
Gara-gara China Harga Minyak Melesat 4%
Donald Banjarnahor, CNBC Indonesia
04 September 2019 22:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia naik hingga 4% pada hari Rabu (4/9/2019) waktu Indonesia yang didorong oleh kenaikan pasar yang lebih luas pada berita positif dari sektor jasa China. Rebound ini terjadi setalah tiga hari harga minyak mengalami penurunan karena kekhawatiran tentang pelemahan ekonomi global.
Minyak mentah Brent menyentuh naik US$ 2,30 atau 4% menjadi US$ 60,59 per bare. Begitu pula minyak WTI naik US$ 2,19 atau 4% menjadi US$ 56,12
Dikutip dari Reuters Pasar global rebound setelah survei menunjukkan bahwa aktivitas di sektor jasa China berkembang pada laju tercepat dalam tiga bulan pada Agustus 2019 karena permintaan baru naik. Hal ini mendorong kenaikan terbesar dalam perekrutan dalam lebih dari setahun. Cina adalah konsumen minyak terbesar kedua dan importir terbesar di dunia.
Tetapi Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa memperingatkan bahwa ia akan "lebih keras" kepada Beijing dalam masa jabatan kedua jika pembicaraan perdagangan berlarut-larut, menambah kekhawatiran pasar bahwa perselisihan perdagangan antara kedua negara dapat memicu resesi A.S.
Data A.S. yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan aktivitas manufaktur pada bulan Agustus terkontraksiuntuk pertama kalinya dalam tiga tahun, sementara aktivitas zona euro menyusut untuk bulan ketujuh.
Beberapa analis berpendapat bahwa fundamental keseluruhan pasar minyak tetap mengecewakan.
(dob/dob) Next Article Drama Harga Minyak, Bagaimana Nasib RI?
Minyak mentah Brent menyentuh naik US$ 2,30 atau 4% menjadi US$ 60,59 per bare. Begitu pula minyak WTI naik US$ 2,19 atau 4% menjadi US$ 56,12
Dikutip dari Reuters Pasar global rebound setelah survei menunjukkan bahwa aktivitas di sektor jasa China berkembang pada laju tercepat dalam tiga bulan pada Agustus 2019 karena permintaan baru naik. Hal ini mendorong kenaikan terbesar dalam perekrutan dalam lebih dari setahun. Cina adalah konsumen minyak terbesar kedua dan importir terbesar di dunia.
Tetapi Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa memperingatkan bahwa ia akan "lebih keras" kepada Beijing dalam masa jabatan kedua jika pembicaraan perdagangan berlarut-larut, menambah kekhawatiran pasar bahwa perselisihan perdagangan antara kedua negara dapat memicu resesi A.S.
Data A.S. yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan aktivitas manufaktur pada bulan Agustus terkontraksiuntuk pertama kalinya dalam tiga tahun, sementara aktivitas zona euro menyusut untuk bulan ketujuh.
Beberapa analis berpendapat bahwa fundamental keseluruhan pasar minyak tetap mengecewakan.
(dob/dob) Next Article Drama Harga Minyak, Bagaimana Nasib RI?
Most Popular