
BUMN RI Keroyokan Garap Proyek di Afrika Senilai Rp 5 T
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
19 August 2019 17:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) RI bakal menanamkan investasi sebesar US$ 350 juta atau sekitar Rp 4,98 triliun di Afrika. Ini bakal mulai dibahas dalam ajang bertajuk Indonesia-Africa Infrastructure Forum Dialogue (IAID) di Bali, pada 20-21 Agustus 2019.
Salah satu perusahaan pelat merah yang ikut mengincar investasi tersebut adalah PT INKA (Persero). Direktur Utama INKA Budi Noviantoro mengaku, sejauh ini pangsa pasar di Afrika cukup menjanjikan mengingat besarnya kebutuhan sarana perkeretaapian.
Selain INKA, yang bakal terlibat dalam investasi tersebut adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT Len Industri (Persero), serta ditopang pendanaan dari Indonesia Eximbank.
"Tapi tidak menutup kemungkinan PT Timah Tbk (TINS) masuk, tergantung situasi," ungkapnya di kantor Kementerian BUMN, Senin (19/8/2019).
Menurut Budi, investasi ini bakal berdampak besar pada pendapatan INKA. Pihaknya fokus pada penawaran skema build operate transfer (BOT).
"Kita mau BOT. Itu yang bagus, bisa dapat pendapatan sehari-hari. Misalkan kita kontrak investasi di situ bareng-bareng. Katakanlah X kita minta 30 tahun. Setelah 30 tahun, serahkan ke pemerintah mereka," urainya.
Salah satu negara yang disasar adalah Madagaskar. Selain itu, lokasi lain juga masih dipetakan, dengan syarat punya sumber komoditas yang melejit. Nantinya, INKA bakal mendapatkan hasil investasi dari operasional angkutan kereta yang sudah dibangun.
Dia menyontohkan, khusus pengangkutan hasil tambang Kraomita Malagasy/Kraoma Sa, perusahaan yang beroperasi di Madagaskar, tarif angkutan yang selama ini dipatok cukup menggiurkan. Hal ini memantik minat INKA untuk mengambil pasar angkutan di wilayah tersebut.
"Tarif angkutannya, sekarang saja Kraoma ngangkut dari tambang dia ke pelabuhan itu US$ 50 (per ton), mahal itu," bebernya.
Kelak, INKA memperkirakan bakal mematok tarif US$ 46 per ton. 'Banting harga' ini disesuaikan dengan target yang dicanangkan perusahaan.
"Target kita enggak banyak-banyak sebetulnya, 2 juta (ton) aja setahun sudah cukup," pungkasnya.
(hps) Next Article Pemerintah Restui PMN Rp 52,03 Triliun ke 8 BUMN
Salah satu perusahaan pelat merah yang ikut mengincar investasi tersebut adalah PT INKA (Persero). Direktur Utama INKA Budi Noviantoro mengaku, sejauh ini pangsa pasar di Afrika cukup menjanjikan mengingat besarnya kebutuhan sarana perkeretaapian.
Selain INKA, yang bakal terlibat dalam investasi tersebut adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT Len Industri (Persero), serta ditopang pendanaan dari Indonesia Eximbank.
"Tapi tidak menutup kemungkinan PT Timah Tbk (TINS) masuk, tergantung situasi," ungkapnya di kantor Kementerian BUMN, Senin (19/8/2019).
"Kita mau BOT. Itu yang bagus, bisa dapat pendapatan sehari-hari. Misalkan kita kontrak investasi di situ bareng-bareng. Katakanlah X kita minta 30 tahun. Setelah 30 tahun, serahkan ke pemerintah mereka," urainya.
Salah satu negara yang disasar adalah Madagaskar. Selain itu, lokasi lain juga masih dipetakan, dengan syarat punya sumber komoditas yang melejit. Nantinya, INKA bakal mendapatkan hasil investasi dari operasional angkutan kereta yang sudah dibangun.
Dia menyontohkan, khusus pengangkutan hasil tambang Kraomita Malagasy/Kraoma Sa, perusahaan yang beroperasi di Madagaskar, tarif angkutan yang selama ini dipatok cukup menggiurkan. Hal ini memantik minat INKA untuk mengambil pasar angkutan di wilayah tersebut.
"Tarif angkutannya, sekarang saja Kraoma ngangkut dari tambang dia ke pelabuhan itu US$ 50 (per ton), mahal itu," bebernya.
Kelak, INKA memperkirakan bakal mematok tarif US$ 46 per ton. 'Banting harga' ini disesuaikan dengan target yang dicanangkan perusahaan.
"Target kita enggak banyak-banyak sebetulnya, 2 juta (ton) aja setahun sudah cukup," pungkasnya.
(hps) Next Article Pemerintah Restui PMN Rp 52,03 Triliun ke 8 BUMN
Most Popular