Harga Minyak Amblas Sampai 1%, Apa yang Terjadi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 September 2019 07:29
Harga Minyak Amblas Sampai 1%, Apa yang Terjadi?
Ilustrasi Minyak Mentah (REUTERS / Brendan McDermid)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia turun lumayan dalam pagi ini. Kabar soal hubungan Amerika Serikat (AS) dan China membuat harga si emas hitam jatuh.

Pada Jumat (13/9/2019) pukul 07:08 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,86%. Sementara light sweet anjlok lebih dalam lagi yaitu 1,4%.

Pelaku pasar kecewa karena Gedung Putih membantah kabar yang beredar sebelumnya bahwa AS dan China sudah menyepakati perjanjian damai dagang sementara. Dalam perjanjian tersebut, tertuang AS bakal menunda pengenaan bea masuk terhadap produk-produk China.

Mengutip CNBC International, seorang pejabat senior Gedung Putih menegaskan kabar itu tidak benar. Tidak ada kesepakatan dagang interim dengan China, bahkan dipertimbangkan pun belum.

Penonton kecewa, setelah dibuai ke angkasa. Kekecewaan itu dilampiaskan dengan melepas komoditas termasuk minyak, karena prospek pemulihan ekonomi global menjadi samar-samar.

"Sekarang kita kembali mengayuh dengan hati-hati sambil menunggu apa yang terjadi di depan. Apakah itu data ekonomi, dinamika di OPEC, inventori, semuanya perlu dimonitor," kata Phillip Streible. Senior Commodity Strategist di RJO Futures yang berbasis di Chicago, seperti diberitakan Reuters.

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Selain itu, penurunan harga minyak juga disebabkan oleh komentar Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman. Menurut putra Raja Salman ini, penurunan produksi lebih lanjut tidak akan terjadi sebelum pertemuan OPEC yang dijadwalkan berlangsung Desember.

"Saya bisa bicara jujur. Semua yang kita diskusikan, berbagai ketidakpastian, dan respons dari organisasi akan menjadi pembahasan. Kami siap, dan akan terus bertanggung jawab dan responsif," katanya, dikutip dari Reuters.


Saat ini, negara-negara anggota OPEC dan produsen lain seperti Rusia alias OPEC+ sepakat untuk menurunkan produksi minyak 1,2 juta barel/hari hingga Maret 2020. Namun kenyataannya, pengurangan produksi baru terealisasi sekitar 800.000 barel/hari.

Irak malah menaikkan produksinya. Dalam beberapa bulan terakhir, produksi minyak di Negeri 1001 Malam adalah 4,8 juta barel/hari, padahal kuota yang diberikan adalah 4,51 juta barel/hari.

Hal serupa terjadi di Nigeria. Bulan lalu, produksi minyak Nigeria tercatat 1,84 juta barel/hari, di atas target 1,68 juta barel/hari.

Pasokan yang melimpah membuat harga minyak bergerak ke bawah. Oleh karena itu, muncul wacana untuk menekan produksi lebih dalam lagi. Namun Pangeran Abulaziz menegaskan wacana itu tidak akan dibahas sebelum Desember.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular