
Pelaku Pasar Banyak Menunggu, Rupiah Cuma Bisa Menguat Tipis
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 August 2019 12:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang rupiah menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (21/8/19) setelah melemah pada Selasa kemarin.
Meski ada beberapa sentimen yang cukup kuat di pasar saat ini, tapi nyatanya pelaku pasar lebih banyak menunggu alias wait and see untuk Kamis besok. Pada Kamis dini hari dari AS akan dirilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada bulan Juli saat memangkas suku bunga 25 basis poin (bps).
Pelaku pasar ingin mencerna bagaimana suasana dan perdebatan dalam rapat tersebut. Jika para pejabat The Fed terlihat semakin kalem alias dovish, maka peluang pelonggaran moneter lebih lanjut sangat terbuka.
Selanjutnya pada Kamis siang, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan suku bunga acuannya 7-Day Reverse Repo Rate.
Konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memperkirakan bahwa BI akan menahan tingkat suku bunga acuan alias 7-Day Reverse Repo Rate di level 5,75%. Dari 12 ekonomi yang disurvei, hanya empat yang memperkirakan akan ada pemangkasan, yakni sebesar 25 bps.
Dua faktor tersebut membuat pelaku pasar memilih untuk menunggu berinvestasi pada instrumen rupiah, dan mengabaikan beberapa sentimen hari ini, seperti masalah politik di Italia dan Inggris yang kembali memanas, serta spekulasi pemangkasan suku bunga yang agresif oleh The Fed.
Perdana Menteri Giuseppe Conte mengundurkan diri setelah berseteru dengan sang wakil, Matteo Salvini. Menurut Conte, Salvini kerap kali membahayakan kepentingan nasional dan perekonomian Negeri Menara Pisa. Salvini, yang berasal dari Partai Liga, adalah sosok kontroversial. Salah satunya kala terlibat friksi dengan Uni Eropa seputar anggaran negara.
Sementara itu dari Inggris, Perdana Menteri Boris Johson mengusulkan kepada Uni Eropa untuk membuka kembali pintu negosiasi Brexit. Usul yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Brussel.
"Uni Eropa menyesalkan bahwa pemerintah Inggris ingin mengubah solusi yang sudah disepakati secara legal dengan cara lain, yang bahkan belum ada. Pemerintah Inggris belum lagi mengusulkan proposal yang konkret," tulis surat Uni Eropa kepada pemerintah Inggris, seperti diwartakan Reuters.
Selain isu politik tersebut, sentimen yang sedang kuat saat ini adalah The Fed yang diprediksi akan agresif dalam memangkas suku bunga.
Prediksi The Fed akan agresif dalam memangkas suku bunga bisa dilihat dari piranti FedWatch milik CME Group. Pelaku pasar melihat Jerome Powell dkk pasti akan memangkas suku bunga di bulan September. Piranti tersebut menunjukkan probabilitas sebesar 95% bahwa suku bunga akan dipangkas 25 basis poin (bps) menjadi 1,75%-2%.
Bahkan jika melihat suku bunga untuk bulan Desember dalam piranti FedWatch, probabilitas suku bunga The Fed berada di level 1,25%-1,5% sebesar 50,4%. Probabilitas tersebut menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan yang lainnya, ini berarti pelaku pasar melihat The Fed akan memangkas suku bunga tiga kali lagi di tahun ini, masing-masing sebesar 25 bps.
Selain itu, analis dari Bank Danske bahkan memprediksi Jerome Powell akan memangkas suku bunga lima kali sebelum April 2020.
Para analis yang dipimpin oleh Mikael Olai Milhoj kini percaya The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps dalam lima rapat kebijakan moneter ke depan, dan suku bunga akan berada di level 0,75-1% di bulan Maret 2020, sebagaimana dilansir CNBC International.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Rupiah pada pukul 11:50 WIB berada di level 14.249/US$ berdasarkan data investing.com. Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di kisaran rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak naik dan berada di area positif, sementara histogramnya sudah hampir ke area negatif.
Melihat indikator tersebut, tekanan terhadap rupiah dalam jangka sudah mulai berkurang.
Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak turun dari wilayah jenuh beli (overbought).
Rupiah bergerak dekat dengan support (tahanan bawah) terdekat di kisaran 14.230/US$. Selama tertahan di atas support tersebut, penguatan rupiah akan terpangkas dan kembali ke level 14.260/US$.
Sementara jika mampu menembus support 14.230/US$, rupiah berpeluang menguat menuju 14.200/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Meski ada beberapa sentimen yang cukup kuat di pasar saat ini, tapi nyatanya pelaku pasar lebih banyak menunggu alias wait and see untuk Kamis besok. Pada Kamis dini hari dari AS akan dirilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada bulan Juli saat memangkas suku bunga 25 basis poin (bps).
Pelaku pasar ingin mencerna bagaimana suasana dan perdebatan dalam rapat tersebut. Jika para pejabat The Fed terlihat semakin kalem alias dovish, maka peluang pelonggaran moneter lebih lanjut sangat terbuka.
Selanjutnya pada Kamis siang, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan suku bunga acuannya 7-Day Reverse Repo Rate.
Konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memperkirakan bahwa BI akan menahan tingkat suku bunga acuan alias 7-Day Reverse Repo Rate di level 5,75%. Dari 12 ekonomi yang disurvei, hanya empat yang memperkirakan akan ada pemangkasan, yakni sebesar 25 bps.
Dua faktor tersebut membuat pelaku pasar memilih untuk menunggu berinvestasi pada instrumen rupiah, dan mengabaikan beberapa sentimen hari ini, seperti masalah politik di Italia dan Inggris yang kembali memanas, serta spekulasi pemangkasan suku bunga yang agresif oleh The Fed.
Perdana Menteri Giuseppe Conte mengundurkan diri setelah berseteru dengan sang wakil, Matteo Salvini. Menurut Conte, Salvini kerap kali membahayakan kepentingan nasional dan perekonomian Negeri Menara Pisa. Salvini, yang berasal dari Partai Liga, adalah sosok kontroversial. Salah satunya kala terlibat friksi dengan Uni Eropa seputar anggaran negara.
Sementara itu dari Inggris, Perdana Menteri Boris Johson mengusulkan kepada Uni Eropa untuk membuka kembali pintu negosiasi Brexit. Usul yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Brussel.
"Uni Eropa menyesalkan bahwa pemerintah Inggris ingin mengubah solusi yang sudah disepakati secara legal dengan cara lain, yang bahkan belum ada. Pemerintah Inggris belum lagi mengusulkan proposal yang konkret," tulis surat Uni Eropa kepada pemerintah Inggris, seperti diwartakan Reuters.
Selain isu politik tersebut, sentimen yang sedang kuat saat ini adalah The Fed yang diprediksi akan agresif dalam memangkas suku bunga.
Prediksi The Fed akan agresif dalam memangkas suku bunga bisa dilihat dari piranti FedWatch milik CME Group. Pelaku pasar melihat Jerome Powell dkk pasti akan memangkas suku bunga di bulan September. Piranti tersebut menunjukkan probabilitas sebesar 95% bahwa suku bunga akan dipangkas 25 basis poin (bps) menjadi 1,75%-2%.
Bahkan jika melihat suku bunga untuk bulan Desember dalam piranti FedWatch, probabilitas suku bunga The Fed berada di level 1,25%-1,5% sebesar 50,4%. Probabilitas tersebut menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan yang lainnya, ini berarti pelaku pasar melihat The Fed akan memangkas suku bunga tiga kali lagi di tahun ini, masing-masing sebesar 25 bps.
Selain itu, analis dari Bank Danske bahkan memprediksi Jerome Powell akan memangkas suku bunga lima kali sebelum April 2020.
Para analis yang dipimpin oleh Mikael Olai Milhoj kini percaya The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps dalam lima rapat kebijakan moneter ke depan, dan suku bunga akan berada di level 0,75-1% di bulan Maret 2020, sebagaimana dilansir CNBC International.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
![]() Sumber: investing.com |
Rupiah pada pukul 11:50 WIB berada di level 14.249/US$ berdasarkan data investing.com. Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di kisaran rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak naik dan berada di area positif, sementara histogramnya sudah hampir ke area negatif.
Melihat indikator tersebut, tekanan terhadap rupiah dalam jangka sudah mulai berkurang.
![]() Sumber: investing.com |
Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak turun dari wilayah jenuh beli (overbought).
Rupiah bergerak dekat dengan support (tahanan bawah) terdekat di kisaran 14.230/US$. Selama tertahan di atas support tersebut, penguatan rupiah akan terpangkas dan kembali ke level 14.260/US$.
Sementara jika mampu menembus support 14.230/US$, rupiah berpeluang menguat menuju 14.200/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular