
September, Investor Asing Baru Sekali Positif di Pasar Saham

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham boleh mengalami koreksi yang disertai oleh aksi jual investor asing, tetapi pasar obligasi justru mengalami kenaikan harga surat utang negara (SUN) sejak awal bulan ini sehingga ditengarai ada dugaan peralihan arus dana investor asing dari pasar saham ke obligasi.
Jika benar terjadi peralihan, maka pasar SUN berpotensi sudah dianggap menjadi instrumen yang lebih aman (save haven instrument) dibanding pasar saham domestik. Sebelumnya, pasar SUN dikategorikan sebagai aset investasi yang berisiko (riskier instrument), sama seperti pasar saham.
Di pasar saham, koreksi terjadi pada Indeks Harga Saham Gabunngan (IHSG) sebesar 2,88% menjadi 6.146 yang disertai aksi jual bersih di pasar reguler Rp 6,72 triliun sejak awal bulan ini.
Koreksi sejak awal bulan masih terjadi meskipun hari ini berhasil positif setelah selalu berada di zona merah sejak pagi. Penguatan 0,14% hari ini terjadi lebih disebabkan karena adanya aksi beli signifikan yang membuat terjadi lonjakan harga di akhir perdagangan (marking the close).
Dari awal September, "si asing" tercatat baru sekali menorehkan nilai transaksi beli bersih, dihasilkan dari selisih jual dan beli yang positif, dan selebihnya dibukukan negatif atau berarti jual bersih.
Sebaliknya, pasar obligasi mengalami penguatan harga yang terlihat dari penurunan yield tipis sebesar 2,5 basis poin (bps) menjadi 7,32% hari ini. Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Penguatan harga SUN tersebut disertai masuknya investor asing senilai Rp 15,74 triliun sejak akhir Agustus dan membuat porsi kepemilikan investor asing mencapai 38,75% atau senilai Rp 1.025,34 triliun per data terakhir yang dipublikasikan Kemenkeu yaitu 21 September.
Sehari sebelumnya, nilai pemilikan investor asing mencapai Rp 1.026,39 triliun, tertinggi sepanjang masa, dengan porsi 38,78% yang seiring dengan peningkatan jumlah SUN yang diterbitkan pemerintah yaitu Rp 2.646 triliun. Angka penerbitan bertambah Rp 21 triliun dari Rp 2.625 triliun sejak akhir Agustus.
Hari ini, pasar obligasi terkoreksi lagi dengan kenaikan yield terjadi di seluruh seri acuan. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling melemah hari ini adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 6 basis poin (bps) menjadi 7,76%.
Yield Obligasi Negara Acuan 25 Sep'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 24 Sep'19 (%) | Yield 25 Sep'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 25 Sep'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.696 | 6.737 | 4.10 | 6.6846 |
FR0078 | 10 tahun | 7.312 | 7.329 | 1.70 | 7.3069 |
FR0068 | 15 tahun | 7.7 | 7.76 | 6.00 | 7.7406 |
FR0079 | 20 tahun | 7.839 | 7.882 | 4.30 | 7.8618 |
Sumber: Refinitiv, IBPA
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah. Indeks tersebut turun 0,36 poin (0,14%) menjadi 261,12 dari posisi kemarin 261,49.
Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 568 bps, melebar dari posisi kemarin 566 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 0,2 bps hingga 1,64% dari posisi kemarin 1,64%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada beberapa seri acuan, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang mulai mereda, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 25 Sep'19
Seri | Benchmark | Yield 24 Sep'19 (%) | Yield 25 Sep'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 1.931 | 1.941 | 3 bulan-5 tahun | 41.9 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.594 | 1.612 | 2 tahun-5 tahun | 9 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.532 | 1.546 | 3 tahun-5 tahun | 2.4 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.511 | 1.522 | 3 bulan-10 tahun | 29.4 |
UST 2028 | 10 Tahun | 1.635 | 1.647 | 2 tahun-10 tahun | -3.5 |
Sumber: Refinitiv
Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, penguatan harga terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.
Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 24 Sep'19 (%) | Yield 25 Sep'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.125 | 7.16 | 3.50 |
China | 3.127 | 3.141 | 1.40 |
Jerman | -0.604 | -0.609 | -0.50 |
Prancis | -0.309 | -0.314 | -0.50 |
Inggris | 0.528 | 0.513 | -1.50 |
India | 6.739 | 6.761 | 2.20 |
Jepang | -0.239 | -0.253 | -1.40 |
Malaysia | 3.49 | 3.457 | -3.30 |
Filipina | 4.788 | 4.763 | -2.50 |
Rusia | 7.02 | 7.03 | 1.00 |
Singapura | 1.72 | 1.702 | -1.80 |
Thailand | 1.515 | 1.515 | 0.00 |
Amerika Serikat | 1.635 | 1.646 | 1.10 |
Afrika Selatan | 8.295 | 8.325 | 3.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article Asing Balik Arah, IHSG Terpelanting 23 Poin di Sesi Penutupan