Ini yang Bikin The Fed tak Risau Kilau Emas Libas Dolar AS

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
18 August 2019 19:15
Ini yang Bikin The Fed tak Risau Kilau Emas Libas Dolar AS
Foto: Ist
Jakarta, CNBC Indonesia-Bagi Amerika Serikat (AS), aksi borong logam mulia yang dilakukan oleh bank sentral dan otoritas ekonomi di berbagai negara, tidak serta-merta mengancam kekuatan dolar AS sebagai mata uang utama dunia.

Upaya 'de-dolarisasi' yang dilancarkan China dan Rusia dengan memborong emas dan menjual obligasi pemerintah AS (US Treasury), serta aksi flight to gold oleh investor dan beberapa bank sentral untuk melindungi aset mereka memang bisa dilihat.



Jika skala aksi buru emas ini berujung pada turunnya permintaan US Treasuries, maka AS bakal sedikit terganggu karena besarnya kebutuhan Negara Adidaya tersebut terhadap emisi obligasi guna menutup defisit anggarannya.

Menurut rilis Kementerian Keuangan AS, nilai outstanding US Treasury sudah menyentuh US$22 triliun (atau 22 kali nilai PDB Indonesia) per Februari lalu. Untuk membiayai kembali (refinancing) utang sebesar itu, mereka harus menerbitkan setidaknya US$ 1 triliun per tahun mulai 2021, sebagaimana diestimasikan oleh Biro Belanja Negara (Congressional Budget Office).

Kini ketika sosok seperti Trump berkuasa, yang mengurangi penerimaan negara dengan obral insentif pajak dan secara bersamaan ingin terlihat populis dengan tak memangkas belanja publik, emisi obligasi menjadi keniscayaan. Nilainya pada 2019 diprediksi tembus US$1,5 triliun.

Sejauh ini memang belum ada tanda bahwa aksi peralihan ke emas ini mengancam penyerapan US Treasuries. Aksi tersebut bakal mulai mengancam AS jika harga emas terus menguat secara signifikan, sementara suku bunga acuan AS kian turun demi menggenjot perekonomian yang secara bersamaan memudarkan kilau dolar AS dan US Treasuries.

Jika ini yang terjadi, maka The Fed harus turun tangan dengan menyerap obligasi AS yang tidak terserap pasar, dalam artian mereka harus mencetak dolar AS lebih banyak. Pada gilirannya, mata uang Negeri Sam ini pun bakal tertekan.

Di situasi ini, polah Trump memperparah keadaan. Genderang perang dagang yang ditabuhnya memicu ketidakpastian dan bahkan mulai berujung pada turunnya aktivitas perdagangan dunia dan perlambatan di beberapa negara.

NEXT

Situasi ketidakpastian ini membuat yield surat utang jangka panjang AS turun, dan berujung pada kupon yang lebih rendah untuk seri surat utang yang diterbitkan selanjutnya. Namun secara bersamaan, ketidakpastian memicu aksi borong emas sebagai safe haven.

 

Namun, sejauh ini AS belum terlihat khawatir akan risiko tersebut terhadap likuiditas pasar obligasi mereka, karena harga emas berpeluang terkoreksi melalui mekanisme pasar di bursa derivatif. Mekanisme ini dengan sendirinya akan memudarkan kilau emas.

Selama setengah abad terakhir, mekanisme pasar derivatif ini masih efektif mengendalikan harga emas. Perlu diketahui, kontrak berjangka emas tidak harus berbasis emas fisik dan penyelesaian transaksi bisa dilakukan dengan dolar AS (tak harus emas fisik).

Pelaku pasar derivatif emas bisa mencetak kontrak yang besar sehingga ketika terjadi pelepasan besar-besaran karena sentimen pasar, maka harganya di pasar berjangka akan turun. Yang terpukul tentu saja bukan hanya kontrak emas yang tak berbasis fisik emas, melainkan harga emas secara keseluruhan termasuk emas fisik.

Dan jangan lupa, bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) per Juni masih menyimpan emas—atas nama Kementerian Keuangan AS—dengan nilai flat US$11 miliar, tak berubah dari posisi sejak 2015. Artinya, The Fed atau dalam hal ini Kementerian Keuangan AS santai saja tidak ikut-ikutan memburu emas.

Sebagai negara dengan cadangan terbesar emas dunia, yakni mencapai 8.133,5 ton, dolar AS masih memiliki keunggulan dibanding mata uang negara lain. Belum lagi jika di atas kertas, mata uang ini masih menjadi kurs utama perdagangan dan transaksi internasional.

Dengan demikian, secara psikologis nilai tukar dolar AS tetap terjaga sekalipun jika The Fed mencetak lebih banyak mata uang dolar AS untuk membeli obligasi pemerintah AS yang tidak terserap oleh pasar (akibat peralihan ke emas).

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular