
Saham Kapitalisasi Rp 100 T
Naik 10%, Kapitalisasi Chandra Asri Bisa Balap Indofood CBP
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
13 August 2019 12:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang mengalami kenaikan hingga 10,19% dalam sepekan (5-9 Agustus'19), membuat kapitalisasi pasar (market capitalization/market cap) TPIA naik menjadi Rp 130,18 triliun per akhir Jumat (9/08/2019).
Kenaikan nilai market cap tersebut mulai mendekati kapitalisasi yang dimiliki PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang mencapai Rp 131,78 atau menempati peringkat kesepuluh dari deretan kapitalisasi emiten-emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Untuk posisi pertama, market cap terbesar masih ditempati PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai Rp 747,66 triliun atau setara 10,34% dari bobot IHSG. Sedangkan posisi kedua masih ditempati PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai pasar Rp 534,09 triliun atau setara 7,36% dari indeks.
Berikut daftar emiten yang memiliki nilai kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun di Bursa Efek Indonesia (BEI):
Sepanjang pekan lalu, market cap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan Rp 66 triliun menjadi Rp 7.205 triliun, seiring koreksi yang terjadi pada IHSG sebesar 0,92% pada level 6.282.
IHSG memulai perdagangan pekan lalu ditutup anjlok 2,59% seiring rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh hanya 5,05%.
Angka tersebut semakin menurun jika melihat pertumbuhan ekonomi kuartal I yang meningkat 5,07%. Pada hari selasa pun IHSG belum bisa "move on" akibat sentimen tersebut.
Pada hari ketiga IHSG menguat selama tiga hari beruntun berkat aksi beli investor lokal dengan nilai beli bersih (net buy) yang mencapai Rp 3,18 triliun.
Kemudian pada penghujung pekan, pelaku pasar dalam negeri kembali dibuat risau karena rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2019 yang mengalami defisit sebesar US$ 1,98 miliar. Angka tersebut bertolak belakang dengan rilis data pada kuartal I-2019 yang surplus US$ 2,42 miliar.
Pos pada NPI yang menjadi sorotan tentu saja transaksi berjalan (current account) yang menggambarkan aliran devisa yang lebih stabil. Defisit yang terjadi pada current account sebesar US$ 8,44 miliar atau 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB), melebar dibandingkan kuartal sebelumnya yang defisit hanya US$ 6,97 miliar atau 2,6% dari PDB.
Dari kondisi global, hubungan geopolitik antara AS-China tampaknya semakin meruncing. Seperti diketahui, pada hari Kamis (01/08/2019), Presiden Trump mengumumkan AS akan mengenakan bea masuk senilai 10% bagi produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang belum terdampak perang dagang.
Kebijakan tersebut rencananya diberlakukan tanggal 1 September. Trump juga menyebut bahwa bea masuk baru tersebut bisa dinaikkan hingga menjadi di atas 25%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Digitalisasi Picu Investor Ritel Domestik Bursa RI 'Meledak'
Kenaikan nilai market cap tersebut mulai mendekati kapitalisasi yang dimiliki PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang mencapai Rp 131,78 atau menempati peringkat kesepuluh dari deretan kapitalisasi emiten-emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Untuk posisi pertama, market cap terbesar masih ditempati PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai Rp 747,66 triliun atau setara 10,34% dari bobot IHSG. Sedangkan posisi kedua masih ditempati PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai pasar Rp 534,09 triliun atau setara 7,36% dari indeks.
Sepanjang pekan lalu, market cap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan Rp 66 triliun menjadi Rp 7.205 triliun, seiring koreksi yang terjadi pada IHSG sebesar 0,92% pada level 6.282.
IHSG memulai perdagangan pekan lalu ditutup anjlok 2,59% seiring rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh hanya 5,05%.
Angka tersebut semakin menurun jika melihat pertumbuhan ekonomi kuartal I yang meningkat 5,07%. Pada hari selasa pun IHSG belum bisa "move on" akibat sentimen tersebut.
Pada hari ketiga IHSG menguat selama tiga hari beruntun berkat aksi beli investor lokal dengan nilai beli bersih (net buy) yang mencapai Rp 3,18 triliun.
Kemudian pada penghujung pekan, pelaku pasar dalam negeri kembali dibuat risau karena rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2019 yang mengalami defisit sebesar US$ 1,98 miliar. Angka tersebut bertolak belakang dengan rilis data pada kuartal I-2019 yang surplus US$ 2,42 miliar.
Pos pada NPI yang menjadi sorotan tentu saja transaksi berjalan (current account) yang menggambarkan aliran devisa yang lebih stabil. Defisit yang terjadi pada current account sebesar US$ 8,44 miliar atau 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB), melebar dibandingkan kuartal sebelumnya yang defisit hanya US$ 6,97 miliar atau 2,6% dari PDB.
Dari kondisi global, hubungan geopolitik antara AS-China tampaknya semakin meruncing. Seperti diketahui, pada hari Kamis (01/08/2019), Presiden Trump mengumumkan AS akan mengenakan bea masuk senilai 10% bagi produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang belum terdampak perang dagang.
Kebijakan tersebut rencananya diberlakukan tanggal 1 September. Trump juga menyebut bahwa bea masuk baru tersebut bisa dinaikkan hingga menjadi di atas 25%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Digitalisasi Picu Investor Ritel Domestik Bursa RI 'Meledak'
Most Popular