
Apakah Kilau Emas Mulai Memudar? Simak Prediksi Harganya

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas baik emas dunia maupun emas acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) diprediksi tetap akan menguat dan mencetak rekor baru seiring dengan belum kondusifnya situasi global. Apalagi tanda-tanda resesi global sudah mulai kentara yang bermula di Amerika Serikat (AS).
"Saya memperkirakan harga emas akan tetap tinggi. Bahkan akan naik lagi," kata Hasan Zein Mahmud, mantan Direktur Utama Bursa Berjangka Jakarta (BBJ), kepada CNBC Indonesia, Minggu (1/9/2019).
BBJ adalah bursa berjangka yang memperdagangkan komoditas kontrak emas. Mengacu data BBJ, sepanjang 2018, kontrak multilateral yang banyak diperdagangkan adalah kontrak emas sebesar 574.854 lot atau 43,2% dari keseluruhan kontrak multilateral.
Berikutnya kontrak kopi sebesar 513.164 lot atau setara 38,4%, kontrak olein sebesar 183.075 lot atau 13,7%, dan kontrak kakao sebesar 62.722 lot atau 4,7%.
Hasan yang kini menjadi dosen ekonomi di Kwik Kian Gie School of Business ini menganalisa ada tiga alasan mengapa harga emas terus akan naik.
Pertama, tanda tanda resesi sudah terlihat di 'cakrawala'. "Dalam keadaan resesi, emas menjadi pilihan utama investasi. Mulai dari individu, hingga bank sentral," kata Hasan
Kedua, dunia akan kembali memasuki era kebijakan moneter longgar. "Tingkat bunga turun. Bukan mustahil akan ada gelombang quantitative easing (stimulus moneter] dan stimulus babak baru. Uang beredar menumpuk dan membanjir," tegasnya.
Quantitative easing adalah salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral guna meningkatkan jumlah uang beredar.
Ketiga, maraknya psychocurrencies, bitcoin dan segala bentuk mata uang kripto yang pelan tapi pasti akan mengembalikan kerinduan kepada hard assets yang memiliki nilai intrinsik, "[yakni] emas," kata Hasan.
Pada 26 Agustus lalu, harga emas Antam sempat menyentuh rekor tertingginya sepanjang masa yakni di level Rp 725.000/gram, sedangkan harga logam mulia batangan ukuran 1 gram dihargai Rp 774.000.
![]() |
Harga Logam Mulia (LM) batangan ukuran 100 gram yang lumrah dijadikan acuan transaksi emas, pada 26 Agustus memang menyentuh rekor Rp 72,50 juta atau Rp 725.000/gram.
Adapun pada perdagangan Sabtu kemarin (31/8/2019), harga emas acuan ini diperdagangkan Rp 71,40 juta atau Rp 714.000/gram, sementara logam mulia 1 gram dihargai Rp 763.000.
Harga emas Antam pada perdagangan Sabtu kemarin turun Rp 3.000 dari harga Jumat (30/8/2019) yakni Rp 717.000/gram. Sejak menyentuh rekor tertinggi awal pekan, harga emas Antam terus mengalami penurunan seiring dengan kondusifnya ekonomi global sehingga mendorong harga emas dunia ikut terjun.
Sebelumnya David Roche, Presiden dan ahli strategi global di Independent Strategy yang berbasis di London pada Senin (8/7/2019), dilansir CNBC International, memprediksi harga emas diperkirakan mencapai US$ 2.000 per troy ounce pada akhir tahun ini.
Harga US$ 2.000 per troy ounce jika dikonversi menjadi satu gram maka hasilnya US$ 64,31 per gram. Dengan asumsi kurs rupiah Rp 14.100/US$, maka prediksi harga emas oleh Roche yakni setara dengan Rp 906.771/gram.
(tas/tas) Next Article Harga Emas Makin Silau