
Saham Garuda Terbang! Waspada, Asing Masih Net Sell
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
18 September 2019 12:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing cenderung melepas saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) di tengah sentimen dari dalam negeri dan global yang berkembang.
Meski demikian, investor lokal membawa saham GIAA terbang sangat tinggi karena prospek yang dianggap masih cukup baik. Data penutupan perdagangan Rabu siang ini (18/9/2019), saham maskapai penerbangan ini melesat 8,16% di level Rp 530/saham.
Nilai transaksi saham Garuda sebanyak 54,3 juta saham senilai Rp 28,26 miliar. Adapun pialang yang paling banyak bertransaksi pada saham tersebut ialah Mirae Asset Sekuritas (kode broker YP).
Penguatan saham Garuda tersebut diiringi aksi lepas saham investor asing dengan catatan jual bersih (net sell) mencapai Rp 955 juta. Dalam 11 hari perdagangan sebelumnya, asing berturut-turut melepas saham penerbangan pelat merah tersebut dengan net sell Rp 11 miliar lebih.
Salah satu faktor yang tidak bisa diabaikan GIAA ialah kenaikan harga minyak yang berpotensi menghambat kinerja Garuda, pasalnya komponen bahan bakar memainkan peranan yang cukup penting dalam industri pesawat terbang dalam memaksimalkan laba.
Seperti diketahui harga minyak mengalami kenaikan 5%-6% dalam sepekan karena kegaduhan yang terjadi di Timur Tengah.
Selain itu, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terutama di wilayah Kalimantan dan Sumatera menghambat operasional penerbangan, termasuk jalur yang dilewati Garuda Indonesia.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Polana B Pramesti, mengimbau semua stakeholder penerbangan untuk tetap mengutamakan keselamatan akibat sebaran asap.
"Kami meminta operator penerbangan terutama yang menutup pelayanan penerbangan ataupun mengalami delay akibat karhutla, untuk sigap membantu mengkomunikasikannya kepada para penumpang dan memberikan pelayanan sesuai aturan yang berlaku," kata Polana dalam pernyataan tertulis, Sabtu (14/9/2019).
Di tengah sentimen yang ada, investor terutama lokal tampaknya masih percaya pada kinerja keuangan Garuda Indonesia terutama kinerja semester keduanya yang berpotensi membaik.
Secara musiman, pendapatan Garuda pada Semester kedua berpotensi lebih positif karena terbantu kenaikan trafik yang lebih tinggi, salah satunya karena high season serta perjalanan bisnis.
Sepanjang semester I-2019, GIAA mencatatkan untung senilai US$ 24,11 juta atau Rp 337,59 miliar (dengan asumsi kurs Rp 14.000/US$). Laba bersih tersebut naik tajam dibandingkan catatan rugi bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$ 116,85 juta .
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas) Next Article Garuda Indonesia (GIAA) Mau Tambah 8 Pesawat, Keluarkan Kocek Segini
Meski demikian, investor lokal membawa saham GIAA terbang sangat tinggi karena prospek yang dianggap masih cukup baik. Data penutupan perdagangan Rabu siang ini (18/9/2019), saham maskapai penerbangan ini melesat 8,16% di level Rp 530/saham.
Nilai transaksi saham Garuda sebanyak 54,3 juta saham senilai Rp 28,26 miliar. Adapun pialang yang paling banyak bertransaksi pada saham tersebut ialah Mirae Asset Sekuritas (kode broker YP).
Penguatan saham Garuda tersebut diiringi aksi lepas saham investor asing dengan catatan jual bersih (net sell) mencapai Rp 955 juta. Dalam 11 hari perdagangan sebelumnya, asing berturut-turut melepas saham penerbangan pelat merah tersebut dengan net sell Rp 11 miliar lebih.
Salah satu faktor yang tidak bisa diabaikan GIAA ialah kenaikan harga minyak yang berpotensi menghambat kinerja Garuda, pasalnya komponen bahan bakar memainkan peranan yang cukup penting dalam industri pesawat terbang dalam memaksimalkan laba.
Seperti diketahui harga minyak mengalami kenaikan 5%-6% dalam sepekan karena kegaduhan yang terjadi di Timur Tengah.
Selain itu, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terutama di wilayah Kalimantan dan Sumatera menghambat operasional penerbangan, termasuk jalur yang dilewati Garuda Indonesia.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Polana B Pramesti, mengimbau semua stakeholder penerbangan untuk tetap mengutamakan keselamatan akibat sebaran asap.
"Kami meminta operator penerbangan terutama yang menutup pelayanan penerbangan ataupun mengalami delay akibat karhutla, untuk sigap membantu mengkomunikasikannya kepada para penumpang dan memberikan pelayanan sesuai aturan yang berlaku," kata Polana dalam pernyataan tertulis, Sabtu (14/9/2019).
Di tengah sentimen yang ada, investor terutama lokal tampaknya masih percaya pada kinerja keuangan Garuda Indonesia terutama kinerja semester keduanya yang berpotensi membaik.
Secara musiman, pendapatan Garuda pada Semester kedua berpotensi lebih positif karena terbantu kenaikan trafik yang lebih tinggi, salah satunya karena high season serta perjalanan bisnis.
Sepanjang semester I-2019, GIAA mencatatkan untung senilai US$ 24,11 juta atau Rp 337,59 miliar (dengan asumsi kurs Rp 14.000/US$). Laba bersih tersebut naik tajam dibandingkan catatan rugi bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$ 116,85 juta .
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas) Next Article Garuda Indonesia (GIAA) Mau Tambah 8 Pesawat, Keluarkan Kocek Segini
Most Popular