Rapor Merah dari Raksasa Eropa, Euro pun Amblas

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 September 2019 16:04
Raksasa ekonomi Jerman dan Perancis hari ini melaporkan data aktivitas bisnis yang terdiri dari sektor manufaktur dan jasa.
Ilustrasi Euro (REUTERS/Heinz-Peter Bader)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini. Penyebabnya adalah 'rapor' merah negara-negara raksasa ekonomi Eropa, yang memicu kecemasan terjadinya resesi.

Pada Senin (23/9/2019) pukul 15:43 WIB, euro diperdagangkan di US$ 1,0977. Melemah 0,36% dibandingkan posisi penutupan akhir pekan lalu.



Raksasa ekonomi Jerman dan Perancis hari ini melaporkan data aktivitas bisnis yang terdiri dari sektor manufaktur dan jasa. Indeks ini merupakan hasil survei dari manajer pembelian sehingga disebut juga Purchasing Managers' Index (PMI). Angka 50 menjadi ambang batas, di atas 50 menunjukkan ekspansi atau peningkatan aktivitas, sementara di bawah 50 menunjukkan kontraksi atau aktivitas yang memburuk.

Jerman sebagai negara dengan nilai ekonomi terbesar di Zona Euro dan Eropa dilaporkan mengalami kontraksi sektor manufaktur dalam sembilan bulan beruntun. Markit melaporkan manufaktur PMI bulan September sebesar 41,4, turun dari bulan sebelumnya 43,5. Sementara sektor jasa meski masih berekspansi mengalami pelambatan menjadi 52,5 dari sebelumnya 54,8.

Sementara Perancis, negara dengan ekonomi terbesar kedua di Zona Euro juga dilaporkan mengalami pelambatan aktivitas bisnis. Sektor manufaktur dilaporkan melambat menjadi 50,3 dari sebelumnya 51,1, sementara sektor jasa melambat menjadi 51,6 dari sebelumnya 53,4.

Pelambatan yang terjadi di dua raksasa tersebut membuat zona euro secara keseluruhan juga terkena dampaknya. Aktivitas manufaktur melambat dalam delapan bulan beruntun. Di bulan September Markit melaporkan angka indeks di level 45,6, turun dari sebelumnya 47,0. Sektor jasa juga melambat menjadi 52,5, dari sebelumnya 54,8.



'Rapor' merah tersebut dirilis beberapa hari setelah European Central Bank (ECB) merilis paket kebijakan moneter untuk menstimulisasi perekonomian blok 19 negara tersebut. ECB pada Kamis pekan lalu lalu memutuskan memangkas suku bunga deposito (deposit facility) sebesar 10 basis poin (bps) menjadi -0,5%.


Bank sentral pimpinan Mario Draghi ini juga mengaktifkan kembali program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) atau yang dikenal dengan quantitative easing yang sebelumnya sudah dihentikan pada akhir tahun lalu. Program pembelian aset kali ini akan dimulai pada 1 November dengan nilai 20 miliar euro per bulan. Berdasarkan rilis ECB yang dilansir Reuters, QE kali ini tanpa batas waktu, artinya akan terus dilakukan selama dibutuhkan untuk memberikan stimulus bagi perekonomian zona euro.

Jika ekonomi zona euro terus memburuk dalam beberapa bulan ke depan, maka ECB di bawah Presiden yang baru nanti, Christine Lagarde, bisa jadi akan menggelontorkan stimulus lebih besar. Lagarde dikenal dengan sosok yang dovish, dan akan menggantikan Draghi pada 1 November nanti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Trading Cuan Rp 70 Juta, Euro Dulu Dibuang Kini Disayang!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular