Waspada! Pasar Keuangan RI Terpuruk, Lagi Sulit Cari Cuan

Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 September 2019 06:30
Waspada! Pasar Keuangan RI Terpuruk, Lagi Sulit Cari Cuan
Foto: Bursa Efek Indonesia (BEI) (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan domestik tampaknya masih akan mengalami tekanan pekan ini. Dikhawatirkan dana investor asing masih akan keluar dari pasar domestik karena belum ada tanda-tanda situasi ekonomi domestik akan membaik.

Pekan lalu investor asing dalam pekan ini membawa kabur dana Rp 2,62 triliun dari pasar reguler Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah penarikan dana asing yang relatif besar dalam selam pekan lalu membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan.

IHSG dalam pekan tercatat anjlok 1,36% dalam 5 hari perdagangan ke level 6.231,473 dari 6.334,843 pada pekan sebelumnya.


Jika dihitung dalam satu bulan terakhir, dana asing yang keluar dari pasar saham domestik di pasar reguler mencapai Rp 6,45 triliun. Kalau dihitung dari awal tahun (year to date) net sell asing di pasar reguler mencapai Rp 14,26 triliun.

Namun jika dimasukkan transaksi nilai transaksi asing pasar negosiasi, tercatat masih membukukan beli bersih senilai Rp 49,42 triliun. Inflow tersebut dari transaksi M&A (merger dan akuisisi) PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) senilai Rp 52 triliun pada April lalu dan PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) senilai Rp 1,5 T pada Maret.

Koreksi IHGS selama pekan lalu membuat nilai kapitalisasi pasar BEI selama sepekan juga turut anjlok 1,57% menjadi Rp 7.155,31triliun dari Rp 7.269,24 triliun atau kehilangan Rp 113,93 triliun selama sepekan.

Salah satu sentimen yang membuat IHSG terpuruk adalah pelemahan rupiah melemah 0,64% melawan dolar AS di pasar spot pada pekan ini, dari level Rp 13.960/dolar AS ke level Rp 14.050/dolar AS. rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk kedua di kawasan Asia.


Sementara itu, di pasar obligasi pemerintah, pada pekan lalu seluruh imbal hasil (yield) obligasi terbitan pemerintah Indonesia seri acuan membukukan kenaikan. Ini menunjukkan pasar obligasi juga sedang mengalami tekanan.

Obligasi yang menjadi acuan adalah tenor 5 tahun (FR0077), 10 tahun (FR0078), 15 tahun (FR0068), dan 20 tahun (FR0079). Pada pekan ini ini, yield obligasi tenor 5, 10, 15, dan 20 tahun seri acuan naik masing-masing sebesar 1,7 bps, 4 bps, 2,5 bps, dan 7,2 bps.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.

BI Pangkas Suku Bunga, IHSG Terjerembab Ke Zona Merah
[Gambas:Video CNBC]
Sementara itu, instrumen investasi Emas Antam nasibnya setali tiga uang. Berdasarkan harga Logam Mulia hanya naik tipis 0,4% ke level Rp 714.000/gram.

Harga emas Antam terlihat sudah kehabisan nafas. Setelah naik 16,2% YTD. Harga tiap gram emas per akhir tahun 2018 berada di level Rp 667.000. Seiring berjalannya waktu, harga terus merangkak naik hingga mencapai titik tertingginya di level Rp 775.000 pada tanggal 4 dan 5 September 2019.

Padahal ada sentimen yang mendukung bagi harga emas Antam untuk menguat lebih signifikan lagi, yakni apresiasi yang besar yang dibukukan harga emas dunia. Melansir data Refinitiv, harga emas di pasar spot dunia melejit 1,9% pada pekan ini, dari level US$ 1.488,45/troy ons menjadi US$ 1.516,75/troy ons.


Harga emas dunia menguat seiring dengan ketegangan yang terjadi di timur tengah. Pada akhir pekan kemarin, serangan menggunakan drone diluncurkan ke Arab Saudi dan menyebabkan kerusakan di kilang minyak terbesar dunia dan ladang minyak terbesar kedua di kerajaan tersebut. Kaum pemberontak Houthi yang berasal dari Yemen mengklaim menjadi pihak yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Namun begitu, AS menuduh Iran sebagai dalang yang sebenarnya, sebuah tuduhan yang langsung dibantah sendiri oleh Iran. Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa AS siap untuk melakukan serangan, namun pihaknya menunggu konfirmasi dari Arab Saudi terkait dengan dalang di balik serangan tersebut sebelum meluncurkan aksi balasan.

Tuduhan dari AS ini kemudian dikonfirmasi oleh pernyataan dari koalisi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi bahwa serangan ke infrastruktur perminyakan tersebut dieksekusi menggunakan senjata milik Iran dan tak berasal dari Yemen.

Untuk diketahui, tensi antar AS dan Iran memang sudah memanas dalam beberapa waktu terakhir. Hubungan kedua negara mulai memanas pasca AS menarik diri dari kesepakatan internasional yang bertujuan untuk membatasi ruang gerak Iran dalam mengembangkan senjata nuklir. Menurut Trump, kesepakatan tersebut tak cukup dalam membatasi ruang gerak Iran. AS pun pada akhirnya kembali mengenakan sanksi ekonomi bagi Tehran.


Bahkan, Trump sempat hampir meluncurkan serangan kepada Iran pada bulan Juni pasca drone asal AS ditembak oleh pihak Iran. Namun, Trump akhirnya melunak lantaran khawatir akan ada banyak korban jiwa yang berjatuhan jika serangan tersebut tetap dieksekusi.

Kembali ke masalah serangan yang dieksekusi oleh Iran terhadap Arab Saudi, pada akhirnya Trump memang memutuskan untuk tak berperang melawan Iran. AS 'menghukum' Iran atas aksinya tersebut dengan menggunakan sanksi ekonomi dan bukan kekerasan.

Namun tetap saja, potensi meletusnya perang antara AS dengan Iran yang sempat kental terasa pada pekan ini sukses membuat pelaku pasar menambatkan hatinya pada emas selaku safe haven.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular