
Diadu Sentimen Positif & Negatif, Bursa Asia Ditutup Variatif
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
23 August 2019 17:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama Benua Kuning ditutup bervariatif pada perdagangan akhir pekan (23/8/2019), meskipun mayoritas mampu finis di zona hijau.
Indeks Shanghai menguat 0,49%, indeks Hang Seng melesat 0,5%, indeks Nikkei naik 0,4%. Sedangkan indeks Straits Times dan Kospi terkoreksi masing-masing sebesar 0,56% dan 0,14%.
Bursa saham utama Singapura terkoreksi disebabkan rilis data ekonomi yang lagi-lagi jeblok. Data yang dirilis dari Singapura hari ini menunjukkan inflasi Juli tercatat 0,4% year-on-year (YoY), lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya 0,6%, juga lebih rendah dari konsensus 0,55%, berdasarkan data Trading Economics.
Sedangkan, indeks Kospi anjlok setelah pada hari Kamis (22/8/2019), Negeri Gingseng mengatakan bahwa pihaknya akan membatalkan pakta berbagi intelejen dengan Jepang seiring dengan perselisihan antara kedua negara terkait peristiwa masa lalu yang tak kunjung usai.
Pakta atau perjanjian tersebut sejatinya dirancang untuk berbagi informasi terkait potensi ancaman dari kegiatan misil dan nuklir Korea Utara.
Lebih lanjut, salah satu sentimen yang berhasil mendorong penguatan bursa saham Kawasan Asia adalah kabar bahwa dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat (AS) dan China, akan kembali melanjutkan dialog dagang bulan depan.
Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengungkapkan tim negosiator AS dan China melakukan komunikasi yang intensif sepanjang pekan ini. Menurut Kudlow, komunikasi tersebut cukup konstruktif.
"Ini akan menjadi jalan untuk pertemuan di Washington. Kami masih mengagendakan delegasi China datang ke mari pada September," kata Kudlow, seperti diberitakan Reuters.
Seperti diketahui, hubungan dagang AS dan China sempat memanas setelah Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk memberlakukan tarif sebesar 10% pada ribuan barang impor asal Negeri Panda senilai US$ 300 miliar.
Namun, pengenaan bea masuk tersebut ditunda seiring dengan pejabat dari kedua negara yang kembali melanjutkan dialog dagang.
Mendinginnya tensi dagang dan adanya pemberitaan bahwa negosiasi dagang terus berlanjut setidaknya membuat pelaku pasar merasa lebih aman.
Akan tetapi, di lain pihak, investor masih tetap grogi menantikan pidato Powell di Simposium Jackson Hole, di Washington, AS.
Pidato Powell diharapkan memberikan gambaran yang lebih jelas terkait arah kebijakan moneter AS ke depan di tengah terbelahnya pendapat para anggota The Fed, yakni mempertahankan suku bunga acuan atau kembali memangkasnya.
"Dia (Powell) sedikit kesulitan. Komite-nya terbelah. Dia mendapat banyak tekanan dari presiden, dan yang paling penting data ekonomi AS cukup bagus dan itu tidak memberikannya alasan untuk memberikan pelonggaran moneter yang besar" kata Mark Cabana, kepala strategi suku bunga AS di Bank of America Merril Lynch, dilansir dari CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Indeks Shanghai menguat 0,49%, indeks Hang Seng melesat 0,5%, indeks Nikkei naik 0,4%. Sedangkan indeks Straits Times dan Kospi terkoreksi masing-masing sebesar 0,56% dan 0,14%.
Bursa saham utama Singapura terkoreksi disebabkan rilis data ekonomi yang lagi-lagi jeblok. Data yang dirilis dari Singapura hari ini menunjukkan inflasi Juli tercatat 0,4% year-on-year (YoY), lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya 0,6%, juga lebih rendah dari konsensus 0,55%, berdasarkan data Trading Economics.
Pakta atau perjanjian tersebut sejatinya dirancang untuk berbagi informasi terkait potensi ancaman dari kegiatan misil dan nuklir Korea Utara.
Lebih lanjut, salah satu sentimen yang berhasil mendorong penguatan bursa saham Kawasan Asia adalah kabar bahwa dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat (AS) dan China, akan kembali melanjutkan dialog dagang bulan depan.
Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengungkapkan tim negosiator AS dan China melakukan komunikasi yang intensif sepanjang pekan ini. Menurut Kudlow, komunikasi tersebut cukup konstruktif.
"Ini akan menjadi jalan untuk pertemuan di Washington. Kami masih mengagendakan delegasi China datang ke mari pada September," kata Kudlow, seperti diberitakan Reuters.
Seperti diketahui, hubungan dagang AS dan China sempat memanas setelah Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk memberlakukan tarif sebesar 10% pada ribuan barang impor asal Negeri Panda senilai US$ 300 miliar.
Namun, pengenaan bea masuk tersebut ditunda seiring dengan pejabat dari kedua negara yang kembali melanjutkan dialog dagang.
Mendinginnya tensi dagang dan adanya pemberitaan bahwa negosiasi dagang terus berlanjut setidaknya membuat pelaku pasar merasa lebih aman.
Akan tetapi, di lain pihak, investor masih tetap grogi menantikan pidato Powell di Simposium Jackson Hole, di Washington, AS.
Pidato Powell diharapkan memberikan gambaran yang lebih jelas terkait arah kebijakan moneter AS ke depan di tengah terbelahnya pendapat para anggota The Fed, yakni mempertahankan suku bunga acuan atau kembali memangkasnya.
"Dia (Powell) sedikit kesulitan. Komite-nya terbelah. Dia mendapat banyak tekanan dari presiden, dan yang paling penting data ekonomi AS cukup bagus dan itu tidak memberikannya alasan untuk memberikan pelonggaran moneter yang besar" kata Mark Cabana, kepala strategi suku bunga AS di Bank of America Merril Lynch, dilansir dari CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular