Kemarin Diterpa Profit Taking, Kini Indeks Shanghai Bangkit

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 September 2019 09:05
Bursa saham China dan Hong Kong ditransaksikan di zona hijau pada perdagangan hari ini.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham China dan Hong Kong ditransaksikan di zona hijau pada perdagangan hari ini. Hingga berita ini diturunkan, indeks Shanghai naik tipis 0,07% ke level 3.023,23, sementara indeks Hang Seng menguat 0,26% ke level 26.752,6.

Untuk diketahui, indeks Shanghai ditutup melemah 0,12% pada perdagangan kemarin (10/9/2019), seiring dengan aksi ambil untung yang dilakukan investor. Maklum saja, dalam enam hari perdagangan sebelumnya indeks Shanghai sudah mencetak apresiasi yang jika ditotal mencapai 4,8%.

Pada hari ini, indeks Shanghai berhasil bangkit seiring dengan asa damai dagang AS-China yang semakin kental terasa. Melansir CNBC International yang mengutip South China Morning Post, China dikabarkan telah memberi penawaran kepada AS untuk membeli produk agrikultur dari Negeri Paman Sam dengan jumlah yang lebih besar.

Sebagai gantinya, pihak China meminta AS untuk menunda pengenaan bea masuk baru dan melonggarkan sanksi terhadap Huawei yang merupakan raksasa perusahaan telekomunikasi asal China.

Sebelumnya pada hari Senin (9/9/2019), Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa AS dan China telah mencapai kesepakatan terkait dengan konsep pengawasan yang akan digunakan untuk kesepakatan dagang kedua negara nantinya, melansir CNBC International.

Mnuchin menambahkan bahwa perbincangan di level wakil menteri akan digelar pada bulan ini, diikuti dengan negosiasi tatap muka di level yang lebih tinggi pada awal Oktober. Negosiasi tatap muka di AS pada awal bulan depan diketahui akan melibatkan Mnuchin sendiri, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Wakil Perdana Menteri China Liu He, serta Gubernur Bank Sentral China Yi Gang.

Seperti yang diketahui, hubungan AS dan China sempat kembali memanas pasca pada tanggal 1 September AS resmi memberlakukan bea masuk baru sebesar 15% yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 112 miliar. Pakaian, sepatu, hingga kamera menjadi bagian dari daftar produk yang diincar AS pada kesempatan ini.

Di sisi lain, aksi balasan dari China berlaku selepas AS bersikeras menerapkan bea masuk baru terhadap Beijing. China mengenakan bea masuk baru yang berkisar antara 5-10% bagi sebagian produk yang masuk dalam daftar target senilai US$ 75 miliar. Daging babi, daging sapi, dan berbagai produk pertanian lainnya tercatat masuk dalam daftar barang yang menjadi lebih mahal per tanggal 1 September kemarin.

Untuk diketahui, AS masih akan mengenakan bea masuk baru terhadap berbagai produk impor China lainnya pada tanggal 15 Desember. Jika ditotal, nilai barang yang terdampak dari kebijakan AS pada hari ini dan tanggal 15 Desember nanti adalah US$ 300 miliar, dilansir dari CNBC International.

Sementara itu, sisa barang dalam daftar target senilai US$ 75 miliar yang hingga kini belum dikenakan bea masuk baru oleh China, akan mulai terdampak pada tanggal 15 Desember.

Diharapkan, gelaran negosiasi dagang pada awal bulan depan bisa membawa kedua negara meneken kesepakatan dagang, sekaligus menghindarkan perekonomian keduanya dari yang namanya hard landing alias perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Optimisme Damai Dagang Angkat Bursa China ke Zona Hijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular