
Clear! Ekonomi Dunia Melambat, Harga Batu Bara Makin Amblas
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
21 August 2019 11:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara masih terus melanjutkan tren pelemahan akibat tertekan sentimen perlambatan ekonomi global.
Pada penutupan perdagangan hari Selasa (20/8/2019), harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman September melemah 0,15% ke level US$ 65,65/metrik ton. Harga ini juga masih dekat dengan posisi terlemah dalam 3 tahun terakhir atau sejak Agustus 2016.
Sehari sebelumnya, harga batu bara yang sama mampu menguat 0,46%.
Belum adanya kepastian yang tinggi perihal nasib perang dagang Amerika Serikat (AS)-China membuat harga batu bara masih terus tertekan.
Perang dagang dua raksasa ekonomi dunia yang kini telah berlangsung lebih dari satu tahun memang telah berdampak buruk pada perekonomian global.
Tak heran, karena rantai pasokan global yang begitu kompleks pasti terhubung dengan dua negara tersebut. Akibatnya, perdagangan global kian lesu dan menekan laju pertumbuhan ekonomi di hampir seluruh negara.
Ketakutan investor akan kondisi ekonomi global semakin menjadi kala imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun lebih tinggi dari yang bertenor 10 tahun pada pekan lalu.
Kondisi tersebut menyebabkan kurva yield obligasi pemerintah mengalami inversi. Sebuah pertanda datangnya resesi ekonomi. Resesi merupakan kondisi dimana perekonomian terkontraksi dalam dua kuartal berturut-turut dalam tahun yang sama.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi Jerman pada kuartal II-2019 hanya sebesar 0,4% YoY. Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 0,9% YoY.
Untuk keseluruhan 2019, pemerintah Jerman memperkirakan ekonomi tumbuh 0,5%. Tahun lalu, ekonomi Jerman tumbuh 1,5%.
Jerman adalah perekonomian terbesar di Eropa, perlambatan ekonomi di sana akan mempengaruhi satu benua. Terbukti pada kuartal II-2019 ekonomi Zona Euro tumbuh 1,1% YoY, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 1,2% YoY.
Bukti-bukti perlambatan ekonomi yang semakin nyata membuat proyeksi pertumbuhan permintaan energi, termasuk batu bara, kian tertekan.
Terlebih jika perang dagang semakin panas, beberapa analis memperkirakan perekonomian dunia bisa benar-benar jatuh kepada resesi.
Selain itu masih ada pula isu perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) yang masih belum jelas. Padahal pada 31 Oktober 2019, Negeri Ratu Elizabeth sudah harus angkat kaki dari blok ekonomi terbesar di dunia, dengan atau tanpa kesepakatan.
Padahal di kuartal II-2019 ekonomi Inggris sudah mengalami kontraksi sebesar 0,2% dan menandakan kontraksi pertama sejak akhir 2012.
Bila sampai No Deal Brexit terjadi, maka ekonomi Inggris akan menyusut lebih dalam lagi dan ikut mempengaruhi perekonomian global. Pasalnya Inggris merupakan negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara
Pada penutupan perdagangan hari Selasa (20/8/2019), harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman September melemah 0,15% ke level US$ 65,65/metrik ton. Harga ini juga masih dekat dengan posisi terlemah dalam 3 tahun terakhir atau sejak Agustus 2016.
Sehari sebelumnya, harga batu bara yang sama mampu menguat 0,46%.
Belum adanya kepastian yang tinggi perihal nasib perang dagang Amerika Serikat (AS)-China membuat harga batu bara masih terus tertekan.
Perang dagang dua raksasa ekonomi dunia yang kini telah berlangsung lebih dari satu tahun memang telah berdampak buruk pada perekonomian global.
Tak heran, karena rantai pasokan global yang begitu kompleks pasti terhubung dengan dua negara tersebut. Akibatnya, perdagangan global kian lesu dan menekan laju pertumbuhan ekonomi di hampir seluruh negara.
Ketakutan investor akan kondisi ekonomi global semakin menjadi kala imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun lebih tinggi dari yang bertenor 10 tahun pada pekan lalu.
Kondisi tersebut menyebabkan kurva yield obligasi pemerintah mengalami inversi. Sebuah pertanda datangnya resesi ekonomi. Resesi merupakan kondisi dimana perekonomian terkontraksi dalam dua kuartal berturut-turut dalam tahun yang sama.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi Jerman pada kuartal II-2019 hanya sebesar 0,4% YoY. Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 0,9% YoY.
Untuk keseluruhan 2019, pemerintah Jerman memperkirakan ekonomi tumbuh 0,5%. Tahun lalu, ekonomi Jerman tumbuh 1,5%.
Jerman adalah perekonomian terbesar di Eropa, perlambatan ekonomi di sana akan mempengaruhi satu benua. Terbukti pada kuartal II-2019 ekonomi Zona Euro tumbuh 1,1% YoY, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 1,2% YoY.
Bukti-bukti perlambatan ekonomi yang semakin nyata membuat proyeksi pertumbuhan permintaan energi, termasuk batu bara, kian tertekan.
Terlebih jika perang dagang semakin panas, beberapa analis memperkirakan perekonomian dunia bisa benar-benar jatuh kepada resesi.
Selain itu masih ada pula isu perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) yang masih belum jelas. Padahal pada 31 Oktober 2019, Negeri Ratu Elizabeth sudah harus angkat kaki dari blok ekonomi terbesar di dunia, dengan atau tanpa kesepakatan.
Padahal di kuartal II-2019 ekonomi Inggris sudah mengalami kontraksi sebesar 0,2% dan menandakan kontraksi pertama sejak akhir 2012.
Bila sampai No Deal Brexit terjadi, maka ekonomi Inggris akan menyusut lebih dalam lagi dan ikut mempengaruhi perekonomian global. Pasalnya Inggris merupakan negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara
Most Popular