Tampaknya Nafas Wall Street Belum Habis, Bakal Naik Lagi

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 August 2019 18:21
Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini.
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)
Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini. Hingga pukul 18:00 WIB, kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan sebesar 192 poin pada saat pembukaan perdagangan malam hari ini, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite diimplikasikan naik masing-masing sebesar 20 dan 49 poin.

Wall Street masih akan melaju di zona hijau pasca sudah mencetak apresiasi pada perdagangan kemarin (29/8/2019), di mana indeks Dow Jones melesat 1,25%, indeks S&P 500 menguat 1,27%, dan indeks Nasdaq Composite melonjak 1,48%.

Rilis data ekonomi yang menggembirakan terbukti masih memberikan nafas bagi Wall Street untuk kembali mencetak penguatan. Kemarin, pembacaan kedua atas angka pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal-II 2019 diumumkan di level 2% (QoQ annualized).

Memang, ada pelemahan jika dibandingkan dengan pembacaan awal yang sebesar 2,1%, namun sesuai dengan ekspektasi dari para ekonom, seperti dilansir dari Forex Factory.

Walaupun ada perang dagang dengan China yang membuat harga-harga di AS menjadi lebih mahal, ternyata konsumsi masyarakat AS masih kuat. Pada kuartal II-2019, konsumsi rumah tangga membukukan pertumbuhan tertinggi dalam empat setengah tahun, yakni sebesar 4,7%.

Pada kuartal III-2019, konsumsi masyarakat AS tampak masih akan tumbuh pesat. Sebelumnya pada hari Selasa (27/8/2019), indeks keyakinan konsumen AS periode Agustus 2019 diumumkan di level 135,1 oleh The Conference Board, jauh mengalahkan ekspektasi yang sebesar 129,3, seperti dilansir dari Forex Factory.

Tingginya angka IKK menunjukkan bahwa masyarakat AS memandang dengan sangat positif perekonomian di sana, serta mengindikasikan bahwa mereka akan mengeluarkan uang dalam jumlah yang lebih besar untuk aktivitas konsumsi.

Mengingat lebih dari 50% perekonomian AS dibentuk oleh konsumsi rumah tangga, tentu tingginya indeks keyakinan konsumen menjadi kabar baik bagi perekonomian Negeri Paman Sam, sekaligus perekonomian dunia.

Lantas, kekhawatiran bahwa perekonomian AS akan masuk ke jurang resesi menjadi mereda.

Termasuk hari ini, enam hari beruntun sudah imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 2 tahun melampaui yield obligasi AS tenor 10 tahun, berdasarkan data dari Refinitiv. Fenomena ini disebut sebagai inversi.

Untuk diketahui, inversi merupakan sebuah fenomena di mana yield obligasi tenor pendek berada di posisi yang lebih tinggi dibandingkan tenor panjang. Padahal dalam kondisi normal, yield tenor panjang akan lebih tinggi karena memegang obligasi tenor panjang pastilah lebih berisiko ketimbang tenor pendek.

Terjadinya inversi mencerminkan bahwa pelaku pasar melihat risiko yang tinggi dalam jangka pendek yang membuat mereka meminta yield yang tinggi sebagai kompensasi. Inversi di pasar obligasi AS menjadi hal yang krusial bagi pasar keuangan dunia lantaran terjadinya inversi merupakan sinyal dari terjadinya resesi di AS di masa depan.

Sebagai informasi, resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, seperti dilansir dari Investopedia. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Terhitung sejak tahun 1978, telah terjadi 5 kali inversi antara obligasi tenor 2 dan 10 tahun, semuanya berujung pada resesi. Berdasarkan data dari Credit Suisse yang kami lansir dari CNBC International, secara rata-rata terdapat jeda waktu selama 22 bulan semenjak terjadinya inversi hingga resesi.

Pada hari ini, pelaku pasar akan mencermati rilis data pertumbuhan belanja konsumen AS (consumer spending) periode Juli 2019. Data ini akan dirilis pada pukul 19:30 WIB oleh Bureau of Economic Analysis.

Rilis data ini menjadi penting lantaran akan memberikan gambaran nyata terkait dengan konsumsi masyarakat AS pada awal periode kuartal III-2019.

Tidak ada pejabat The Federal Reserve (The Fed) yang dijadwalkan berbicara pada hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Bursa AS Anjlok, Menanti Rilis Laba Perusahaan Raksasa Tech

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular