The Fed Bikin Bingung, Harga Emas Naik Lagi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 September 2019 07:31
The Fed Bikin Bingung, Harga Emas Naik Lagi
Ilustrasi Emas Batangan (REUTERS/Edgar Su)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia di pasar spot bergerak naik pagi ini. Pelaku pasar memilih bermain aman sembari menunggu hasil rapat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed yang hasilnya makin sulit ditebak.

Pada Rabu (18/9/2019) pukul 07:03 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.502,59/troy ons. Naik 0,25% dibandingkan posisi hari sebelumnya.



Tema utama di pasar keuangan global saat ini adalah penantian akan hasil rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed atau Federal Open Market Committee (FOMC) yang diumumkan Kamis dini hari waktu Indonesia. Sebelumnya pasar begitu yakin Ketua Jerome 'Jay' Powell bakal menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps).

Sepekan lalu, CME Fedwatch mencatat probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 bps menjadi 1,5-2% mencapai 92,3%. Namun hari ini sudah turun drastis menjadi 54,2%.


Ada beberapa hal yang membuat pasar menjadi kurang pede. Pertama, situasi di Timur Tengah masih belum kondusif.

Akhir pekan lalu, terjadi serangan di ladang minyak milik Saudi Aramco. Dampaknya tidak main-main, produksi minyak Arab Saudi berkurang 5,7 juta barel/hari. Jumlah tersebut lebih dari separuh produksi minyak Negeri Gurun Pasir dan sekitar 5% dari total produksi dunia.

Untuk kembali ke kapasitas normal, petinggi Saudi Aramco memperkirakan butuh waktu hitungan minggu, bukan hari. Jadi selama beberapa minggu ke depan, produksi minyak Arab Saudi hilang 5,7 juta barel/hari.

Artinya pasokan minyak ke pasar global bisa berkurang yang membuat harga si emas hitam berpotensi naik. Ini akan menciptakan tekanan inflasi global, termasuk di AS. Bank sentral mana yang mau menurunkan suku bunga saat ekspektasi inflasi sedang tinggi?



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Kedua, ekonomi AS ternyata tidak jelek-jelek amat kok. Pada Agustus, produksi indutri di Negeri Paman Sam naik 0,6% dibandingkan bulan sebelumnya. Ini menjadi kenaikan bulanan tertinggi sejak Agustus 2018.

Kemudian pembacaan awal angka sentimen konsumen versi University of Michigan pada September adalah 92. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 89,8 dan di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 90,9. Artinya, konsumen di AS masih optimistis menjalani bahtera ekonomi ke depan.

Ada lagi. Pada Agustus, penjualan ritel Negeri Adidaya naik 0,4% dibandingkan bulan sebelumnya. Angka ini di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 0,2% dan lebih baik ketimbang rata-rata selama 1992-2019 yang sebesar 0,36%.

Masih ada lagi nih. Jumlah klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 7 September tercatat 204.000. Turun 15.000 dibandingkan pekan sebelumnya dan menjadi yang terendah sejak pertengahan April.

Data-data tersebut menggambarkan bahwa sebenarnya perekonomian AS masih bergeliat. Percik-percik pertumbuhan ekonomi terlihat nyata, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah butuh stimulus moneter berupa penurunan suku bunga acuan?


Nah, situasi yang penuh teka-teki ini membuat pasar ogah mengambil risiko. Jadi sambil menunggu hasil rapat FOMC, lebih baik bermain aman dengan mengoleksi safe haven assest seperti emas. Permintaan emas naik, harga ikut terangkat meski tidak terlalu melonjak.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular