
Analisis
Nantikan BI dan The Fed, Rupiah Berbalik Melemah
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 August 2019 12:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (20/8/19) setelah berakhir stagnan pada perdagangan sehari yang lalu. Sepinya sentimen hari ini jelang pengumuman suku bunga Bank Indonesia (BI) serta simposium Jackson Hole di AS membuat pelaku pasar melakukan aksi wait and see.
Berdasarkan konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia, BI diperkirakan masih mempertahankan suku bunga acuan di 5,75% pada Kamis (20/8/19). Namun suara pasar terbelah, yang meramal BI 7 day reverse repo rate diturunkan 25 bps menjadi 5,5% tidaklah sedikit.
Sementara itu, acara tahunan Jackson Hole di AS juga dimulai Kamis nanti. Pertemuan tersebut akan dihadiri oleh bank sentral dan menteri keuangan dari seluruh dunia, sehingga bisa memberikan gambaran bagaimana kondisi finansial global yang kebijakan moneter yang akan diterapkan oleh masing-masing bank sentral.
Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tentunya akan menjadi sorotan utama. The Fed diprediksi akan agresif dalam memangkas suku bunga di tahun ini akibat potensi pelambatan ekonomi Negeri Sam. Bahkan pekan lalu sempat muncul isu resesi akibat inversi yield obligasi (Treasury) AS.
Inversi merupakan keadaan di mana yield atau imbal hasil obligasi tenor pendek lebih tinggi daripada tenor panjang. Dalam situasi normal, yield obligasi tenor pendek seharusnya lebih rendah. Yield Treasury AS kini kembali normal, dan Presiden AS, Donald Trump juga mengesampingkan terjadinya resesi di Negara Adikuasa tersebut.
"Saya pikir kita tidak mengalami resesi, (ekonomi) kita bekerja sangat baik. Masyarakat kita menjadi lebih kaya. Saya memberikan pemotongan pajak yang besar dan mereka mendapat banyak uang" kata Trump kepada reporter, sebagaimana dikutip CNBC International.
Meski demikian, The Fed diprediksi tetap agresif memangkas suku bunganya, berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group. Pelaku pasar melihat Jerome Powell akan memangkas suku bunga pada September dengan probabilitas 95% untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) dan probabilitas sebesar 5% untuk pemangkasan 50 bps.
Piranti yang sama menunjukkan The Fed akan memangkas suku bunga setidaknya satu kali lagi setelah bulan September.
The Fed yang diprediksi akan agresif memangkas suku bunga belum sanggup membuat rupiah menguat melawan dolar AS pada hari ini akibat aksi wait and see. Pada pukul 11:55 WIB, rupiah berada di level 14.267/US$ berdasarkan data investing.com.
Analisis Teknikal
Pada grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di kisaran rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak naik dan berada di area positif, sementara histogramnya bergerak turun mendekati area negatif.
Melihat indikator tersebut, tekanan terhadap rupiah dalam jangka sudah mulai berkurang.
Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di atas MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak turun dan berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Rupiah sudah menembus ke atas resisten 14.260/US$ dan kini menjadi support terdekat. Selam bertahan di atas level tersebut rupiah berpeluang melemah ke 14.260/US$.
Namun melihat indikator stochastic yang overbought rupiah berpeluang memangkas pelemahan selama tertahan di bawah 14.290/US$. Jika mampu menembus ke bawah 14.260/US$, rupiah berpeluang menuju 14.230/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Berdasarkan konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia, BI diperkirakan masih mempertahankan suku bunga acuan di 5,75% pada Kamis (20/8/19). Namun suara pasar terbelah, yang meramal BI 7 day reverse repo rate diturunkan 25 bps menjadi 5,5% tidaklah sedikit.
Sementara itu, acara tahunan Jackson Hole di AS juga dimulai Kamis nanti. Pertemuan tersebut akan dihadiri oleh bank sentral dan menteri keuangan dari seluruh dunia, sehingga bisa memberikan gambaran bagaimana kondisi finansial global yang kebijakan moneter yang akan diterapkan oleh masing-masing bank sentral.
Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tentunya akan menjadi sorotan utama. The Fed diprediksi akan agresif dalam memangkas suku bunga di tahun ini akibat potensi pelambatan ekonomi Negeri Sam. Bahkan pekan lalu sempat muncul isu resesi akibat inversi yield obligasi (Treasury) AS.
Inversi merupakan keadaan di mana yield atau imbal hasil obligasi tenor pendek lebih tinggi daripada tenor panjang. Dalam situasi normal, yield obligasi tenor pendek seharusnya lebih rendah. Yield Treasury AS kini kembali normal, dan Presiden AS, Donald Trump juga mengesampingkan terjadinya resesi di Negara Adikuasa tersebut.
"Saya pikir kita tidak mengalami resesi, (ekonomi) kita bekerja sangat baik. Masyarakat kita menjadi lebih kaya. Saya memberikan pemotongan pajak yang besar dan mereka mendapat banyak uang" kata Trump kepada reporter, sebagaimana dikutip CNBC International.
Meski demikian, The Fed diprediksi tetap agresif memangkas suku bunganya, berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group. Pelaku pasar melihat Jerome Powell akan memangkas suku bunga pada September dengan probabilitas 95% untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) dan probabilitas sebesar 5% untuk pemangkasan 50 bps.
Piranti yang sama menunjukkan The Fed akan memangkas suku bunga setidaknya satu kali lagi setelah bulan September.
The Fed yang diprediksi akan agresif memangkas suku bunga belum sanggup membuat rupiah menguat melawan dolar AS pada hari ini akibat aksi wait and see. Pada pukul 11:55 WIB, rupiah berada di level 14.267/US$ berdasarkan data investing.com.
Analisis Teknikal
![]() Sumber: investing.com |
Pada grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di kisaran rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak naik dan berada di area positif, sementara histogramnya bergerak turun mendekati area negatif.
Melihat indikator tersebut, tekanan terhadap rupiah dalam jangka sudah mulai berkurang.
![]() Sumber: investing.com |
Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di atas MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak turun dan berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Rupiah sudah menembus ke atas resisten 14.260/US$ dan kini menjadi support terdekat. Selam bertahan di atas level tersebut rupiah berpeluang melemah ke 14.260/US$.
Namun melihat indikator stochastic yang overbought rupiah berpeluang memangkas pelemahan selama tertahan di bawah 14.290/US$. Jika mampu menembus ke bawah 14.260/US$, rupiah berpeluang menuju 14.230/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular