AS-China Tarik Ulur, Rupiah Menguat Tapi Terbatas

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 August 2019 11:29
Sejak pekan lalu pasar dicemaskan akan eskalasi perang dagang kedua negara plus dengan kemungkinan terjadinya currency war atau perang mata uang.
Foto: Arie Pratama
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (14/8/19) setelah Amerika Serikat (AS) dan China tidak lagi memanas. Sejak pekan lalu pasar dicemaskan akan eskalasi perang dagang kedua negara plus dengan kemungkinan terjadinya currency war atau perang mata uang.

Namun AS memberi kejutan dengan menunda kenaikan bea impor produk dari China, bahkan ada yang dihapus dari daftar produk kena tarif.
Kantor Perwakilan Dagang AS pada Selasa pagi waktu setempat mengumumkan bahwa pihaknya akan menghapus beberapa produk dari daftar produk impor asal China yang akan dikenakan bea masuk baru pada awal bulan depan.


Dalam pernyataan resminya, Kantor Perwakilan Dagang AS mengatakan bahwa keputusan ini dilandasi oleh alasan "kesehatan, keselamatan, keamanan nasional, dan faktor-faktor lainnya", dilansir dari CNBC International.

Lebih lanjut, pengenaan bea masuk baru senilai 10% untuk berbagai produk lainnya yang sejatinya akan mulai berlaku efektif pada awal September diputuskan ditunda hingga 15 Desember. Produk-produk yang akan ditunda pengenaan bea masuknya mencakup ponsel selular, laptop, konsol video game, dan monitor komputer.

Meski pejabat China belum memberikan komentar terkait kebijakan dari AS tersebut, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) pada hari ini tidak lagi mendepresiasi nilai tukar yuan terhadap dolar AS. Langkah tersebut tentunya sedikit meredakan kecemasan pelaku pasar akan kemungkinan terjadinya currency war.


PBoC pada hari ini menetapkan nilai tengah yuan di level 7,0312/US$ lebih kuat dibandingkan Selasa kemarin di level 7,0362.

Untuk sementara perang dagang dan potensi perang mata uang sedikit mereda, dan pasar dibuat ceria, rupiah bisa kembali perkasa.
Pada pukul 10:43 WIB, rupiah berada di level 14.237/US$ berdasarkan data investing.com.

Analisis Teknikal

AS-China Tidak Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian 
Sumber: investing.com


Pada grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di kisaran rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan di atas MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak naik dan mulai mendekati area positif, sementara histogramnya mulai menurun.

Melihat indikator tersebut, tekanan terhadap rupiah mulai berkurang.

AS-China Tidak Grafik: Rupiah (USD/IDR) 1 Jam
Foto: investing.com


Pada time frame 1 jam, rupiah berada di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan di bawah MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic berada di wilayah jenuh jual (oversold).

Rupiah kini bergerak di dekat support (tahanan bawah) 14.230, selama tidak menembus ke bawah level tersebut penguatan rupiah berpotensi terpangkas ke level 14.260 melihat indikator Stochastic yang oversold.

Sementara jika mampu menembus support, ruang penguatan rupiah terbuka ke area 14.180.

TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/hps) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular