AS-China Ketemuan Oktober, Hong Kong Adem, Rupiah Tanpa Beban

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 September 2019 09:24
AS-China Ketemuan Oktober, Hong Kong Adem, Rupiah Tanpa Beban
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Berbagai kabar baik membuat investor berani masuk ke instrumen-instrumen berisiko sehingga menguntungkan bagi rupiah.

Pada Kamis (5/9/2019) pukul 09:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.145. Rupiah menguat 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kala pembukaan pasar, rupiah masih stagnan di Rp 14.150/US$. Namun kemudian rupiah berhasil menguat, meski masih dalam kisaran terbatas.


Tidak cuma rupiah, mayoritas mata uang Asia pun tengah berbunga-bunga. Meski, juga mirip dengan rupiah, penguatan mata uang utama Benua Kuning tipis-tipis saja.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 09:01 WIB:



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Berbagai sentimen positif membuat pasar keuangan Asia begitu teduh. Kabar terbaru, AS-China dikabarkan siap melanjutkan dialog dagang pada Oktober.

Mengutip Reuters, Kementerian Perdagangan China mengungkapkan Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Gubernur Bank Sentral China (PBoC) Yi Gang telah menelepon Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada 5 September. Mereka sepakat untuk melanjutkan dialog dagang di Washington pada awal Oktober.

Sebelum pertemuan Oktober, akan ada dialog level deputi yang dihelat pada pertengahan September. "Pertemuan pada pertengahan September akan menjadi dasar bagi perkembangan yang signifikan," sebut Juru Bicara Kantor Perwakilan Dagang AS, seperti diberitakan Reuters. 

Meski mundur dari rencana awal yaitu awal September, tetapi mendengar kabar mereka akan berunding saja sudah membuat pasar senang bukan kepalang. Ternyata harapan menuju damai dagang AS-China masih ada.

Kabar ini membuat pelaku pasar tidak mau lagi main aman. Aset-aset berisiko di negara berkembang Asia kembali diburu sehingga menopang penguatan rupiah.



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)


Tidak hanya di AS, kabar baik pun bertebaran di Asia-Eropa. Di Hong Kong, Pemimpin Carrie Lam memutuskan untuk menarik rancangan undang-undang ekstradisi. Maklum, penolakan terhadap aturan ekstradisi ini membuat Hong Kong dilanda demonstrasi berbulan-bulan.

"Aksi kekerasan yang terus berlanjut telah merusak fondasi kemasyarakatan, terutama tatanan hukum. Pemerintah akan secara resmi menarik rancangan undang-undang tersebut untuk merespons perhatian masyarakat," kata Lam, seperti dikutip dari Reuters.

Ini adalah kabar gembira, karena rencana pemerintah Hong Kong akan membuat aksi demonstrasi berakhir, karena tuntutan kubu pro-demokrasi sudah dituruti. Selama beberapa waktu terakhir, situasi di Hong Kong benar-benar tidak kondusif sampai objek vital seperti bandara pun tidak bisa diakses. Pariwisata anjlok, aktivitas bisnis terbengkalai, padahal Hong Kong adalah salah satu hub keuangan yang sangat penting.

Baca: Ini Kronologi Demo Besar Hong Kong yang Lumpuhkan Ekonomi

Sekarang Hong Kong bisa mulai kembali menata dirinya. Kegiatan ekonomi diharapkan segera normal.

Kemudian dari Inggris, parlemen berhasil menggagalkan upaya Perdana Menteri Boris Johnson yang berpotensi membuat Inggris meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan apa-apa alias No Deal Brexit. Proposal yang diajukan kubu oposisi Partai Buruh menenangkan voting dengan periolehan suara 328 berbanding 301.

"Kami tidak akan menari mengikuti iramanya (Johnson). Sudah jelas apa yang dia inginkan, dia ingin parlemen melepaskan kontrol," tegas Keir Starmer, Anggota Parlemen dari Partai Buruh, seperti diwartakan Reuters.

Perkembangan ini sedikit banyak membuat pasar lega, karena parlemen masih akan dilibatkan dalam proses Brexit. Jika menyerahkan semuanya kepada Johnson, maka kemungkinan terjadinya No Deal Brexit semakin tinggi.


Kemudian dari Italia, pemerintahan yang sempat retak kini sudah dibentuk kembali. Perdana Menteri Giuseppe Conte membentuk koalisi pemerintah baru yang kebanyakan diisi oleh perwakilan dari Gerakan Bintang Lima dan Partai Demokratik.

Bulan lalu, koalisi pemerintahan Conte pecah kala Liga memutuskan untuk menarik diri. Bahkan Liga mendesak diadakan Pemilu ulang, upaya yang tidak berhasil. Stabilitas politik

Italia juga memberikan ketenangan di hati investor. Ditambah dengan situasi yang mulai adem di Hong Kong dan Inggris, pelaku pasar mulai meninggalkan aset aman (safe haven) seperti emas dan masuk ke pasar keuangan Asia.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular