Utang BUMN Jadi Sorotan Moody's, Begini Penjelasan Direksi

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
17 September 2019 13:20
Proporsi utang BUMN terhadap total utang luar negeri swasta pada Juli 2019 tercatat mencapai 26,7%.
Foto: Gedung Kementerian BUMN (detik.com/Hendra Kusuma)
Jakarta, CNBC Indonesia - Laporan terbaru lembaga rating internasional, Moody's menyebutkan utang perusahaan BUMN Indonesia terbilang mengkhawatirkan dan berdampak pada adanya risiko kontijensi atau ketidakpastian.

CNBC Indonesia mencatat, sejak awal tahun ini, tercatat utang luar negeri perusahaan pelat merah terus mengalami tren peningkatan. Dari periode Januari-Juli, ULN BUMN sudah naik lebih dari US$ 6,3 miliar atau naik 13,8%. Proporsi utang BUMN terhadap total utang luar negeri swasta pada Juli 2019 tercatat mencapai 26,7%. Naik 2,7 basis poin bila dibandingkan dengan ULN swasta pada awal tahun ini.

Beberapa BUMN yang menjadi sorotan Moody's di antaranya adalah BUMN konstruksi yakni PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Keduanya mencatatkan rasio utang terhadap modal (DER) yang cukup tinggi. DER menunjukkan tingkat utang perusahaan yang dihitung dengan membagi total utang dengan total ekuitas (yang diatribusikan pada pemilik induk).

Adhi Karya tercatat saat ini memiliki DER sebesar 137,5%. Namun, manajemen ADHI menyebut nilai tersebut masih dalam batas yang cukup aman untuk membiayai project-project perseroan ke depan.

"Itu angka yang cukup aman," kata Direktur Utama Adhi Karya, Budi Harto, kepada CNBC Indonesia, Selasa (17/9/2019).

DER mengalami peningkatan karena Adhi Karya banyak mengerjakan proyek dengan skema turn key, artinya pembayaran baru bisa dilakukan setelah proyek rampung. Dengan demikian, masalah cashflow negatif yang menjadi tantangan perseroan dapat mulai teratasi.

"Beberapa proyek turn key ini ada penyelesaian, ini akan memperbaiki cashflow," ungkapnya.

Sementara itu, rasio utang terhadap modal (DER) Waskita Karya, menurut catatan Moody's yang sangat tinggi mencapai 359,1%.

Direktur Keuangan Waskita Karya Haris Gunawan, mengakui, DER perseroan meningkat sejalan dengan masifnya pemerintah membangun proyek-proyek infrastruktur. Meningkatnya utang perseroan juga berimbas kian besarnya beban bunga yang harus ditanggung perseroan.

Namun, dia meyakini, pada tahun ini, rasio DER akan diturunkan ke level 2,2 kali. "Target kita debt to equity ratio kalau sekarang 2,7 kali, akhir tahun 2,2 kali," kata Haris, saat paparan publik di Bursa Efek Indonesia, belum lama ini.

Haris menyebut, ada beberapa alasan kenapa DER meningkat, salah satunya Waskita banyak mengerjakan proyek dengan skema turnkey, artinya pembayaran baru bisa dilakukan setelah proyek rampung. Contohnya, adalah ruas tol Jakarta - Cikampek elevated yang saat proyek konstruksinya digarap Waskita. Proyek ini akan menyumbang pendapatan Rp 4,5 triliun.

Beberapa proyek yang dikerjakan perseroan adalah proyek ruas tol Trans Sumatera yang akan rampung bulan ini. Selesainya proyek ini akan menyumbang pendapatan sekitar Rp 12- Rp 13 triliun.

Proyek LRT Palembang juga amkan menyumbang pendapatan sebesar Rp 2,9 triliun. "Kalau itu masuk, kita akan gunakan itu untuk pengembalian kepada para kreditur," tandasnya.
(hps/hps) Next Article Wow! Dalam 5 Tahun Utang Emiten BUMN Melesat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular