
Peringkat Emiten Hary Tanoe Dipangkas Moody's, Ini Kinerjanya
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
13 August 2019 12:23

Jakarta CNBC Indonesia - Akhir pekan lalu, perusahaan induk Grup MNC, PT MNC Investama (BHIT), peringkat utang keluarganya (Corporate Family Rating/CPR) diturunkan sebesar satu level oleh Moody's dari B3 menjadi Caa1.
Menurut Moody's, pendapatan dividen yang diperoleh dari entitas anak dalam 12 bulan terakhir dianggap kurang memadai untuk memenuhi kewajiban pembayaran beban bunga perusahaan senilai US$ 10 juta atau Rp 14 miliar yang akan jatuh tempo pada Mei 2021 (asumsi kurs Rp 14.000/US$).
"Kami percaya bahwa pendapatan dividen BHIT akan tetap terbatas dalam 12-18 bulan mendatang, karena anak usaha perusahaan yang bergerak di media, menangani jatuh tempo surat utang, pembayaran amortisasi, dan fokus pada inisiatif para pemegang saham mereka sendiri," juar Annalisa Di Chiara, Vice President Moody's dalam laporan 9 Agustus 2019.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa BHIT pada semester pertama tahun ini mampu mengantongi keuntungan Rp 261,03 dari sebelumnya membukukan kerugian Rp 424,04 miliar di semester I-2018.
Kinerja laba BHIT membaik karena perusahaan mencatatkan keuntungan kurs atas selisih mata uang asing sebesar Rp 193,41 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencatatkan rugi selisih kurs sebesar Rp 578,1 miliar.
Hal serupa juga menjadi faktor kunci yang menyebabkan PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV) berhasil membukukan laba sebesar Rp 24,8 miliar dari sebelumnya merugi Rp 52,53 miliar.
Akan tetapi, meskipun BHIT merupakan perusahaan induk dengan omzet terbesar, yakni mencapai Rp 7,83 triliun, perolehan laba perusahaan masih kalah dengan entitas anaknya, PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dan PT MNC Land Tbk (KPIG).
Hingga akhir Juni 2019, laba bersih MNCN melesat 81,88% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 1,16 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu dimana perusahaan hanya membukukan laba Rp 636,48 miliar.
Kemudian, posisi runner up perolehan laba ditempati oleh KPIG dengan capaian laba bersih sebesar Rp 313,72 miliar, meroket 55 kali lipat (5406,72% YoY) dibandingkan semester I-2018 yang sebesar Rp 5,7 miliar.
Setelah ditelusuri, pertumbuhan laba KPIG disebabkan one off gain atas revaluasi properti investasi mencapai RP 326,87 miliar.
Di lain pihak, anak usaha Grup MNC yang satu-satunya membukukan rapor merah adalah PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY) yang hingga akhir Juni 2019 telah merugi Rp 87,92 miliar, turun dari kerugian pada periode yang tahun lalu sebesar RP 137,36 miliar.
MSKY masih mencatatkan kerugian karena biaya penyusutan dan amortisasi perusahaan lebih tinggi dari perolehan laba kotor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Moody's Downgrade Perusahaan Hary Tanoe, Makin Tak Meyakinkan
Menurut Moody's, pendapatan dividen yang diperoleh dari entitas anak dalam 12 bulan terakhir dianggap kurang memadai untuk memenuhi kewajiban pembayaran beban bunga perusahaan senilai US$ 10 juta atau Rp 14 miliar yang akan jatuh tempo pada Mei 2021 (asumsi kurs Rp 14.000/US$).
"Kami percaya bahwa pendapatan dividen BHIT akan tetap terbatas dalam 12-18 bulan mendatang, karena anak usaha perusahaan yang bergerak di media, menangani jatuh tempo surat utang, pembayaran amortisasi, dan fokus pada inisiatif para pemegang saham mereka sendiri," juar Annalisa Di Chiara, Vice President Moody's dalam laporan 9 Agustus 2019.
Uniknya, performa keuangan Grup MNC pada umumnya cukup memuaskan. Bahkan dari 7 perusahaan yang sudah merilis laporan keuangan, dua diantaranya berbalik untung dari sebelumnya mencatatkan kerugian.
![]() |
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa BHIT pada semester pertama tahun ini mampu mengantongi keuntungan Rp 261,03 dari sebelumnya membukukan kerugian Rp 424,04 miliar di semester I-2018.
Kinerja laba BHIT membaik karena perusahaan mencatatkan keuntungan kurs atas selisih mata uang asing sebesar Rp 193,41 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencatatkan rugi selisih kurs sebesar Rp 578,1 miliar.
Hal serupa juga menjadi faktor kunci yang menyebabkan PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV) berhasil membukukan laba sebesar Rp 24,8 miliar dari sebelumnya merugi Rp 52,53 miliar.
Akan tetapi, meskipun BHIT merupakan perusahaan induk dengan omzet terbesar, yakni mencapai Rp 7,83 triliun, perolehan laba perusahaan masih kalah dengan entitas anaknya, PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dan PT MNC Land Tbk (KPIG).
Hingga akhir Juni 2019, laba bersih MNCN melesat 81,88% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 1,16 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu dimana perusahaan hanya membukukan laba Rp 636,48 miliar.
Kemudian, posisi runner up perolehan laba ditempati oleh KPIG dengan capaian laba bersih sebesar Rp 313,72 miliar, meroket 55 kali lipat (5406,72% YoY) dibandingkan semester I-2018 yang sebesar Rp 5,7 miliar.
Setelah ditelusuri, pertumbuhan laba KPIG disebabkan one off gain atas revaluasi properti investasi mencapai RP 326,87 miliar.
Di lain pihak, anak usaha Grup MNC yang satu-satunya membukukan rapor merah adalah PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY) yang hingga akhir Juni 2019 telah merugi Rp 87,92 miliar, turun dari kerugian pada periode yang tahun lalu sebesar RP 137,36 miliar.
MSKY masih mencatatkan kerugian karena biaya penyusutan dan amortisasi perusahaan lebih tinggi dari perolehan laba kotor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Moody's Downgrade Perusahaan Hary Tanoe, Makin Tak Meyakinkan
Most Popular