Kinerja Semester I Kurang Apik, Akankah Direksi PGN Dirombak?

Houtmand P Saragih & Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
30 August 2019 10:16
Keuntungan yang dikantongi perusahaan anjlok 69,87% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Foto: Kiri-kanan : Sekretaris perusahaan Rachmat Hutama, Direktue Komerisial, Danny Praditya, Direktur Utama, Gigih Prakoso, Direktur Keuangan, Said Reza Pahlevy dan Direktur infrastruktur dan teknologi, Dilo seno widagdo memberikan keteranga pers mengenai proses PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) akuisisi PT Pertamina Gas (Pertagas) di Gedung Graha PGAS, Jakarta, Jumat, (11/1/2018). Harga pembelian 51% saham Pertagas dan anak usaha yang semula sebesar Rp 16,6 triliun menjadi Rp 20,18 triliun. PGN mengakuisisi 2,59 juta yang setara dengan 51% dari seluruh saham di Pertagas termasuk kepemilikan di seluruh anak perusahaanny. CNBC Indonesia/Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) hari ini (30/8/2019) pada pukul 14:00 WIB dijadwalkan akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dengan dua agenda utama, yakni evaluasi kinerja perusahaan semester I-2019 dan perubahan susunan pengurus.

Menjelang RUPSLB data pasar menunjukkan bahwa harga saham perusahaan bergerak menguat, di mana hingga berita ini dimuat telah mencatatkan kenaikan sebesar 1,05% ke level Rp 1.930/unit saham.

Lebih lanjut, sejatinya sepanjang paruh pertama 2019 produsen emiten migas milik pemerintah tersebut belum mampu membukukan kinerja keuangan yang memuaskan. Pasalnya, keuntungan yang dikantongi perusahaan anjlok 69,87% secara tahunan (year-on-year/YoY).

Hingga akhir Juni 2019, jumlah laba bersih yang dicatatkan oleh PGAS hanya sebesar US$ 54,04 juta atau setara Rp 764,22 miliar (asumsi kurs Rp 14.141/US$). Padahal pada periode yang sama tahun lalu, perusahaan dapat membukukan laba mencapai US$ 179,39 juta atau setara Rp 2,54 triliun.

Setelah ditelusuri, beberapa faktor yang menyebabkan tertekannya kinerja bottom line PGAS di antaranya anjloknya penjualan minyak dan gas, penurunan nilai properti, serta rugi selisih kurs.

Total pemasukan PGAS pada semester I-2019 terkoreksi 6,69% YoY menjadi US$ 1,79 miliar, di mana penjualan minyak dan gas mencatatkan koreksi paling dalam mencapai 38,22% YoY menjadi hanya US$ 196,21 juta.

Sedangkan pendapatan dari distribusi gas cenderung stabil, walau turun tipis 1,82% secara tahunan menjadi US$ 1,33 miliar.

Selain itu, perusahaan juga membukukan penurunan nilai atas properti minyak dan gas di blok Pangkah mencapai US$ 44,18 juta. Merujuk pada laporan keuangan perusahaan, kerugian tersebut disebabkan perubahan rencana manajemen terkait pertimbangan teknis dan komersial yang mengakibatkan turunnya profil produksi.

Pada paruh pertama tahun ini, PGAS juga membukukan kerugian atas selisih kurs mata uang yang lebih besar, dari hanya US$ 19,81 juta menjadi US$ 34,07 juta.

Mempertimbangkan kinerja perusahaan yang kurang ciamik sepanjang semester pertama tahun 2019, menambah alasan yang kuat untuk mengganti susunan pengurus utama perusahaan.

Di lain pihak, Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno menuturkan, hingga saat ini, seperti yang diketahui olehnya, belum ada perubahan susunan pengurus di PGN.

"Dari kami tidak ada (usulan perubahan), lebih banyak komisaris. Kalau komisaris dari stakeholders, seperti kemarin bank, ada stakeholders Kemenkeu. Kemenkeu ganti, kami ganti," katanya di Kantor Pusat Pertamina Jakarta, Kamis (29/8/2019).

Fajar menyebutkan, sebenarnya, di tahun lalu, agenda serupa juga dijadwalkan. Tetapi, RUPSLB pun memutuskan tidak ada pergantian pengurus.

Namun, dengan kondisi kinerja keuangan terbaru, apakah susunan pengurus akan tetap dipertahankan? Mari kita tunggu hasil rapat RUPSLB PGN hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa) Next Article PGN Bakal Bangun 50 Ribu Jargas di 2021, Ada yang Minat?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular