
Selamat, Rupiah Peringkat 2 Asia Pekan Ini!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 September 2019 09:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di perdagangan pasar spot sepanjang pekan ini. Dolar AS berhasil diturunkan ke bawah Rp 14,100.
Selama minggu ini, rupiah menguat 0,63% di hadapan dolar AS. Pada penutupan perdagangan akhir pekan, US$ 1 setara dengan Rp 14.090 sehingga rupiah menyentuh titik terkuat sejak 31 Juli.
Tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga menguat di hadapan dolar AS. Hanya rupee India, yen Jepang, dan baht Thailand yang masih tertinggal di zona merah.
Won Korea selatan menjadi mata uang terbaik di Benua Kuning, dengan apresiasi hampir 1,5% terhadap dolar AS. Di mana posisi rupiah? Nomor dua, lumayan oke lah.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang Asia dalam sepekan ini:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Mengawali pekan, sebenarnya mata uang Asia masih tertekan seperti minggu sebelumnya. Apalagi awal pekan ini menjadi pembuka babak baru perang dagang AS-China.
Mulai 1 September, kedua negara menerapkan bea masuk baru yang mengawali ronde kesekian dari perang dagang yang berlangsung sejak awal 2018. AS mengenakan bea masuk 15% bagi importasi produk China senilai US$ 125 miliar, di antara berlaku bagi pengeras suara (speaker), headphone, sampai pakaian. Gelombang kedua bea masuk 15% akan berlaku mulai 15 Desember, yang mencakup impor produk China senilai US$ 156 miliar dari mulai alat makan plastik, kaus kaki, lampu LED, sampai dekorasi untuk keperluan Hari Natal.
Sementara China memberlakukan bea masuk 5-10% untuk importasi produk AS senilai US$ 75 miliar. Selain itu, ada kenaikan bea masuk untuk produk yang selama ini sudah menjadi 'korban', misalnya kedelai (dari 25% naik menjadi 30%).
Oleh karena itu, investor masih mencari selamat masing-masing pada hari-hari awal pekan ini. Yen Jepang, franc Swiss, dan emas kebanjiran peminat karena statusnya sebagai aset aman (safe haven).
Namun harapan datang pada tengah pekan. Kementerian Perdagangan China mengungkapkan Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Gubernur Bank Sentral China (PBoC) Yi Gang telah menelepon Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada 5 September. Mereka sepakat untuk melanjutkan dialog dagang di Washington pada awal Oktober.
Asa damai dagang kembali merekah. Ada harapan kedua negara bisa berdamai, tidak lagi saling hambat.
Kala AS dan China sudah saling membuka pasarnya, maka rantai pasok global akan pulih. Arus perdagangan dan investasi akan kembali semarak sehingga pertumbuhan ekonomi global bisa lebih baik.
Perkembangan ini tentunya mendongrak minat pelaku pasar terhadap aset-aset berisiko (risk appetite). Aset aman pun dilepas, arus modal masuk ke pasar keuangan negara-negara berkembang. Hasilnya, rupiah perkasa hingga menjadi runner-up Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Selama minggu ini, rupiah menguat 0,63% di hadapan dolar AS. Pada penutupan perdagangan akhir pekan, US$ 1 setara dengan Rp 14.090 sehingga rupiah menyentuh titik terkuat sejak 31 Juli.
Won Korea selatan menjadi mata uang terbaik di Benua Kuning, dengan apresiasi hampir 1,5% terhadap dolar AS. Di mana posisi rupiah? Nomor dua, lumayan oke lah.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang Asia dalam sepekan ini:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Mengawali pekan, sebenarnya mata uang Asia masih tertekan seperti minggu sebelumnya. Apalagi awal pekan ini menjadi pembuka babak baru perang dagang AS-China.
Mulai 1 September, kedua negara menerapkan bea masuk baru yang mengawali ronde kesekian dari perang dagang yang berlangsung sejak awal 2018. AS mengenakan bea masuk 15% bagi importasi produk China senilai US$ 125 miliar, di antara berlaku bagi pengeras suara (speaker), headphone, sampai pakaian. Gelombang kedua bea masuk 15% akan berlaku mulai 15 Desember, yang mencakup impor produk China senilai US$ 156 miliar dari mulai alat makan plastik, kaus kaki, lampu LED, sampai dekorasi untuk keperluan Hari Natal.
Sementara China memberlakukan bea masuk 5-10% untuk importasi produk AS senilai US$ 75 miliar. Selain itu, ada kenaikan bea masuk untuk produk yang selama ini sudah menjadi 'korban', misalnya kedelai (dari 25% naik menjadi 30%).
Oleh karena itu, investor masih mencari selamat masing-masing pada hari-hari awal pekan ini. Yen Jepang, franc Swiss, dan emas kebanjiran peminat karena statusnya sebagai aset aman (safe haven).
Namun harapan datang pada tengah pekan. Kementerian Perdagangan China mengungkapkan Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Gubernur Bank Sentral China (PBoC) Yi Gang telah menelepon Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada 5 September. Mereka sepakat untuk melanjutkan dialog dagang di Washington pada awal Oktober.
Asa damai dagang kembali merekah. Ada harapan kedua negara bisa berdamai, tidak lagi saling hambat.
Kala AS dan China sudah saling membuka pasarnya, maka rantai pasok global akan pulih. Arus perdagangan dan investasi akan kembali semarak sehingga pertumbuhan ekonomi global bisa lebih baik.
Perkembangan ini tentunya mendongrak minat pelaku pasar terhadap aset-aset berisiko (risk appetite). Aset aman pun dilepas, arus modal masuk ke pasar keuangan negara-negara berkembang. Hasilnya, rupiah perkasa hingga menjadi runner-up Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular