan di level 2% (QoQ annualized), sama dengan pembacaan kedua dan dengan konsensus, seperti dilansir dari Forex Factory. Untuk diketahui, pada pembacaan pertama pertumbuhan ekonomi AS diumumkan berada di level 2,1%, sebelum kemudian direvisi menjadi 2% pada pembacaan kedua.

Pertumbuhan ekonomi AS yang ternyata tak kembali direvisi turun pada pembacaan final lantas memantik kekhawatiran bahwa The Fed akan menahan tingkat suku bunga acuan hingga akhir tahun di level saat ini. Apalagi, nada hawkish memang sebelumnya sudah terlontar dari mulut pejabat The Fed.

Asa damai dagang AS-China yang kian terasa menjadi faktor yang akan memantik aksi beli di bursa saham AS pada hari ini. Negosiasi dagang tingkat tinggi antara AS dan China di Washington akan digelar pada tanggal 10 dan 11 Oktober mendatang, seperti dilansir dari CNBC International yang mengutip tiga orang sumber yang mengetahui masalah tersebut. Salah seorang sumber menyebut bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He akan memimpin delegasi dari China.

 

Sebelum pemberitaan ini dipublikasikan oleh CNBC International, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa Beijing telah membeli kedelai dan daging babi asal AS dalam jumlah yang cukup besar menjelang negosiasi dagang tingkat tinggi antar kedua negara. Pengumuman ini merupakan sebuah perubahan sikap yang signifikan dari pihak China, mengingat pada bulan lalu Beijing memutuskan untuk menghentikan seluruh pembelian produk agrikultur asal AS.

Kesepakatan dagang AS-China dipandang sebagai kunci yang bisa membawa perekonomian AS menghindari yang namanya hard landing alias perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Untuk diketahui, pada tahun 2018 International Monetary Fund (IMF) mencatat perekonomian AS tumbuh sebesar 2,857%, menandai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak tahun 2015.

Pada tahun 2019, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS melambat menjadi 2,6%. Untuk tahun 2020, pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan kembali merosot menjadi 1,9% saja.

Pada pukul 19:30 WIB, data pertumbuhan pemesanan barang tahan lama inti periode Agustus 2019 akan dirilis. Juga pada pukul 19:30 WIB, Randal Quarles selaku anggota Dewan Gubernur The Fed dijadwalkan untuk berbicara mengenai regulasi makroprudensial di Georgetown University.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/ank) Next Article 5 BUMN China Hengkang Dari Wall Street

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular