Bunga Acuan Mau Dipangkas Lagi, Dolar Australia Malah Menguat

Putu Agus Pransuamitra & Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 September 2019 19:02
Mata uang negeri kanguru ini mencatat penguatan dua hari beruntun sejak awal pekan kemarin.
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Selasa (24/9/2019), padahal bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) mengindikasikan akan memangkas suku bunga lagi pekan depan.

Mata uang negeri kanguru ini mencatat penguatan dua hari beruntun sejak awal pekan kemarin, dan semakin menjauhi level terlemah sejak Februari 2016 Rp 9.493,59/AU$ yang dicapai pada Jumat (20/9/19) pekan lalu.

Dolar Australia pada hari ini menguat 0,48% ke level Rp 9.582,1 di pasar spot, melansir data Refintiv. Sementara pada Senin kemarin menguat 0,29%.

Gubernur RBA, Philip Lowe, sore tadi memberikan indikasi kuat suku bunga akan kembali dipangkas. Berbicara di New South Wales dalam acara Armidale Business Chamber Dinner, Lowe mengatakan para anggota dewan bersiap untuk kembali memangkas suku bunga setelah melakukannya pada Juni dan Juli lalu.

"Para anggota dewan bersiap untuk kembali melonggarkan kebijakan moneter jika dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, menurunkan tingkat pengangguran menuju full employment, serta mencapai target inflasi", kata Lowe sebagaimana dilansir ABC News.

Tingkat suku bunga di Australia saat ini berada di rekor terendah 1%, jika 1 Oktober nanti RBA kembali memangkas suku bunga kemungkinan akan menjadi 0,75%.

Pemangkasan suku bunga seharusnya berdampak negatif bagi dolar Australia, tapi nyatanya hari ini masih mampu menguat melawan rupiah. Kinerja rupiah memang sedang melempem dalam dua hari terakhir akibat situasi dalam negeri yang kurang kondusif.

Gelombang aksi massa yang terjadi di berbagai kota sejak kemarin dan berlanjut sampai hari ini. Mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat sipil menyuarakan aspirasi seputar penolakan terhadap RUU KUHP, RUU Pertanahan, pelemahan KPK, kebakaran hutan dan lahan, penanganan konflik Papua, dan sebagainya.

Hingga perdagangan Selasa ini berakhir, gelombang demonstrasi masih terus berlangsung di berbagai wilayah di Indonesia.

Saat situasi sosial-politik-keamanan sedang kurang kondusif, pelaku pasar tentu merasa kurang nyaman. Investor tentu lebih memilih bersikap wait and see atau memutuskan keluar dulu sembari menunggu situasi tenang kembali.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Naga-naganya Rupiah Akan Melemah 3 Hari Beruntun Lawan AUD...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular