
Ancaman Resesi Bikin Rupiah Sulit Menguat Hari Ini
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 August 2019 07:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Tanda-tanda depresiasi rupiah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF).
Berikut kurs dolar AS di pasar NDF jelang penutupan pasar kemarin dibandingkan hari ini, Kamis (15/8/2019), mengutip data Refinitiv:
Berikut kurs Domestic NDF (DNDF), yang kali terakhir diperbarui pada 14 Agustus pukul 15:52 WIB:
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia.
Bank Indonesia (BI) pun kemudian membentuk pasar DNDF. Meski tenor yang disediakan belum lengkap, tetapi ke depan diharapkan terus bertambah.
Dengan begitu, psikologis yang membentuk rupiah di pasar spot diharapkan bisa lebih rasional karena instrumen NDF berada di dalam negeri. Rupiah di pasar spot tidak perlu lalu membebek pasar NDF yang sepenuhnya dibentuk oleh pasar asing.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,52%. Rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia. Namun hari ini kemungkinan rupiah tidak bisa melanjutkan pencapaian tersebut.
Apa daya, sentimen eksternal sedang tidak mendukung. Sepertinya risk appetite investor sedang sangat rendah, aset-aset berisiko di negara berkembang akan kesulitan menjaring peminat.
Penyebabnya adalah persepsi risiko resesi yang semakin tebal. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor dua dan 10 tahun mengalami inversi alias yang jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang.
Pada pukul 07:25 WIB, yield obligasi pemerintah AS tenor dua tahun adalah 1,9781% sementara yang 10 tahun berada di 1,5826%. Hal seperti ini kali terakhir terjadi pada Juni 2007, beberapa bulan sebelum meletusnya krisis keuangan global.
Inversi menunjukkan bahwa risiko dalam jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang. Oleh karena itu, inversi kerap dikaitkan dengan pertanda resesi.
Kecemasan ini membuat investor berbondong-bondong melakukan SDM (Selamatkan Diri Masing-masing). Emas, yang berstatus sebagai safe haven, kembali jadi incaran.
Pada pukul 07:27 WIB, harga emas dunia naik 0,11% ke US$ 1.520,45/troy ons, tertinggi sejak April 2013. Permintaan yang meningkat membuat harga emas bergerak ke utara.
Jadi, jangan berharap banyak pasar keuangan Indonesia bakal kedatangan arus modal yang deras hari ini. Akibatnya, sangat sulit bagi rupiah untuk kembali menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Berikut kurs dolar AS di pasar NDF jelang penutupan pasar kemarin dibandingkan hari ini, Kamis (15/8/2019), mengutip data Refinitiv:
Periode | Kurs 14 Agustus (15:54 WIB) | Kurs 15 Agustus (07:21 WIB) |
1 Pekan | Rp 14.262 | Rp 14.326 |
1 Bulan | Rp 14.327 | Rp 14.402,12 |
2 Bulan | Rp 14.300 | Rp 14.475,5 |
3 Bulan | Rp 14.482 | Rp 14.560,5 |
6 Bulan | Rp 14.682 | Rp 14.755 |
9 Bulan | Rp 14.852 | Rp 14.935 |
1 Tahun | Rp 15.042 | Rp 15.127 |
2 Tahun | Rp 15.733,7 | Rp 15.743,9 |
Berikut kurs Domestic NDF (DNDF), yang kali terakhir diperbarui pada 14 Agustus pukul 15:52 WIB:
Periode | Kurs |
1 Bulan | Rp 14.286 |
3 Bulan | Rp 14.385 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Bank Indonesia (BI) pun kemudian membentuk pasar DNDF. Meski tenor yang disediakan belum lengkap, tetapi ke depan diharapkan terus bertambah.
Dengan begitu, psikologis yang membentuk rupiah di pasar spot diharapkan bisa lebih rasional karena instrumen NDF berada di dalam negeri. Rupiah di pasar spot tidak perlu lalu membebek pasar NDF yang sepenuhnya dibentuk oleh pasar asing.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,52%. Rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia. Namun hari ini kemungkinan rupiah tidak bisa melanjutkan pencapaian tersebut.
Apa daya, sentimen eksternal sedang tidak mendukung. Sepertinya risk appetite investor sedang sangat rendah, aset-aset berisiko di negara berkembang akan kesulitan menjaring peminat.
Penyebabnya adalah persepsi risiko resesi yang semakin tebal. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor dua dan 10 tahun mengalami inversi alias yang jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang.
Pada pukul 07:25 WIB, yield obligasi pemerintah AS tenor dua tahun adalah 1,9781% sementara yang 10 tahun berada di 1,5826%. Hal seperti ini kali terakhir terjadi pada Juni 2007, beberapa bulan sebelum meletusnya krisis keuangan global.
Inversi menunjukkan bahwa risiko dalam jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang. Oleh karena itu, inversi kerap dikaitkan dengan pertanda resesi.
Kecemasan ini membuat investor berbondong-bondong melakukan SDM (Selamatkan Diri Masing-masing). Emas, yang berstatus sebagai safe haven, kembali jadi incaran.
Pada pukul 07:27 WIB, harga emas dunia naik 0,11% ke US$ 1.520,45/troy ons, tertinggi sejak April 2013. Permintaan yang meningkat membuat harga emas bergerak ke utara.
Jadi, jangan berharap banyak pasar keuangan Indonesia bakal kedatangan arus modal yang deras hari ini. Akibatnya, sangat sulit bagi rupiah untuk kembali menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular