Asing Masih Gencar Obral Saham, Ternyata Ini Biang Keroknya

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 August 2019 11:08
Risalah Rapat The Fed Membawa Kekhawatiran
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Faktor kedua yang memantik aksi jual investor asing di pasar saham tanah air adalah rilis risalah dari pertemuan The Federal Reserve (The Fed) edisi Juli 2019.

Seperti yang diketahui, dalam konferensi pers pasca mengumumkan pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada bulan lalu, Gubernur The Fed Jerome Powell menyebut bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang dieksekusi pihaknya hanyalah sebuah “penyesuaian di pertengahan siklus/midcycle adjustment”. Powell menjelaskan bahwa The Fed tidaklah sedang memulai era panjang pemangkasan tingkat suku bunga acuan.

"Biar saya perjelas: yang saya maksud adalah itu (pemangkasan tingkat suku bunga acuan) bukanlah merupakan awal dari pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang agresif,” kata Powell, dilansir dari CNBC International.

“Kami tak melihat arahnya ke sana (era panjang pemangkasan tingkat suku bunga acuan). Anda akan melakukannya jika Anda melihat pelemahan ekonomi yang signifikan dan jika Anda berpikir bahwa federal funds rate perlu dipangkas secara signifikan. Itu bukanlah skenario yang kami lihat.”

Nah, pernyataan dari Powell ini dikonfirmasi oleh risalah rapat tersebut. Para pejabat The Fed yang setuju untuk memangkas tingkat suku bunga acuan pada bulan lalu sepakat bahwa keputusan tersebut tak seharusnya dipandang sebagai indikasi bahwa tingkat suku bunga acuan akan kembali dipangkas di masa depan.

“Dalam diskusi mereka terkait dengan prospek kebijakan moneter di masa depan, para peserta secara umum menginginkan sebuah pendekatan di mana arah kebijakan (moneter) ditentukan oleh informasi-informasi yang akan datang dan implikasinya untuk prospek perekonomian,” tulis risalah rapat The Fed yang dirilis pada dini hari tadi waktu Indonesia, dilansir dari CNBC International.

Risalah tersebut kemudian menyebut kebanyakan peserta rapat memandang bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada bulan lalu “merupakan bagian dari pengkalibrasian ulang atas stance kebijakan (The Fed) atau penyesuaian di pertengahan siklus/midcycle adjustment”, di mana itu merupakan respons dari kondisi perekonomian global yang telah berubah.

Dikhawatirkan, absennya pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang agresif dari The Fed akan membuat perekonomian AS mengalami yang namanya hard landing. Pada tahun 2018, International Monetary Fund (IMF) mencatat perekonomian AS tumbuh sebesar 2,857%, menandai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak tahun 2015.  

Pada tahun 2019, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS melambat menjadi 2,331%. Untuk tahun 2020, pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan kembali merosot menjadi 1,871% saja.

Akibatnya, investor asing pun memilih untuk melepas instrumen berisiko seperti saham.

BERLANJUT KE HALAMAN 3 -> Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia Bikin Grogi
(ank/ank)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular