
Rupiah Menguat di Kurs Tengah BI dan Spot, Apa Kabar Resesi?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 August 2019 10:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun berhasil terapresiasi di perdagangan pasar spot.
Pada Jumat (16/8/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.258. Rupiah menguat 0,27% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Mata uang Tanah Air juga berjaya di perdagangan pasar spot. Pada pukul 10:06 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.245 di mana rupiah menguat 0,11%.
Kala pembukaan pasar spot, rupiah sudah menguat 0,04%. Rupiah sempat menghabiskan penguatannya, tetapi berhasil kembali ke zona hijau.
Penguatan rupiah patut mendapat apresiasi karena mayoritas mata uang Asia melemah di hadapan greenback. Selain rupiah, hanya ringgit Malaysia, peso Filipina, dan dolar Singapura yang menguat.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:09 WIB:
Sejatinya pelaku pasar masih mencemaskan ancaman resesi global yang bergema beberapa waktu terakhir. Terlihat dari depresiasi yang melanda sebagian besar mata uang utama Benua Kuning.
Data-data ekonomi yang mengecewakan terus berdatangan. Teranyar, indeks aktivitas manufaktur di Selandia Baru turun ke 48,2 pada Juli. Indeks yang di bawah 50 berarti dunia usaha mengalami kontraksi, tidak ada ekspansi.
Namun di Indonesia, faktor domestik berhasil menopang penguatan rupiah. Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor terkontraksi alias turun 5,12% year-on-year (YoY) dan impor negatif 15,21% pada Juli. Ini menyebabkan neraca perdagangan defisit tipis US$ 63,5 juta.
Realisasi ini lebih baik ketimbang ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor pada Juli terkontraksi alias turun 11,59% YoY dan impor negatif 19,38% YoY. Sementara neraca perdagangan diperkirakan defisit US$ 384,5 juta.
Jadi, sepertinya ada harapan fundamental ekonomi Indonesia bisa membaik. Investor pun memberi penghargaan sehingga rupiah masih mampu menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Jumat (16/8/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.258. Rupiah menguat 0,27% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Mata uang Tanah Air juga berjaya di perdagangan pasar spot. Pada pukul 10:06 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.245 di mana rupiah menguat 0,11%.
Penguatan rupiah patut mendapat apresiasi karena mayoritas mata uang Asia melemah di hadapan greenback. Selain rupiah, hanya ringgit Malaysia, peso Filipina, dan dolar Singapura yang menguat.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:09 WIB:
Sejatinya pelaku pasar masih mencemaskan ancaman resesi global yang bergema beberapa waktu terakhir. Terlihat dari depresiasi yang melanda sebagian besar mata uang utama Benua Kuning.
Data-data ekonomi yang mengecewakan terus berdatangan. Teranyar, indeks aktivitas manufaktur di Selandia Baru turun ke 48,2 pada Juli. Indeks yang di bawah 50 berarti dunia usaha mengalami kontraksi, tidak ada ekspansi.
Namun di Indonesia, faktor domestik berhasil menopang penguatan rupiah. Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor terkontraksi alias turun 5,12% year-on-year (YoY) dan impor negatif 15,21% pada Juli. Ini menyebabkan neraca perdagangan defisit tipis US$ 63,5 juta.
Realisasi ini lebih baik ketimbang ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor pada Juli terkontraksi alias turun 11,59% YoY dan impor negatif 19,38% YoY. Sementara neraca perdagangan diperkirakan defisit US$ 384,5 juta.
Jadi, sepertinya ada harapan fundamental ekonomi Indonesia bisa membaik. Investor pun memberi penghargaan sehingga rupiah masih mampu menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular