Analisis Teknikal

Arab Saudi Cs Boleh Berencana, Tren Harga Minyak Tetap Turun

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
16 August 2019 19:38
Tekad Arab Saudi Cs tetap kuat untuk. memangkas, namun tak bisa menahan laju penurunan harga minyak
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah pada tingkat global masih terbantu naik berkat sinyal pemangkasan produksi yang dilakukan oleh Arab Saudi. Negeri Padang Pasir tersebut berencana menekan ekspor minyak mentahnya ke bawah level 7 juta barel/hari pada bulan Agustus dan September, meskipun menyatakan permintaan masih tetap tinggi.

Uni Emirat Arab (UEA) juga kembali menegaskan komitmennya untuk menjaga pasokan minyak tetap rendah. Menteri Energi UEA, Suhail al-Mazrouei mengatakan bahwa Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya akan bertemu pada tanggal 12 September 2019 di Abu Dhabi untuk meninjau ulang kondisi pasar minyak mentah global.

Dengan ini ada harapan bahwa OPEC+ (OPEC dan sekutunya) memangkas pasokan lebih dalam lagi. Seperti yang telah diketahui, OPEC+ telah sepakat untuk memperpanjang masa pemangkasan pasokan 1,2 juta barel/hari hingga Maret 2020 mendatang.

Di pasar global, harga Brent dan WTI pada pukul 18:49 WIB naik masing-masing sebesar 0,51% dan 0,72%. Minyak Brent digunakan untuk patokan pasar Asia dan Eropa termasuk Indonesia, sementara WTI untuk pasar Amerika.

Indonesia adalah negara net importir minyak, pergerakan harga minyak seringkali mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia dan berpengaruh pada lalu devisa dan pergerakan rupiah. Lalu, kemana harga minyak mentah brent yang menjadi acuan harga minyak akan bergerak?

Berikut analisis pergerakannya secara teknikal:
Meski Saudi Kurangi Pasokan, Tren Harga Minyak Tetap TurunSumber: Refinitiv

Dalam jangka pendek, harga minyak mentah jenis brent cenderung tertekan, hal ini terlihat dari posisi harganya yang saat ini bergerak di bawah rata-rata harganya dalam 5 dan 20 hari terakhir (moving average/MA5/MA20).

Tren pergerakan harganya juga sedang turun (downtrend), yang terlihat dari puncak-puncak harganya yang bergerak lebih rendah (higher low).

Ruang pelemahannya terlihat masih terbuka karena belum menyentuh level jenuh belinya (overbought), menurut indikator stochastic slow yang mengukur tingkat kejenuhan.

Ada potensi harga Brent turun menguji level 56/US$ per barel dalam 1-3 minggu ke depan, level harga tersebut sekaligus sebagai level penghalang kenaikan (resistance) harganya.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Setelah Terjun Bebas, Pergerakan Harga Minyak Masih Terbatas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular