
Bank di Asia Pasifik Terpapar Risiko Properti, Indonesia Aman
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
17 September 2019 16:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri perbankan di kawasan Asia Pasifik semakin terpapar oleh resiko dari sektor properti, terutama untuk Australia dan Selandia Baru yang proporsi utang properti terhadap total aset Bank lebih dari 50%.
Fitch Ratings dalam risetnya hari ini (17/9/2019) menganalisa bahwa suku bunga yang rendah semenjak krisis keuangan global di tahun 2008 telah mengakibatkan penumpukan utang di mayoritas negara kawasan Asia Pasifik.
Grafik di atas menunjukkan bahwa proporsi utang properti hunian lebih besar jika dibandingkan dengan utang komersial. Secara rata-rata, di wilayah Asia Pasifik,utang properti hunian menyumbang sekitar 72% porsi total utang properti.
Hanya Filipina dan Hong Kong yang memiliki porsi utang properti komersial yang lebih besar. Sementara Malaysia terpapar cukup tinggi dengan porsi utang properti komersial terhadap aset bank mencapai 10%, dari total utang properti sekitar 30% atas total aset perbankan.
Lebih lanjut, grafik di atas juga menunjukkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara dengan konsentrasi utang properti yang relatif kecil di antara negara-negara berkembang di kawasan Asia Pasifik.
Porsi utang properti atas aset perbankan stabil di kisaran 9% sejak tahun 2012. Fitch menganalisa. perolehan tersebut disokong oleh ketatnya kriteria kredit properti dari bank besar di Indonesia.
Namun, sejatinya sekitar tahun 2011-2013 sektor perbankan tidak kebal terhadap volatilitas di industri properti karena utang properti sempat tumbuh sekitar 26% per tahun (compound annual growth rate/CAGR). Alhasil industri properti mencatatkan kenaikan harga hingga 14% secara tahunan di kuartal ketiga tahun 2013.
Di lain pihak, rasio utang rumah tangga terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia di akhir tahun 2018 juga mencerminkan penetrasi kredit yang rendah. Akan tetapi, besar kemungkinan nilai utang rumah tangga sebenarnya lebih besar dari data yang tersedia mengingat Indonesia memiliki jumlah unbanked population yang cukup besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Fitch Sebut Prospek Perbankan RI Negatif, Apa yang Buruk?
Fitch Ratings dalam risetnya hari ini (17/9/2019) menganalisa bahwa suku bunga yang rendah semenjak krisis keuangan global di tahun 2008 telah mengakibatkan penumpukan utang di mayoritas negara kawasan Asia Pasifik.
![]() |
Grafik di atas menunjukkan bahwa proporsi utang properti hunian lebih besar jika dibandingkan dengan utang komersial. Secara rata-rata, di wilayah Asia Pasifik,utang properti hunian menyumbang sekitar 72% porsi total utang properti.
Lebih lanjut, grafik di atas juga menunjukkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara dengan konsentrasi utang properti yang relatif kecil di antara negara-negara berkembang di kawasan Asia Pasifik.
Porsi utang properti atas aset perbankan stabil di kisaran 9% sejak tahun 2012. Fitch menganalisa. perolehan tersebut disokong oleh ketatnya kriteria kredit properti dari bank besar di Indonesia.
![]() |
Namun, sejatinya sekitar tahun 2011-2013 sektor perbankan tidak kebal terhadap volatilitas di industri properti karena utang properti sempat tumbuh sekitar 26% per tahun (compound annual growth rate/CAGR). Alhasil industri properti mencatatkan kenaikan harga hingga 14% secara tahunan di kuartal ketiga tahun 2013.
Di lain pihak, rasio utang rumah tangga terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia di akhir tahun 2018 juga mencerminkan penetrasi kredit yang rendah. Akan tetapi, besar kemungkinan nilai utang rumah tangga sebenarnya lebih besar dari data yang tersedia mengingat Indonesia memiliki jumlah unbanked population yang cukup besar.
![]() |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Fitch Sebut Prospek Perbankan RI Negatif, Apa yang Buruk?
Most Popular