Hari Ini Rupiah 'Masuk Angin', Besok Bisa Sembuh?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 August 2019 16:12
Hari Ini Rupiah 'Masuk Angin', Besok Bisa Sembuh?
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Aristya Rahadian Krisabella)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Namun ada kemungkinan rupiah bisa pulih esok hari.

Pada Senin (26/8/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.235 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Saat pembukaan pasar, rupiah melemah 0,14%. Kemudian rupiah semakin melemah hingga depresiasinya nyaris menyentuh 0,4%.

Akan tetapi, pelemahan rupiah menipis selepas tengah hari. Meski masih melemah, tetapi depresiasi rupiah berkurang ke bawah 0,2%.


Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:



Tidak hanya rupiah, nasib mata uang Asia lainnya juga membaik. Meski mayoritas masih lesu di hadapan dolar AS, tetapi beberapa sudah mampu menguat seperti peso Filipina, baht Thailand, dan dolar Taiwan.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:07 WIB:



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Pelemahan mata uang Asia hari ini (termasuk rupiah) memang bak Thanos di film Avengers. Invitable, tidak terhindarkan. Pasalnya, investor dipaksa bermain aman dan menjauhi aset-aset berisiko di negara berkembang akibat sentimen perang dagang AS-China.

Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump 'mengumumkan' melalui Twitter bahwa Negeri Paman Sam akan mengumumkan kenaikan bea masuk dari 25% menjadi 30% bagi impor produk China senilai US$ 250 miliar. Selain itu, Trump juga akan mengeksekusi bea masuk baru bagi importasi produk-produk China senilai US$ 300 miliar dengan tarif 15%.

"Mulai 1 Oktober, impor produk China senilai US$ 250 miliar yang saat ini dikenai tarif 25% akan naik menjadi 30%. Sebagai tambahan, impor baru senilai US$ 300 miliar yang awalnya dikenakan tarif 10% dinaikkan menjadi 15% berlaku 1 September. Terima kasih atas perhatiannya!" demikian cuit Trump.

China pun tidak terima dan melakukan serangan balasan. Beijing mengumumkan akan menaikkan bea masuk bagi produk-produk made in the USA senilai US$ 75 miliar dari 5% menjadi 10%. Produk-produk tersebut antara lain kedelai, minyak mentah, dan pesawat.

"Keputusan China untuk menaikkan tarif bea masuk didorong oleh sikap AS yang uniteralis dan proteksionis," tegas pernyataan tertulis Kementerian Perdagangan China. Kenaikan ini akan dibagi menjadi dua tahap yaitu 1 September dan 15 Desember.

Tidak cuma perang dagang, perang investasi pun mulai terjadi. Trump meminta perusahaan-perusahaan AS untuk menutup pabrik dan menghentikan produksi di China.

"Perusahaan AS diminta untuk segera mencari alternatif, termasuk membawanya pulang ke rumah dan membuat produk di AS. Kita tidak butuh China dan, jujur saja, akan lebih baik tanpa mereka," cuit Trump di Twitter.



(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Namun kemudian muncul kabar gembira. Wakil Perdana Menteri China Liu He menyatakan Beijing masih mengedepankan dialog dalam menyelesaikan masalah dengan Washington.

"Kami siap untuk menyelesaikan masalah melalui konsultasi dan kerja sama dengan sikap yang tenang, berkebalikan dengan meningkatkan eskalasi perang dagang. Kami meyakini bahwa eskalasi perang dagang tidak menguntungkan bagi China, AS, dan seluruh dunia.

"Kami menyambut perusahaan di seluruh dunia, termasuk AS, untuk berinvestasi dan beroperasi di China. Kami akan terus berupaya menciptakan iklim usaha yang baik, melindungi hak atas kekayaan intelektual, mendukung pengembangan industri pintar, dan melindungi rantai pasok," papar Liu, seperti diberitakan Reuters.


Pernyataan dari pemerintah China mungkin berhasil meluluhkan hati Trump. Presiden ke-46 Negeri Adidaya itu mengatakan delegasi China sudah menjalin kontak dengan kompatriotnya di AS dan siap kembali ke meja perundingan.

Trump menyatakan dirinya sangat menghormati Presiden China Xi Jinping. "Saya menyambut baik keinginan beliau untuk membuat kesepakatan dan mengembalikan ketenangan. Ini adalah perkembangan yang sangat positif bagi dunia," katanya di sela-sela pertemuan G7.

Trump mengungkapkan bahwa perundingan dagang AS-China akan dimulai kembali dalam waktu dekat. Bahkan dirinya lumayan yakin hasilnya bisa positif.

"Kami akan memulai kembali proses negosiasi secepatnya. Saya rasa kami akan mencapai kesepakatan. China tidak ingin kehilangan rantai pasok mereka. AS akan mulai bicara serius dengan China," katanya.

Ketegangan di pasar pun berangsur reda. Ternyata harapan damai dagang AS-China belum sepenuhnya sirna.

Oleh karena itu, investor mulai berani keluar dari tempat persembunyiannya. Arus modal kembali masuk ke pasar keuangan negara berkembang, meski belum terlalu deras dan sudah agak terlambat karena koreksi yang sudah begitu dalam sejak pagi.


Namun jika asa damai dagang AS-China terjaga sampai esok hari, maka ada kemungkinan pasar keuangan Asia bisa bangkit seiring kembalinya risk appetite investor. Kalau ini terjadi, maka bukan tidak mungkin rupiah menguat esok hari. Semoga...


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular