
Tunggu Simposium Jackson Hole, Emas Bolak-Balik di US$ 1.500
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 August 2019 13:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia di pasar spot belum banyak bergerak sejak perdagangan Rabu kemarin hingga Kamis (22/8/19) siang ini. Logam mulia ini naik turun di rentang US$1.496-1.508/troy ons akibat kurangnya momentum pergerakan.
Pelaku pasar menanti pertemuan tahunan Jackson Hole di Amerika Serikat (AS) yang akan dimulai hari ini. Pertemuan tersebut akan dihadiri oleh pimpinan bank sentral dari belahan dunia, menteri keuangan, akademisi hingga praktisi dunia finansial.
Acara yang akan diselenggarakan selama tiga hari mulai Kamis waktu setempat ini menjadi perhatian karena di situ akan muncul beberapa pernyataan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), dan juga bank sentral seluruh dunia.
Pelaku pasar berspekulasi jika The Fed akan memangkas suku bunga secara agresif di tahun ini, dan berharap ada sinyal kuat dari pertemuan Jackson Hole. Namun sejauh ini, notula rapat kebijakan moneter The Fed yang dirilis dini hari tadi juga menunjukkan The Fed tidak terlalu dovish di bulan Juli lalu saat memangkas suku bunga 25 basis poin (bps).
Dalam notula tersebut, para anggota pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) sepakat bahwa pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps bukanlah indikasi awal dari era pemangkasan suku bunga.
Pasca rilis tersebut, probabilitas pemangkasan suku bunga oleh The Fed sedikit berubah. Berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group pagi ini, pelaku pasar melihat Jerome Powell dkk tetap memangkas suku bunga pada September dengan probabilitas sebesar 98,1% untuk pemangkasan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,75%-2%.
Namun untuk Desember, probabilitas suku bunga 1,5%-1,75% kini menjadi yang tertinggi, sebesar 45%, padahal sebelumnya suku bunga di kisaran 1,25%-1,5% menjadi yang tertinggi.
Ini berarti pelaku pasar melihat The Fed berpeluang memangkas suku bunga sebanyak dua kali lagi di tahun ini, dan bukannya tiga kali, sehingga memudarkan ekspektasi kenaikan harga bagi harga emas secara signifikan hingga akhir tahun.
Namun, risalah rapat pada Juli dan berbagai kejadian dalam rentang waktu sebulan terbukti memperburuk sentimen pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi global. Kurva inversi yield obligasi AS (US Treasury) salah satunya. Inversi tersebut menandakan para pelaku pasar melihat perekonomian AS akan mengalami resesi dalam rentang 2 tahun ke depan.
Dalam rentang waktu satu bulan sejak suku bunga dipangkas, Jerome Powell dkk belum menyinggung lagi masalah kebijakan moneter, sehingga pelaku pasar melihat pertemuan Jackson Hole sebagai kesempatan melihat outlook kebijakan moneter The Fed.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Pelaku pasar menanti pertemuan tahunan Jackson Hole di Amerika Serikat (AS) yang akan dimulai hari ini. Pertemuan tersebut akan dihadiri oleh pimpinan bank sentral dari belahan dunia, menteri keuangan, akademisi hingga praktisi dunia finansial.
Acara yang akan diselenggarakan selama tiga hari mulai Kamis waktu setempat ini menjadi perhatian karena di situ akan muncul beberapa pernyataan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), dan juga bank sentral seluruh dunia.
Dalam notula tersebut, para anggota pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) sepakat bahwa pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps bukanlah indikasi awal dari era pemangkasan suku bunga.
Pasca rilis tersebut, probabilitas pemangkasan suku bunga oleh The Fed sedikit berubah. Berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group pagi ini, pelaku pasar melihat Jerome Powell dkk tetap memangkas suku bunga pada September dengan probabilitas sebesar 98,1% untuk pemangkasan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,75%-2%.
Namun untuk Desember, probabilitas suku bunga 1,5%-1,75% kini menjadi yang tertinggi, sebesar 45%, padahal sebelumnya suku bunga di kisaran 1,25%-1,5% menjadi yang tertinggi.
Ini berarti pelaku pasar melihat The Fed berpeluang memangkas suku bunga sebanyak dua kali lagi di tahun ini, dan bukannya tiga kali, sehingga memudarkan ekspektasi kenaikan harga bagi harga emas secara signifikan hingga akhir tahun.
Namun, risalah rapat pada Juli dan berbagai kejadian dalam rentang waktu sebulan terbukti memperburuk sentimen pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi global. Kurva inversi yield obligasi AS (US Treasury) salah satunya. Inversi tersebut menandakan para pelaku pasar melihat perekonomian AS akan mengalami resesi dalam rentang 2 tahun ke depan.
Dalam rentang waktu satu bulan sejak suku bunga dipangkas, Jerome Powell dkk belum menyinggung lagi masalah kebijakan moneter, sehingga pelaku pasar melihat pertemuan Jackson Hole sebagai kesempatan melihat outlook kebijakan moneter The Fed.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular