Analisis Teknikal

Harga Batu Bara Anjlok, Indeks Sektor Tambang di Level Bawah

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
22 August 2019 12:37
Harga Batu Bara Anjlok, Indeks Sektor Tambang di Level Bawah
Foto: Tambang batubara Maules Creek Whitehaven Coal di New South Wales, Australia (Whitehaven Coal Ltd/Handout via REUTERS)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara tertekan menyusul anjloknya permintaan energi dunia ke level terendah sejak Agustus 2016 atau dalam 3 tahun terakhir, seiring dengan perlambatan ekonomi. Kenaikan produksi batu bara di China turut membebani harga mineral tersebut.

Harga batu bara acuan Newcastle kontrak pengiriman September pada sesi perdagangan hari Rabu (21/8/2019), anjlok 1,83% ke level US$ 64,45/metrik ton. Dengan demikian harga batu bara Newcastle sudah terkoreksi 32,26% sejak awal tahun 2019.



Lalu, kemana arah harga batu bara global tersebut bergerak? Berikut ulasannya.

Analisis Teknikal
Sumber: Refinitiv
Secara teknikal, harga batu bara berpotensi tertekan hingga level support yang berada di US$ 60/metrik ton. Posisinya dalam jangka pendek maupun menengah sedang menunjukkan komoditas tersebut sedang bergerak turun (downtrend).

Dalam jangka pendek, terlihat harganya bergerak di bawah rata-rata nilainya dalam lima hari terakhir (moving average five/MA5). Dalam jangka menengah harganya juga terlihat bergerak di bawah rata-rata nilainya dalam 20 hari terakhir.

NEXT >>> Indeks sektor pertambangan yang berada di Bursa Efek dikuasai oleh industri batu bara dengan jumlah emiten sebanyak 26 dari 49 anggota konstituen.

Sejak awal tahun kinerja indeks sektor pertambangan mengalami koreksi sebesar 10,26%. Secara tren indeks sektor pertambangan bergerak menyamping (sideways), dengan support level di 1.586 (penahan penurunan), sedangkan resistance level (penahan kenaikan) 1.667.

Harga Batu Bara Anjlok, Indeks Sektor Tambang di Level BawahFoto Sumber: Refinitiv
Potensi penurunan ke level support masih terbuka, mengingat indikator teknikal Relative Strength Index (RSI) belum memperlihatkan indeks tersebut menyentuh wilayah jenuh jualnya (oversold).

Sehingga saham-saham sektor pertambangan berpotensi masih akan terkoreksi dalam satu hingga tiga minggu ke depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(yam/yam) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular