Diam-diam Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs Tengah BI

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 September 2019 10:40
Diam-diam Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs Tengah BI
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) boleh berfluktuasi di perdagangan pasar spot. Namun di kurs tengah Bank Indonesia (BI), diam-diam rupiah sudah menguat tiga hari beruntun.

Pada Senin (2/9/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.190. Rupiah menguat 0,33% dibandingkan posisi akhir pekan lalu dan menyentuh titik terkuat sejak 1 Agustus.

Tidak hanya itu, ternyata rupiah di kurs tengah BI sudah menguat selama tiga hari perdagangan berturut-turut. Dalam periode tersebut, penguatan rupiah tercatat 0,51%.

 

Namun di perdagangan pasar spot, rupiah tidak seberuntung itu. Pada pukul 10:13 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.185 di mana rupiah melemah 0,04%.

Rupiah membuka perdagangan pasar spot dengan depresiasi tipis 0,01%. Selepas itu, rupiah tidak bergerak dinamis, masih melemah dalam kisaran terbatas alias tipis-tipis saja.


Namun hari ini tidak cuma rupiah yang melemah di pasar spot. Ternyata sebagian besar mata uang utama Asia pun bernasib sama, tidak bisa berbicara banyak di hadapan dolar AS.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:15 WIB:



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Perang dagang AS-China menjadi tema besar di pasar keuangan dunia hari ini. Mulai 1 September, kedua negara resmi memberlakukan bea masuk baru yang membuka babak selanjutnya dari perang dagang yang sudah berlangsung sejak awal 2018.

AS mengenakan bea masuk 15% bagi importasi produk China senilai US$ 125 miliar, di antara berlaku bagi pengeras suara (speaker), headphone, sampai pakaian. Gelombang kedua bea masuk 15% akan berlaku mulai 15 Desember, yang mencakup impor produk China senilai US$ 156 miliar dari mulai alat makan plastik, kaus kaki, lampu LED, sampai dekorasi untuk keperluan Hari Natal.

Sementara China memberlakukan bea masuk 5-10% untuk importasi produk AS senilai US$ 75 miliar. Selain itu, ada kenaikan bea masuk untuk produk yang selama ini sudah menjadi 'korban', misalnya kedelai (dari 25% naik menjadi 30%).


Api perang dagang AS-China resmi berkobar lagi, sesuatu yang sangat membuat pelaku pasar khawatir. Bukan apa-apa, perang dagang AS-China akan 'melukai' perekonomian dunia.


Akan tetapi, di sisi lain masih ada harapan AS dan China bisa mencapai kesepakatan damai dagang. Sebab, ternyata kedua negara masih akan bertemu bulan ini.

"Kami sudah berbicara dengan pihak China, pertemuan masih terjadwal pada September. Kita lihat saja nanti, tetapi kami tidak bisa membiarkan China mencabik-cabik negara ini lagi," tegas Presiden AS Donald Trump, seperti diberitakan Reuters.

Perkembangan yang membuat bingung ini menyebabkan pelaku pasar memasang mode wait and see. Arus modal ke instrumen-instrumen berisiko di negara berkembang masih seret, sehingga rupiah dkk di Asia kekurangan 'darah'.

Sepertinya emas kembali menjadi favorit pelaku pasar yang mencari aman di tengah ketidakpastian. Pada pukul 10:30 WIB, harga emas dunia naik 0,43% dan nyaris menyentuh US$ 1.530/troy ons.





TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular