Indonesia Seksi, kok Asing Malah Kabur di 5 Saham Top Ini?

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
26 August 2019 10:50
Perry menyebutkan yang masuk melalui SBN sebesar Rp 114,9 triliun dan ke saham Rp 63,1 triliun.
Foto: (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) akhirnya memutuskan untuk kembali memangkas suku bunga acuan Tanah Air atau BI 7-Day Reserve Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) di level 5,5% dalam Rapat Dewan gubernur (RDG) BI pada Kamis pekan lalu (22/8/2019).

Dalam pernyataannya usai RDG selama 2 hari, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan di tengah imbal hasil dari aset keuangan Indonesia yang masih menarik, pemangkasan suku bunga acuan tak akan memicu aliran modal keluar (outflow).

"Kami yakin imbal hasil aset domestik akan lebih menarik dibandingkan sejumlah negara emerging market lain," kata Perry di Gedung BI, Kamis (22/8/2019).

BI mencatat, hingga Jumat pekan lalu (23/8/2019) jumlah dana masuk (inflow) ke pasar keuangan Ibu Pertiwi mencapai Rp 177,9 triliun. Inflow masuk baik melalui Surat Berharga Negara (SBN) dan juga saham.

Lebih detail, Perry menyebutkan yang masuk melalui SBN sebesar Rp 114,9 triliun dan ke saham Rp 63,1 triliun secara year to date atau tahun berjalan.

Jika mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI), secara year to date hingga hari ini, Senin (26/8/2019), investor asing memang masih mencatatkan net buy (beli bersih) Rp 56,38 triliun di semua pasar (di pasar reguler net sell asing Rp 8,01 triliun dan di pasar nego dan tunai net buy Rp 64,39 triliun).

Kendati asing masih masuk, namun dalam sebulan terakhir investor asing justru membukukan aksi jual bersih mencapai Rp 8,59 triliun.



Dari grafik di atas terlihat bahwa emiten yang paling banyak dilepas pelaku pasar asing justru emiten perbankan yang seharusnya mendapatkan manfaat langsung dari keputusan pemangkasan BI 7DRR.

Hal ini dikarenakan, pemotongan suku bunga acuan diharapkan dapat menekan biaya pendanaan industri perbankan (cost of fund/CoF) dan memperlebar margin bunga bersih.


Kresna Sekuritas dalam risetnya pada 23 Agustus, masih memberikan rekomendasi netral pada industri perbankan Indonesia. Pasalnya, margin bunga bersih diperkirakan masih akan tumbuh stagnan cenderung terkoreksi dikarenakan ketidakmampuan bank di Indonesia untuk membayar kembali pinjaman.

Lebih lanjut, pemotongan BI7DRR memang dapat menekan biaya pendanaan, akan tetapi tidak serta merta membuat perbankan menaikkan suku bunga depositonya.

Alhasil, jumlah DPK (dana pihak ketiga) yang dapat dihimpun pun tidak akan mengalami kenaikan karena imbal hasil deposito tidak bertambah.

"Pemotongan terakhir dalam suku bunga acuan BI dapat memberikan ruang untuk CoF yang lebih rendah. Namun, rendahnya volume deposito (DPK) dan ketatnya kompetisi, kami ragu bank akan menaikkan kembali tingkat suku bunga simpanan," dilansir dari laporan Kresna Sekuritas.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(dwa/tas) Next Article Asing Kabur Rp 402 M, Saham Emiten Bank Papan Atas Ambles!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular