
Inspirasi Hari Ini, Simak Aksi Emiten Kemarin!
Monica Wareza, CNBC Indonesia
16 August 2019 06:30

Jakarta, CNBC Indonesia -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan Kamis (15/8/2019) dengan koreksi yang begitu dalam, yakni sebesar 1,19%. Per akhir sesi dua, koreksi IHSG adalah sebesar 0,16% ke level 6.257,59. Tak sekalipun IHSG merasakan manisnya zona hijau pada perdagangan hari ini.
IHSG melemah kala bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan bervariasi: indeks Nikkei ambruk 1,21%, indeks Straits Times jatuh 0,97%, indeks Shanghai naik 0,25%, dan indeks Hang Seng menguat 0,76%. Untuk diketahui, perdagangan di bursa saham Korea Selatan diliburkan seiring dengan peringatan Liberation Day.
Terdapat sejumlah aksi yang dilakukan emiten pada perdagangan kemarin yang layak disimak sebelum pembukaan perdagangan pagi ini.
1. LDR Tembus 152%, BTPN Biayai Kredit Pakai Pinjaman
Di tengah likuiditas industri perbankan yang makin ketat, PT Bank BTPN Tbk membukukan rasio intermediasi (loan to deposits/LDR) 152,05%.
Sekitar sepertiga kredit yang disalurkan oleh BTPN menggunakan dana pinjaman, bukan dana pihak ketiga (DPK). Hal tersebut terungkap dalam laporan keuangan BTPN semester I-2019 yang diterbitkan hari ini.
Jumlah pinjaman yang diterima oleh BTPN secara individual mencapai Rp 41,22 triliun pada semester I-2019. Pinjaman tersebut naik hampir 5 kali lipat dalam 6 bulan terakhir.
2. BI Sinyalkan Pangkas Bunga, Pengembang Properti Makin Pede
Manajemen PT Ciputra Develoment Tbk. CTRA optimistis dengan prospek pasar properti pada semester II-2019 seiring dengan berakhirnya beberapa sentimen negatif bagi sektor ini yang memicu pelemahan permintaan di paruh pertama tahun ini.
Direktur Ciputra Development Tulus Santoso mengatakan momen Pemilihan Presiden pada 17 April lalu sempat membuat pelaku pasar menunggu alias wait and see. Kondisi ini berdampak pada lesunya sektor properti dalam negeri.
3. Ancaman Resesi AS, Bos BCA: Jaga Likuiditas & Kestabilan!
Pasar obligasi Amerika Serikat (AS) yang mengalami inversi memicu kekhawatiran para investor bahwa AS menuju resesi. Inversi di pasar obligasi AS menjadi hal yang krusial bagi pasar keuangan dunia lantaran inversi merupakan sinyal adanya resesi AS di masa depan.
Inversi adalah fenomena di mana yield (imbal hasil) obligasi tenor pendek berada di posisi yang lebih tinggi dibandingkan tenor panjang. Padahal dalam kondisi normal, yield tenor panjang akan lebih tinggi karena memegang obligasi tenor panjang pasti lebih berisiko ketimbang tenor pendek.
4. Ekonomi Sulit, Penjualan Properti Mewah Terjun Bebas
Industri properti tampaknya belum memberi sinyal akan bangkit (rebound) pada semester kedua tahun ini meski berbagai bauran kebijakan moneter dan fiskal turut mendukung. Penjualan properti di segmen high rise seperti condominium atau properti mewah maupun office mengalami perlambatan.
Theresia Rustandi, Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk (DILD) mengutarakan, industri properti di semester kedua belum kondusif, meski otoritas moneter telah menurunkan kebijakan suku bunga acuan dari 6% menjadi 5,75%. Kebijakan ini, tak serta-merta langsung menaikkan permintaan masyarakat akan produk properti.
5. Garuda & Lion Bikin Bengkel Pesawat di Batam, Berapa Dananya?
Lion Air Group melalui lini usahanya, Batam Aero Technic (BAT), menggandeng PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) lewat anak usahanya PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia (GMFI) untuk membangun bengkel pesawat atau hanggar di Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Kerja sama BAT dan GMFI tertuang melalui kesepakatan pengembangan kerja sama, peresmian dan peletakan batu pertama pembangunan hanggar tahap III dan hanggar joint venture. Keduanya akan membangun delapan unit hanggar yang dapat menampung 24 pesawat Boeing 737 dan Airbus 320.
6. Tak Bisa Bayar Utang, Giliran Pefindo Downgrade Rating APLN
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) ikut menurunkan peringkat PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) menjadi BBB dengan outlook credit wacth dengan implikasi negatif. Penurunan ini disebakan karena kondisi likuiditas perusahaan yang terbatas untuk melakukan pembiayaan kembali (refinancing) utang yang akan jatuh tempo 12 bulan ke depan.
Analis Pefindo Yogie Perdana mengatakan faktor lainnya yang menurunkan outlook perusahaan menjadi credit watch sebab salah satu bank yang tergabung dalam sindikasi pinjaman memilih untuk menarik diri (pull out).
7. OCBC Dikabarkan Bidik Bank Permata, Berapa Target Harganya?
PT RHB Sekuritas Indonesia menaikkan prediksi harga wajar (target price/TP) saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) di tengah spekulasi tawaran pembelian mayoritas saham oleh Oversea-Chinese Banking Corporation Ltd (OCBC).
Head of Research RHB Sekuritas Henry Wibowo dan analisnya Ghibran Al Imran, dalam risetnya Kamis ini (15/8/2019), menaikkan target price harga saham BNLI menjadi Rp 1.300 dari sebelumnya Rp 1.185 dengan rekomendasi beli (buy).
8. Digugat Masuk PKPU, BIGTV Masih Beroperasi Normal
Perusahaan terafiliasi PT Link Net Tbk (LINK) yakni PT Indonesia Media Televisi (IMTV) yang mengoperasikan layanan BIGTV, digugat permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) oleh salah satu vendornya dari Swiss, Advanced Digital Broadcasting SA (ADB Group).
Namun manajemen LINK menegaskan hingga saat ini penyelenggara layanan televisi berlangganan melalui satelit ini masih beroperasi sebagaimana mestinya.
[Gambas:Video CNBC]
(sef/sef) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000
IHSG melemah kala bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan bervariasi: indeks Nikkei ambruk 1,21%, indeks Straits Times jatuh 0,97%, indeks Shanghai naik 0,25%, dan indeks Hang Seng menguat 0,76%. Untuk diketahui, perdagangan di bursa saham Korea Selatan diliburkan seiring dengan peringatan Liberation Day.
Terdapat sejumlah aksi yang dilakukan emiten pada perdagangan kemarin yang layak disimak sebelum pembukaan perdagangan pagi ini.
1. LDR Tembus 152%, BTPN Biayai Kredit Pakai Pinjaman
Di tengah likuiditas industri perbankan yang makin ketat, PT Bank BTPN Tbk membukukan rasio intermediasi (loan to deposits/LDR) 152,05%.
Sekitar sepertiga kredit yang disalurkan oleh BTPN menggunakan dana pinjaman, bukan dana pihak ketiga (DPK). Hal tersebut terungkap dalam laporan keuangan BTPN semester I-2019 yang diterbitkan hari ini.
Jumlah pinjaman yang diterima oleh BTPN secara individual mencapai Rp 41,22 triliun pada semester I-2019. Pinjaman tersebut naik hampir 5 kali lipat dalam 6 bulan terakhir.
2. BI Sinyalkan Pangkas Bunga, Pengembang Properti Makin Pede
Manajemen PT Ciputra Develoment Tbk. CTRA optimistis dengan prospek pasar properti pada semester II-2019 seiring dengan berakhirnya beberapa sentimen negatif bagi sektor ini yang memicu pelemahan permintaan di paruh pertama tahun ini.
Direktur Ciputra Development Tulus Santoso mengatakan momen Pemilihan Presiden pada 17 April lalu sempat membuat pelaku pasar menunggu alias wait and see. Kondisi ini berdampak pada lesunya sektor properti dalam negeri.
3. Ancaman Resesi AS, Bos BCA: Jaga Likuiditas & Kestabilan!
Pasar obligasi Amerika Serikat (AS) yang mengalami inversi memicu kekhawatiran para investor bahwa AS menuju resesi. Inversi di pasar obligasi AS menjadi hal yang krusial bagi pasar keuangan dunia lantaran inversi merupakan sinyal adanya resesi AS di masa depan.
Inversi adalah fenomena di mana yield (imbal hasil) obligasi tenor pendek berada di posisi yang lebih tinggi dibandingkan tenor panjang. Padahal dalam kondisi normal, yield tenor panjang akan lebih tinggi karena memegang obligasi tenor panjang pasti lebih berisiko ketimbang tenor pendek.
4. Ekonomi Sulit, Penjualan Properti Mewah Terjun Bebas
Industri properti tampaknya belum memberi sinyal akan bangkit (rebound) pada semester kedua tahun ini meski berbagai bauran kebijakan moneter dan fiskal turut mendukung. Penjualan properti di segmen high rise seperti condominium atau properti mewah maupun office mengalami perlambatan.
Theresia Rustandi, Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk (DILD) mengutarakan, industri properti di semester kedua belum kondusif, meski otoritas moneter telah menurunkan kebijakan suku bunga acuan dari 6% menjadi 5,75%. Kebijakan ini, tak serta-merta langsung menaikkan permintaan masyarakat akan produk properti.
5. Garuda & Lion Bikin Bengkel Pesawat di Batam, Berapa Dananya?
Lion Air Group melalui lini usahanya, Batam Aero Technic (BAT), menggandeng PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) lewat anak usahanya PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia (GMFI) untuk membangun bengkel pesawat atau hanggar di Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Kerja sama BAT dan GMFI tertuang melalui kesepakatan pengembangan kerja sama, peresmian dan peletakan batu pertama pembangunan hanggar tahap III dan hanggar joint venture. Keduanya akan membangun delapan unit hanggar yang dapat menampung 24 pesawat Boeing 737 dan Airbus 320.
6. Tak Bisa Bayar Utang, Giliran Pefindo Downgrade Rating APLN
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) ikut menurunkan peringkat PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) menjadi BBB dengan outlook credit wacth dengan implikasi negatif. Penurunan ini disebakan karena kondisi likuiditas perusahaan yang terbatas untuk melakukan pembiayaan kembali (refinancing) utang yang akan jatuh tempo 12 bulan ke depan.
Analis Pefindo Yogie Perdana mengatakan faktor lainnya yang menurunkan outlook perusahaan menjadi credit watch sebab salah satu bank yang tergabung dalam sindikasi pinjaman memilih untuk menarik diri (pull out).
7. OCBC Dikabarkan Bidik Bank Permata, Berapa Target Harganya?
PT RHB Sekuritas Indonesia menaikkan prediksi harga wajar (target price/TP) saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) di tengah spekulasi tawaran pembelian mayoritas saham oleh Oversea-Chinese Banking Corporation Ltd (OCBC).
Head of Research RHB Sekuritas Henry Wibowo dan analisnya Ghibran Al Imran, dalam risetnya Kamis ini (15/8/2019), menaikkan target price harga saham BNLI menjadi Rp 1.300 dari sebelumnya Rp 1.185 dengan rekomendasi beli (buy).
8. Digugat Masuk PKPU, BIGTV Masih Beroperasi Normal
Perusahaan terafiliasi PT Link Net Tbk (LINK) yakni PT Indonesia Media Televisi (IMTV) yang mengoperasikan layanan BIGTV, digugat permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) oleh salah satu vendornya dari Swiss, Advanced Digital Broadcasting SA (ADB Group).
Namun manajemen LINK menegaskan hingga saat ini penyelenggara layanan televisi berlangganan melalui satelit ini masih beroperasi sebagaimana mestinya.
(sef/sef) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000
Most Popular