The Fed 'Operasi' Masuk Pasar, Tanda Resesi di Depan Mata?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
18 September 2019 13:57
The Fed masuk ke pasar repo pada Selasa (17/9/2019), dengan melancarkan operasi pasar berbekal surat berharga US$53 miliar. Ada apakah?
Foto: Jerome Powell (REUTERS/Erin Scott)
JAKARTA, CNBC INDONESIA - The Federal Reserve (The Fed) masuk ke pasar repo (repurchase agreement) pada Selasa (17/9/2019), dengan melancarkan operasi pasar berbekal amunisi surat berharga bernilai US$53 miliar. Ada kegentingan apakah??

Langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) ini merupakan yang pertama kali terjadi dalam 10 tahun terakhir. The Fed memasuki pasar repo sehari setelah gejolak pasar memicu lonjakan bunga overnight dan kekhawatiran bahwa bank sentral AS tidak bisa mengendalikan lagi suku bunga acuannya.

Pasar repo berlaku sebagai pemasok jangka pendek atas kebutuhan likuiditas di sistem operasi pasar keuangan AS. Dalam kasus yang ekstrim, kondisi ini bisa memicu krisis keuangan seperti yang terjadi di Wall Street pada 2008 ketika pasokan pembiayaan overnight mengering diperebutkan institusi keuangan AS.

Sehari sebelumnya, Wall Street mempertanyakan kemampuan The Fed mengendalikan pasar keuangan AS setelah pasar repo mencatat kenaikan bunga overnight Fed Funds Rate ke 2,25%, atau batas atas dari kisaran 2-2,25%. Operasi repo di pasar obligasi lebih "ngeri sedap" karena tingkat bunga repo overnight melonjak hingga menyentuh 8,5%.

"Yang lebih mengkhawatirkan saya adalah ketika ada lonjakan suku bunga di sistem keuangan seperti ini, kejadian tak terduga mulai bermunculan.. hal acak yang cenderung memicu krisis keuangan," tutur Guy LeBas, Kepala Perencana Keuangan Fixed Income Janney Montgomery Scott sebagaimana dilaporkan CNBC International

Pelaku pasar di AS berspekulasi bahwa kondisi ini akan memicu The Fed mengaktifkan kembali program pembelian obligasi AS (quantitative easing-nya) yang kontroversial, dan kemungkinan membuat penyesuaian kebijakan lainnya.

Krishna Guha, Head of Global Policy and Central Banking Strategy Evercore ISI mengatakan kenaikan bunga repo memicu "disrupsi material" di pasar. Dia menduga The Fed akan mulai menaikkan kepemilikan atas aset surat utang pemerintah dalam neraca saldonya (balance sheet) sebesar US$ 14 miliar per bulan.

Analis Wells Fargo James Strecker mengatakan disrupsi demikian biasanya terjadi pada akhir bulan, akhir kuartal, atau akhir tahun. Karenanya, agak aneh melihat hal ini terjadi pada pertengahan bulan.

"Namun, kami tidak menilai ini sebagai indikasi adanya tekanan pendanaan antar bank. Meski bisa saja ini hanya bersifat sesaat atau tiba-tiba, tapi juga perlu diwaspadai sebagai kejadian tak wajar yang harus diperhatikan investor dalam jangka pendek," ujarnya.

Namun, kebijakan operasi repo The Fed ini disambut positif pasar karena memastikan ketersediaan likuiditas di pasar surat utang. "Ini jelas awal yang bagus," tutur Lou Crandall, Kepala Ekonom Wrightson ICAP.


TIM RISET CNBC INDONESIA




(ags/ags) Next Article Yield Obligasi AS Turun Kembali, Dow Futures Melemah Terbatas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular