
Ekspor Malaysia Melemah, Harga CPO Malah Turun Tipis
Houtmand P Saragih & Tirta Citradi, CNBC Indonesia
19 September 2019 15:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah di Bursa Derivatif Malaysia melemah tipis 0,09% ke harga RM 2.258/ton dibanding perdagangan kemarin (18/9). Penurunan kali ini disebabkan karena selain kemarin ada indikasi profit taking juga karena pelemahan ekspor Malaysia.
Minyak sawit Malaysia ditutup di harga yang lebih rendah saat jam istirahat bursa setelah sempat naik di awal perdagangan. Ringgit sebagai mata uang acuan perdagangan kelapa sawit melemah terhadap dolar sebesar 0,33% menjadi 4.1996.
Seharusnya hal ini membuat harga minyak sawit mentah menjadi lebih murah sehingga dapat mendongkrak peningkatan selain adanya penurunan stok minyak sawit baik di Indonesia maupun Malaysia. Namun hal tersebut ternyata diakibatkan oleh ekspor minyak sawit yang juga mulai melemah.
"Dengan penurunan ringgit, kelapa sawit seharusnya diperdagangkan dengan permintaan yang tinggi, tetapi minyak sawit kurang kompetitif dibandingkan dengan jenis minyak yang lain sehingga harganya tidak mampu naik." Terang seorang Trader dari Kuala Lumpur mengutip warta dari Reuters.
Berdasarkan survei dari surveyor kargo Societe Generale de Surveillance, ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk 1-15 September turun 6,8% menjadi 700.935 ton dari 752.470 ton pada 1-15 Agustus.
Penurunan harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) seperti biasanya juga dibarengi dengan penurunan minyak nabati jenis lain. Kontrak minyak kedelai untuk periode Januari di bursa Dalian turun 0,78% sementara kontrak sawit Januari Dalian juga turun sebesar 1,1%. Di waktu yang sama harga minyak kedelai di bursa Chicago juga turun sebesar 0,27%.
Sementara itu, Indonesia tengah menjalankan program penanaman kembali (replanting) kelapa sawit seluas 2,4 juta hektar guna mendongkrak produktivitas tanpa harus ekstensifikasi. Sejak program ini diluncurkan pada 2017 lalu pemerintah telah menanami kembali 100.000 lahan kelapa sawit hingga Agustus kemarin. Menurut kalkulasi Reuters, Indonesia membutuhkan waktu kurang lebih 12 tahun untuk mencapai target tersebut.
(TIM RISET CNBCÂ INDONESIA)
(taa/taa) Next Article Harga CPO Naik Hari Ini, Tapi Waspada Risiko Koreksi
Minyak sawit Malaysia ditutup di harga yang lebih rendah saat jam istirahat bursa setelah sempat naik di awal perdagangan. Ringgit sebagai mata uang acuan perdagangan kelapa sawit melemah terhadap dolar sebesar 0,33% menjadi 4.1996.
Seharusnya hal ini membuat harga minyak sawit mentah menjadi lebih murah sehingga dapat mendongkrak peningkatan selain adanya penurunan stok minyak sawit baik di Indonesia maupun Malaysia. Namun hal tersebut ternyata diakibatkan oleh ekspor minyak sawit yang juga mulai melemah.
"Dengan penurunan ringgit, kelapa sawit seharusnya diperdagangkan dengan permintaan yang tinggi, tetapi minyak sawit kurang kompetitif dibandingkan dengan jenis minyak yang lain sehingga harganya tidak mampu naik." Terang seorang Trader dari Kuala Lumpur mengutip warta dari Reuters.
Berdasarkan survei dari surveyor kargo Societe Generale de Surveillance, ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk 1-15 September turun 6,8% menjadi 700.935 ton dari 752.470 ton pada 1-15 Agustus.
Penurunan harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) seperti biasanya juga dibarengi dengan penurunan minyak nabati jenis lain. Kontrak minyak kedelai untuk periode Januari di bursa Dalian turun 0,78% sementara kontrak sawit Januari Dalian juga turun sebesar 1,1%. Di waktu yang sama harga minyak kedelai di bursa Chicago juga turun sebesar 0,27%.
Sementara itu, Indonesia tengah menjalankan program penanaman kembali (replanting) kelapa sawit seluas 2,4 juta hektar guna mendongkrak produktivitas tanpa harus ekstensifikasi. Sejak program ini diluncurkan pada 2017 lalu pemerintah telah menanami kembali 100.000 lahan kelapa sawit hingga Agustus kemarin. Menurut kalkulasi Reuters, Indonesia membutuhkan waktu kurang lebih 12 tahun untuk mencapai target tersebut.
(TIM RISET CNBCÂ INDONESIA)
(taa/taa) Next Article Harga CPO Naik Hari Ini, Tapi Waspada Risiko Koreksi
Most Popular