Gomennasai... Ekonomi Jepang Melambat, Rupiah Malah Menguat

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 September 2019 12:02
Gomennasai... Ekonomi Jepang Melambat, Rupiah Malah Menguat
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepertinya sudah menemukan pola yang ajeg, yaitu menguat. Data ekonomi teranyar dari Jepang memastikan rupiah tetap menarik sehingga layak dikoleksi investor.

Pada Senin (9/9/2019) pukul 11:25 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.070. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu dan menyentuh titik terkuat sejak 31 Juli.

 

Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,07%. Rupiah bertahan lumayan lama di posisi itu, bahkan penguatannya sempat menipis.

Akan tetapi perlahan mata uang Tanah Air mulai menemukan permainan terbaiknya. Bahkan rupiah mampu menjadi salah satu mata uan terbaik di Asia.

Apresiasi 0,14% mengantar rupiah ke posisi kedua di klasemen mata uang utama Benua Kuning. Peringkat teratas ditempati oleh ringgit Malaysia.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 11:30 WIB:

 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Mungkin salah satu faktor yang membuat rupiah mulai mantap menguat adalah perkembangan terkini di Jepang. Kantor Kabinet Negeri Matahari Terbit mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2018 direvisi dari 1,8% menjadi 1,3%. Melambat dibandingkan realisasi kuartal sebelumnya yaitu 2,1%.



Ekonomi Jepang yang semakin melambat membuat bank sentral (BoJ) hanya punya sedikit pilihan di atas meja. Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah menurunkan suku bunga acuan.

Padahal Jepang sudah menerapkan suku bunga negatif sejak 2016. Ya, sudah lebih dari tiga tahun suku bunga acuan di sana berada di angka -0,1%.

"Ada beberapa hal yang bisa kami lakukan, seperti bauran berbagai kebijakan. Namun menurunkan suku bunga acuan lebih lanjut ke area negatif selalu menjadi pilihan. Kami tidak bisa menafikan kemungkinan bahwa kondisi akan memburuk, jadi harus selalu waspada terutama soal tensi dagang AS-China," papar Haruhiko Kuroda, Gubernur BoJ, seperti diwartakan Reuters.

BoJ akan melaksanakan rapat terkait penentuan suku bunga acuan pada 19 September. Kalau perang dagang AS-China memburuk, maka bukan tidak mungkin Kuroda dan kolega mengeksekusi penurunan suku bunga acuan bulan ini.


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Penurunan suku bunga acuan akan membuat berinvestasi di instrumen berpendapatan tetap (fixed income) di Jepang menjadi kurang menarik. Sekarang saja imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Jepang sudah banyak yang negatif. Kalau suku bunga acuan turun, yield akan semakin terdorong ke bawah.



Ini akan membuat selisih (spread) dengan yield obligasi di Indonesia semakin lebar. Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah Indonesia berbagai tenor, yang jauh di atas Jepang punya:



Potensi cuan membuat investor selalu melirik pasar keuangan Indonesia. Aliran modal asing ini akan memberi jalan bagi penguatan rupiah.

Jadi gomennasai, mohon maaf buat Jepang... Sepertinya derita ekonomi di sana malah jadi kabar baik di sini...


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular