
Rupiah Lemah di Pasar Spot dan Kurs Tengah Bi, Ini Sebabnya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 September 2019 10:41

Sentimen kedua datang dari Inggris. Kurang dari dua bulan lagi Inggris resmi bercerai dengan Uni Eropa, tetapi kondisi politik di Negeri Ratu Elizabeth masih saja gaduh.
Perdana Menteri Boris Johnson masih berkeras akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) pada 31 Oktober, deal or no deal. Namun kubu oposisi di parlemen sedang berupaya untuk menggagalkan upaya tersebut, karena khawatir no deal Brexit akan membawa Inggris ke jurang resesi. Ada wacana untuk kembali memundurkan waktu pelaksanaan Brexit tiga bulan setelah 31 Oktober.
Baca: Hati-Hati, No-Deal Brexit Kian Nyata!
Johnson tidak mau mundur lagi. Pokoknya cerai. Oleh karena itu, dia menyiratkan akan menggelar Pemilu yang dipercepat jika parlemen masih menghalangi jalannya. Jadwal Pemilu Inggris berikutnya adalah 2022.
"Saya ingin semua orang tahu bahwa tidak ada hal yang bisa membuat saya meminta Brussel untuk menunda (Brexit). Kami pergi 31 Oktober, tanpa 'jika' dan 'tetapi'.
"Saya sebenarnya tidak mau ada Pemilu (yang dipercepat), Anda juga tidak mau. Jadi mari selesaikan agenda amanat rakyat," tegas Johson, seperti diberitakan Reuters.
Perang dagang AS-China yang memanas dan politik Inggris yang gaduh membuat pelaku pasar hanya punya sedikit pilihan. Sayangnya, pilihan itu tidak menuju ke aset-aset berisiko di negara berkembang Asia...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Perdana Menteri Boris Johnson masih berkeras akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) pada 31 Oktober, deal or no deal. Namun kubu oposisi di parlemen sedang berupaya untuk menggagalkan upaya tersebut, karena khawatir no deal Brexit akan membawa Inggris ke jurang resesi. Ada wacana untuk kembali memundurkan waktu pelaksanaan Brexit tiga bulan setelah 31 Oktober.
Baca: Hati-Hati, No-Deal Brexit Kian Nyata!
"Saya ingin semua orang tahu bahwa tidak ada hal yang bisa membuat saya meminta Brussel untuk menunda (Brexit). Kami pergi 31 Oktober, tanpa 'jika' dan 'tetapi'.
"Saya sebenarnya tidak mau ada Pemilu (yang dipercepat), Anda juga tidak mau. Jadi mari selesaikan agenda amanat rakyat," tegas Johson, seperti diberitakan Reuters.
Perang dagang AS-China yang memanas dan politik Inggris yang gaduh membuat pelaku pasar hanya punya sedikit pilihan. Sayangnya, pilihan itu tidak menuju ke aset-aset berisiko di negara berkembang Asia...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular