
Ada Terobosan di Negosiasi Dagang AS-China, Bursa Asia Hijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 September 2019 09:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia kompak melaju di zona hijau pada perdagangan hari ini. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei menguat 0,64%, indeks Shanghai naik 0,17%, indeks Hang Seng terapresiasi 0,67%, indeks Straits Times terkerek 0,41%, dan indeks Kospi bertambah 0,21%.
Kabar gembira terkait perkembangan perang dagang AS-China masih menjadi faktor yang melandasi aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Kemarin (5/9/2019), Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa delegasi kedua negara melakukan perbincangan via sambungan telepon pada pagi hari.
Perbincangan via sambungan telepon ini melibatkan berbagai tokoh penting seperti Wakil Perdana Menteri China Liu He, Gubernur Bank Sentral China Yi Gang, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.
Hasilnya, kedua belah pihak menyepakati gelaran negosiasi dagang secara tatap muka pada awal bulan depan, dilansir dari CNBC International. AS dan China akan menggelar negosiasi tersebut di Washington, D.C. yang merupakan ibu kota dari AS.
Menurut pernyataan resmi dari Kementerian Perdagangan China, kedua belah pihak akan menggelar konsultasi pada pertengahan bulan ini sebagai bagian dari persiapan negosiasi tatap muka di awal bulan depan.
Lantas, asa damai dagang AS-China yang sempat redup kini kembali membuncah. Sebelumnya, menurut sumber-sumber yang mengetahui masalah tersebut, pejabat pemerintahan AS dan China disebut sedang kesulitan untuk menyetujui gelaran negosiasi dagang secara tatap muka, melansir Bloomberg.
Penyebabnya, AS menolak permintaan dari Beijing untuk menunda pengenaan bea masuk baru bagi produk impor asal China yang dimulai pada akhir pekan kemarin.
Seperti yang diketahui, pada tanggal 1 September waktu setempat AS resmi memberlakukan bea masuk baru sebesar 15% yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 112 miliar. Pakaian, sepatu, hingga kamera menjadi bagian dari daftar produk yang diincar AS pada kesempatan ini.
Di sisi lain, aksi balasan dari China berlaku selepas AS bersikeras menerapkan bea masuk baru terhadap Beijing. China mengenakan bea masuk baru yang berkisar antara 5-10% bagi sebagian produk yang masuk dalam daftar target senilai US$ 75 miliar.
Daging babi, daging sapi, dan berbagai produk pertanian lainnya tercatat masuk dalam daftar barang yang menjadi lebih mahal per tanggal 1 September kemarin.
Untuk diketahui, AS masih akan mengenakan bea masuk baru terhadap berbagai produk impor China lainnya pada tanggal 15 Desember. Jika ditotal, nilai barang yang terdampak dari kebijakan AS pada hari ini dan tanggal 15 Desember nanti adalah US$ 300 miliar, dilansir dari CNBC International.
Sementara itu, sisa barang dalam daftar target senilai US$ 75 miliar yang hingga kini belum dikenakan bea masuk baru oleh China, akan mulai terdampak pada tanggal 15 Desember.
Kini, justru muncul harapan bahwa negosiasi dagang AS-China akan menciptakan suatu terobosan. Kemarin malam, Pemimpin Redaksi Global Times Hu Xijin menyebutkan bahwa ada kemungkinan yang lebih besar dalam negosiasi kali ini bahwa kedua negara bisa menciptakan suatu terobosan guna mengakhiri perang dagang yang sudah berlangsung lebih dari satu setengah tahun.
"Secara pribadi saya rasa AS, lelah dalam menghadapi perang dagang, mungkin tak akan lagi berharap untuk menghancurkan keinginan pihak China. Ada kemungkinan yang lebih besar terkait dicapainya sebuah terobosan antar kedua negara," tulis Hu melalui akun Twitter @HuXijin_GT.
Untuk diketahui, Global Times merupakan sebuah tabloid yang berada di bawah naungan People's Daily. People's Daily sendiri merupakan sebuah koran yang dikontrol oleh Partai Komunis China.
Sebelumnya, proyeksi dari Hu terkait dengan perang dagang AS-China terbukti berbuah menjadi kenyataan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Kabar gembira terkait perkembangan perang dagang AS-China masih menjadi faktor yang melandasi aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Kemarin (5/9/2019), Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa delegasi kedua negara melakukan perbincangan via sambungan telepon pada pagi hari.
Perbincangan via sambungan telepon ini melibatkan berbagai tokoh penting seperti Wakil Perdana Menteri China Liu He, Gubernur Bank Sentral China Yi Gang, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.
Menurut pernyataan resmi dari Kementerian Perdagangan China, kedua belah pihak akan menggelar konsultasi pada pertengahan bulan ini sebagai bagian dari persiapan negosiasi tatap muka di awal bulan depan.
Lantas, asa damai dagang AS-China yang sempat redup kini kembali membuncah. Sebelumnya, menurut sumber-sumber yang mengetahui masalah tersebut, pejabat pemerintahan AS dan China disebut sedang kesulitan untuk menyetujui gelaran negosiasi dagang secara tatap muka, melansir Bloomberg.
Penyebabnya, AS menolak permintaan dari Beijing untuk menunda pengenaan bea masuk baru bagi produk impor asal China yang dimulai pada akhir pekan kemarin.
Seperti yang diketahui, pada tanggal 1 September waktu setempat AS resmi memberlakukan bea masuk baru sebesar 15% yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 112 miliar. Pakaian, sepatu, hingga kamera menjadi bagian dari daftar produk yang diincar AS pada kesempatan ini.
Di sisi lain, aksi balasan dari China berlaku selepas AS bersikeras menerapkan bea masuk baru terhadap Beijing. China mengenakan bea masuk baru yang berkisar antara 5-10% bagi sebagian produk yang masuk dalam daftar target senilai US$ 75 miliar.
Daging babi, daging sapi, dan berbagai produk pertanian lainnya tercatat masuk dalam daftar barang yang menjadi lebih mahal per tanggal 1 September kemarin.
Untuk diketahui, AS masih akan mengenakan bea masuk baru terhadap berbagai produk impor China lainnya pada tanggal 15 Desember. Jika ditotal, nilai barang yang terdampak dari kebijakan AS pada hari ini dan tanggal 15 Desember nanti adalah US$ 300 miliar, dilansir dari CNBC International.
Sementara itu, sisa barang dalam daftar target senilai US$ 75 miliar yang hingga kini belum dikenakan bea masuk baru oleh China, akan mulai terdampak pada tanggal 15 Desember.
Kini, justru muncul harapan bahwa negosiasi dagang AS-China akan menciptakan suatu terobosan. Kemarin malam, Pemimpin Redaksi Global Times Hu Xijin menyebutkan bahwa ada kemungkinan yang lebih besar dalam negosiasi kali ini bahwa kedua negara bisa menciptakan suatu terobosan guna mengakhiri perang dagang yang sudah berlangsung lebih dari satu setengah tahun.
"Secara pribadi saya rasa AS, lelah dalam menghadapi perang dagang, mungkin tak akan lagi berharap untuk menghancurkan keinginan pihak China. Ada kemungkinan yang lebih besar terkait dicapainya sebuah terobosan antar kedua negara," tulis Hu melalui akun Twitter @HuXijin_GT.
Untuk diketahui, Global Times merupakan sebuah tabloid yang berada di bawah naungan People's Daily. People's Daily sendiri merupakan sebuah koran yang dikontrol oleh Partai Komunis China.
Sebelumnya, proyeksi dari Hu terkait dengan perang dagang AS-China terbukti berbuah menjadi kenyataan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Most Popular