Skor Untuk Dolar Australia vs Rupiah: 6-1

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 September 2019 18:10
Dolar Australia memang sulit ditandingi minggu kemarin. Mata uang Negeri Kanguru terpompa sentimen pengumuman kebijakan moneter RBA
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia menguat lagi melawan rupiah pada perdagangan Rabu (11/9/19). Ini berarti dalam tujuh hari perdagangan terakhir, Mata Uang Kanguru menguat dalam enam kali, sementara Mata Uang Garuda hanya satu kali, skor 6-1 untuk dolar Australia. Rupiah hanya diberi kesempatan menguat pada Senin (9/9/19) lalu.

Dolar Australia pada pukul 17:13 WIB menguat 0.19% ke level Rp 9.651,57 di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Dolar Australia memang sulit ditandingi minggu kemarin. Mata uang Negeri Kanguru terpapar sentimen positif dari pengumuman kebijakan moneter Bank Sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) serta data ekonomi yang cukup bagus.

Selanjutnya, Biro Statistik Australia melaporkan data pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2019 sebesar 0,5%, sama dengan pertumbuhan kuartal I-2019. Ini artinya tidak ada atau belum ada pelambatan ekonomi seperti yang ditakutkan sebelumnya.

RBA mempertahankan suku bunga acuan di angka 1%, dan memilih menunggu efek dari pemangkasan suku bunga sebelumnya terhadap perekonomian Australia di kuartal IV-2019.. Berarti kemungkinan RBA tidak akan memangkas suku bunga lagi hingga akhir tahun. Persepsi ini yang membuat dolar Australia menguat.


Dua data yang kurang bagus di pekan ini juga belum mampu menggerogoti kekuatan dolar Australia.

National Australia Bank (NAB) pada Selasa kemarin melaporkan indeks keyakinan bisnis turun menjadi 1 di bulan Agustus dari bulan sebelumnya 4. Meski angka di atas 0 menunjukkan sikap optimis, tetap saja ada penurunan besar akan persepsi para pelaku usaha terhadap kondisi ekonomi Australia.

Dari dalam negeri, data ekonomi sebenarnya cukup bagus. Selasa kemarin BI melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan dari Indeks Penjualan Riil (IPR) membaik pada Juli dengan pertumbuhan 2,4% year-on-year (YoY). Membaik dibandingkan Juni yang mengalami kontraksi alias minus 1,8%.

Seiring dengan keyakinan dunia usaha, sentimen tingkat keyakinan konsumen juga mengalami penurunan. Data yang dirilis Westpac Banking Corp. menunjukkan indeks keyakinan konsumen turun menjadi -1,7 dari sebelumnya 3,6, Ini berarti konsumen di Australia pesimis akan geliat ekonomi negeri Kanguru.

Kemudian untuk penjualan ritel Agustus, BI memperkirakan terjadi pertumbuhan 3,7%. Lebih tinggi dibandingkan Juli, tetapi kalah dibandingkan Agustus 2018 yang mampu tumbuh 6,1%.

Sementara pada pekan lalu, BI melaporkan Cadangan devisa Agustus merupakan yang tertinggi sejak Februari 2018. Data ini menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan Indonesia, karena ada keyakinan BI punya amunisi yang semakin memadai untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Namun tetap saja, rupiah harus mengakui keperkasaan dolar Australia.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular