Perang Dagang Makin Panas, Reli 4 Hari IHSG Terputus

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
02 September 2019 09:38
Perang Dagang Makin Panas, Reli 4 Hari IHSG Terputus
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan pertama di pekan ini dengan penguatan tipis sebesar 0,04% ke level 6.331,15. Sayang, dalam sekejap IHSG sudah berbalik arah ke zona merah. Pada pukul 09:30 WIB, indeks saham acuan di Indonesia tersebut terkoreksi sebesar 0,51% ke level 6.296,13.

Jika koreksi IHSG terus bertahan hingga akhir perdagangan, maka akan memutus rantai apresiasi yang sudah dibukukan selama empat hari beruntun.

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang ditransaksikan di zona merah. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei jatuh 0,19%, indeks Hang Seng melemah 0,39%, dan indeks Straits Times turun 0,51%.

Tereskalasinya perang dagang AS-China menjadi sentimen negatif yang membayangi perdagangan di bursa saham Benua Kuning pada hari ini. Kemarin (1/9/2019), AS resmi memberlakukan bea masuk baru sebesar 15% yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 112 miliar. Pakaian, sepatu, hingga kamera menjadi bagian dari daftar produk yang diincar AS pada kesempatan ini.

Di sisi lain, aksi balasan dari China berlaku selepas AS bersikeras menerapkan bea masuk baru terhadap Beijing. China mengenakan bea masuk baru yang berkisar antara 5-10% bagi sebagian produk yang masuk dalam daftar target senilai US$ 75 miliar. Daging babi, daging sapi, dan berbagai produk pertanian lainnya tercatat masuk dalam daftar barang yang menjadi lebih mahal per tanggal 1 September kemarin.

Untuk diketahui, AS masih akan mengenakan bea masuk baru terhadap berbagai produk impor China lainnya pada tanggal 15 Desember. Jika ditotal, nilai barang yang terdampak dari kebijakan AS pada hari ini dan tanggal 15 Desember nanti adalah US$ 300 miliar, dilansir dari CNBC International.

Sementara itu, sisa barang dalam daftar target senilai US$ 75 miliar yang hingga kini belum dikenakan bea masuk baru oleh China, akan mulai terdampak pada tanggal 15 Desember.

Dengan eskalasi lebih lanjut terkait perang dagang kedua negara yang sudah resmi terjadi, dikhawatirkan keduanya akan semakin jauh dari yang namanya kesepakatan dagang. Pada akhirnya, kedua negara bisa mengalami yang namanya hard landing.

Untuk diketahui, pada tahun 2018, International Monetary Fund (IMF) mencatat perekonomian AS tumbuh sebesar 2,857%, menandai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak tahun 2015.

Pada tahun 2019, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS melambat menjadi 2,6%. Untuk tahun 2020, pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan kembali merosot menjadi 1,9% saja.

Sementara untuk China, pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 diproyeksikan melandai ke level 6,2%, dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Pada tahun depan, pertumbuhannya kembali diproyeksikan melandai menjadi 6%.

Kala dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi mengalami yang namanya hard landing, pastilah laju perekonomian dunia akan ikut mendapatkan tekanan yang signifikan.

BERLANJUT KE HALAMAN 2 ->

Dari dalam negeri, pelaku pasar dibuat grogi dalam menantikan rilis angka inflasi. Pada pukul 11:00 WIB, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis angka inflasi periode Agustus 2019.

Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi secara bulanan (month-on-month/MoM) berada di level 0,16%, sementara inflasi secara tahunan (year-on-year/YoY) diperkirakan sebesar 3,54%.

Rilis angka inflasi akan dicermati investor untuk mengukur kuat-lemahnya daya beli masyarakat Indonesia. Jika angka inflasi bisa menyamai atau bahkan mengalahkan ekspektasi, akan timbul persepsi bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada di level yang tinggi sehingga aksi beli atas saham-saham barang konsumsi bisa dilakukan.

Di sisi lain, jika angka inflasi berada di bawah ekspektasi, akan timbul persepsi bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada di level yang rendah.

Mengantisipasi rilis angka inflasi, aksi jual atas saham-saham konsumer dilakukan, mendorong indeks sektoralnya ambruk sebesar 1,66%. 

Saham-saham barang konsumsi yang banyak dilego investor pada pagi hari ini di antaranya: PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-3,25%), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk/SIDO (-3,13%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-1,69%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,37%), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-1,26%).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular