Ancaman Resesi! Ini Petuah Investasi Dahlan Iskan

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
21 August 2019 10:42
Kepanikan tersebut tergambar dari koreksi massif yang terjadi hampir seluruh bursa saham dunia.
Foto: Dahlan Iskan/Lamhot Aritonang/detikFoto.
Jakarta, CNBC Indonesia - Sinyal resesi ekonomi Amerika Serikat (AS) jelas sekali membuat para pemodal atau investor sempat panik. Kepanikan tersebut tergambar dari koreksi massif yang terjadi hampir seluruh bursa saham dunia.

Sinyal tersebut datang dari kurva inversi (curve inverted) imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) tenor 2 tahun dan 10 tahun. Kurva semacam ini diterjemahkan bahwa risiko dalam jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang. Oleh karena itu, inversi kerap dikaitkan dengan pertanda resesi.


Dalam situasi seperti ini hampir semua instrumen investasi dihindindari dan harganya berjatuhan. Kecuali instrumen investasi yang selama ini dipersepsikan sebagai safe haven, seperti emas yang terus reli.

Menyikapi hal ini, mantan Menteri BUMN (2011-2014) era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Dahlan Iskan membuat sebuah tulisan yang memberikan gambaran situasi kebimbangan para pemilik modal menyikapi sinyal resesi.

Dalam tulisan Dahlan memberikan gambaran semua pemodal akan bingung ke mana akan menempatkan dana atau modal yang dimiliki, seperti dikutip dari Disway.id berikut ini:

Tabungan dan deposito dianggap rendah bunganya.

Membeli saham pun takut. Harga saham bisa jatuh.
Membeli tanah terus-menerus? Takut kena pajak progresif. Atau takut sertifikat-nya hilang. Harus pula menjaga tanahnya itu.

Pun bikin usaha. Ruwet. Harus kerja keras. Harus bersaing. Belum tentu sukses. Bahkan bisa stres. Apalagi kalau akhirnya dikhianati.

Tersedia jalan lain.
Banyak yang memilih membeli bond. Surat utang.
Hasilnya (yield) memang rendah tapi pasti. Dan aman. Apalagi kalau surat utang itu bukan bond yang dikeluarkan perusahaan. Melainkan surat utang oleh suatu negara. Pasti tidak ada risiko. Pasti dibayar.

Lebih-lebih kalau pemerintahnya adalah Amerika Serikat. Siapa yang tidak percaya.
Biasanya yield untuk bond jangka panjang (10 tahun) lebih rendah dari yield bond jangka pendek (2 tahun).

Sepuluh tahun dianggap terlalu lama. Pemilik uang kadang memerlukan uangnya lebih cepat. Misalnya tiba-tiba ada peluang beli saham perdana. Dari sebuah IPO perusahaan yang fenomenal.

Maka lebih banyak yang membeli bond jangka 2 tahun. Meski yield-nya lebih rendah.
Itulah yang terjadi tanggal 14 Agustus lalu. Jam 6 pagi itu.

Biasanya yang membeli bond jangka panjang tidak sebanyak itu. Tiba-tiba pembeli bond 10 tahun lebih banyak dibanding yang 2 tahun.
Belum pernah dialami seperti itu selama 10 tahun terakhir.

Bahwa kurva itu membaik lagi Alhamdulillah. Tapi pertanda-pertanda itu harus terus dibaca. Dengan hati terbuka.

Apalagi ada indikator lain yang datang lebih dulu: harga emas naik terus. Sejak lebih dua bulan lalu.

Emas dan bond ada kemiripan. Keduanya dianggap investasi jangka panjang yang aman.

Dalam situasi seperti ini, lanjut Dahlan, ada baiknya para pemodal lebih tenang dalam merespons dan membaca situasi. Tak perlu khawatir yang berlebihan.


Toh, kurva inversi hanya terjadi sesaat. Apalagi pemicu dari semua perkara ini adalah ciutan Twitter Presiden AS Donald Trump. Sementara Trump sering kali menelan ludah-nya sendiri.

Jadi, tenang saja.
Apalagi kurva yang terbalik itu hanya terjadi sesaat. Setelah itu balik lagi. Terutama ketika Presiden Donald Trump tiba-tiba menelan sendiri sebagian ludahnya.
Ia membuat sebagian tempe itu jadi kedelai lagi. Ia meralat beberapa bagian keputusannya tentang bea masuk barang Tiongkok.
Apalagi bagi yang tidak punya uang. Lebih mudah lagi. Tidak harus bingung akan membeli saham atau bond.

Bahwa kurva itu membaik lagi Alhamdulillah. Tapi pertanda-pertanda itu harus terus dibaca. Dengan hati terbuka.
Apalagi ada indikator lain yang datang lebih dulu: harga emas naik terus. Sejak lebih dua bulan lalu.
Emas dan bond ada kemiripan. Keduanya dianggap investasi jangka panjang yang aman.


Dari semua ini, kira-kira apa yang akan apa yang sebaiknya dilakukan? Bagi Dahlan, seharusnya situasi seperti ini, semua orang tetap harus melakukan kerja sedikit lebih keras.

Kesimpulannya: apa yang harus kita lakukan?
Tidak harus melakukan apa-apa. Ikuti sunatullah. Pertahankan hidup. Terus bekerja. Kalau bisa, sedikit lebih keras.
Yang terpenting lagi sebenarnya lebih sederhana. Dan semua orang bisa melakukannya: menjadi orang baik.


(hps/tas) Next Article Harga Emas Terbang, Saham Antam Cs Langsung Diborong

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular